🌻 Bagian 7

494 50 6
                                    

Ketika orang yang kamu cintai memilih yang lain, merelakan adalah hal bijak yang bisa dilakukan.

[Author]
~

~~~

Jam menunjukkan pukul delapan pagi, Saka dan ketiga temannya merasa bosan karena sejak tadi Bu Retno yang harusnya mengajar belum masuk kelas. Dona tiba-tiba masuk dengan membawa setumpuk buku tugas Bahasa Indonesia yang minggu kemarin dikumpulkan.

"Hari ini Bu Retno gak masuk lagi, tapi dia ngasih tugas. Kerjakan buku paket halaman 57, nanti kumpulkan ke gue lagi," ucap Dona.

"Males ah, tugas mulu. Bilang sama Bu Retno kalau udah gak bisa ngajar mending keluar aja dari sekolah ini," ujar Saka sambil memainkan pulpen di tangannya.

"Kerjain aja apa susahnya sih? bilang aja kalau lo emang gak niat belajar," ucap Danu memancing emosi Saka.

"Tutup ya mulut lo, gue emang gak sepinter lo, tapi bukan berarti gue gak peduli sama pelajaran. Guru itu tugasnya ngajar bukan kelayapan kayak gini."

"Santai dong, emang lo tau Bu Retno kemana? Siapa tau aja dia emang lagi ada urusan yang lebih penting. Masih mending dia nyempetin buat ngasih tugas."

"Udahlah Saka, ini kesempatan kita buat main game sepuasnya. Biasanya juga lo seneng dapet free class."

Saka tersenyum aneh, "Tadi itu biar gue keliatan keren aja sih, Yan."

Sean menoyor kepala Saka, dia benar-benar mengira Saka serius mengatakan hal semacam itu. Tapi dalam lubuk hati Saka yang paling dalam, dia memang sangat menyayangkan Bu Retno tidak masuk lagi hari ini. Pelajaran Bahasa Indonesia adalah satu-satunya yang dia suka, dan nilainya dalam mata pelajaran ini juga lumayan bagus.

"Gak ada keren-kerennya tahu nggak, yang ada lo keliatan idiot. Selama ini lo kan tahu, Bu Retno guru terbaik sepanjang masa. Dia baik banget Saka!"

"Gue tahu, kalo gue ketemu dia nanti gue bakal sujud di kakinya buat minta maaf."

"Gue tunggu momen itu, Beb."

"Najis gila!"

Fallen hanya tersenyum simpul saat Saka dan Sean asik bergurau di depannya. Dirinya lebih memilih menyelesaikan arsiran bergambar gadis yang tengah tersenyum lebar.  Memandanginya beberapa saat sampai seseorang mengejutkannya.

"Fallen, boleh minta tolong?"

Fallen menoleh. "A-apa, Sa?" lidahnya mendadak kelu saat cewek bernama Rasa Aurelia tiba-tiba meminta bantuan.

"Boleh nitip ini nggak?" Rasa mengelurkan amplop surat berwarna biru muda, lalu membisikan sesuatu pada Fallen.

"Seperti biasa, jangan kasih tahu Saka ini dari aku."

Bagai dihujam pisau, dadanya sesak setiap kali sahabat sekaligus gadis yang dicintainya malah menitipkan surat cinta misterius untuk Saka. Fallen hanya bisa berpasrah pada keadaan, dia tidak mau membuat Rasa menjauhinya. Selama ini dia pendam perasaannya sendiri agar Rasa tetap mau berada di dekatnya. Setidaknya untuk meminta bantuan seperti ini, meski sakit tapi Fallen bisa menerimanya.

My Feeling [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang