🌻 Bagian 10

428 39 6
                                    

Jatuh cinta itu bukan cuma jorok, tapi juga berbahaya. Selain nggak tahu tempat jatuhnya di mana, juga bisa bikin sakit hati, jiwa dan raga.

[ Author ]
~

Napas Saka terengah-engah setelah berhasil melewati gerbang yang sebentar lagi ditutup oleh satpam, seragamnya penuh keringat. Saka butuh air.

"Kenapa kamu lari-larian begitu? Sudah cepat sana masuk. Sebentar lagi bel akan dibunyikan," ucap Pak Satpam berkumis tebal itu, namanya Pak Sudarjono.

"I-iya, Pak."

Saka kembali berlari kecil menyusuri koridor, terpaksa terburu-buru karena jam pertama adalah mata pelajaran yang paling dibencinya. Ditambah guru yang mengajar adalah salah satu guru killer. Matematika, dia harus siap diceramahi karena lupa mengerjakan PR.

Semua kesialan ini akibat bundanya yang lupa membangunkan Saka. Belum lagi Frelox tiba-tiba mogok di tengah jalan dan harus dibawa ke bengkel lebih dulu.

Saka mengintip pada lubang kunci pintu kelas yang tertutup, terlihat Pak Hans mulai mengabsen satu persatu siswa. Mau tidak mau Saka memberanikan diri mengetuk pintu, mengucapkan salam lalu berusaha menghadapi Pak Hans dengan santai.

"Assalamualaikum," ucap Saka dengan lantang. "Go food ...!" lanjutnya dengan suara lebih pelan, terus mengetuk pintu sampai tak sadar yang diketuknya saat ini adalah hidung Pak Hans sendiri.

"Eh! Maaf, Pak. Sengaja, eh maksudnya nggak sengaja."

"Kebiasaan sekali kamu, telat itu jangan dibiasakan. Mau jadi apa kamu kalo sekolah saja masih malas-malasan begini? Ndak kasihan sama orang tuamu yang tiap hari harus cari uang buat biaya pendidikan dan jajan kamu hmm?" Sama menggaruk tengkuknya yang tak gatal mendengar ceramah yang dia dengar pagi-pagi begini. Mau melawan pun bagaimana? Semua yang diucapkan Pak Hans ada benarnya.

"Sekarang mana  buku PR kamu?"

Deg ....

ini dia yang Saka khawatirkan, dia lupa menyalin PR dari buku Edgar seperti biasanya. "A-anu, Pak. Itu ... buku saya dimakan rayap."

Saka mulai tergagap-gagap, seisi kelas menertawakannya termasuk Edgar dan Sean yang tertawa paling nyaring. Fallen seperti biasa hanya tertawa seperlunya setelah itu menenggelamkan wajahnya dalam lipatan tangan. Sementara yang paling Saka tak sukai adalah ekspresi yang Danu tunjukkan, cowok itu memasang wajah meremehkan terus-menerus, jujur Saka mulai muak melihatnya.

Para murid cewek justru kesenangan saat Saka lagi-lagi harus berdiri di samping papan tulis sambil menjewer telinganya sendiri dan mengangkat sebelah kaki. Hukuman andalan Pak Hans jika ada siswa yang terlambat datang di jam pelajarannya.

Wajahnya menyeramkan, tubuhnya tinggi besar, suaranya keras. Siapapun akan takut melihat Pak Hans di awal pertemuan. Tapi satu hal yang Saka tahu, Pak Hans sangat mencintai keluarganya. Anak pertamanya tak bisa melihat akibat kecelakaan mobil belasan tahun lalu,  saat ini dia berada di kelas sepuluh. Sementara anak keduanya tuna rungu, masih berusia dua tahun. Meski begitu Pak Hans selalu membanggakan keluarga kecilnya yang bahagia. Dia memiliki istri yang sangat cantik, penyayang dan perhatian, mencintai Pak Hans dengan apa adanya.

Seringkali Saka merasa kurang bersyukur setiap ia membandingkan kehidupannya dengan orang lain, seperti dengan kisah Pak Hans. Harusnya Saka lebih bangga memiliki bunda dan ayah yang begitu sayang padanya, hidup tanpa kekurangan apapun juga siapapun.

My Feeling [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang