Ada apa dengan masa lalu? Kenapa harus selalu diungkit saat sudah menjadi sejarah melelahkan?
[Naraya Eliza]
~Stella dan Arestya terus saja membujuk agar Raya ikut camping bersama. Raya sudah menolak berkali-kali, dia tak mau berurusan dengan Saka lagi. Tapi kedua teman barunya ini sangat berisik sampai-sampai kepalanya pusing mendengar mereka berdua tetap memaksa.
Saat ini mereka tengah asik membuka buku yang ada di perpustakaan. Seperti biasa, Raya hanya mengambil sebuah novel bertema anak remaja, kali ini berjudul 'Namanya Sabita' hampir selesai Raya baca dan dia menikmatinya. Berisi konflik ringan kehidupan anak SMA yang berakhir dengan kata menyedihkan yaitu perpisahan. Raya harap ada buku kedua untuk lanjutan kisah itu.
Raya menutup novel itu saat sudah jengah mendengar Stella dan Arestya terus memohon.
"Ikut yah, please," mohon Arestya untuk terakhir kali.
Stella tak mau kalah memasang wajah penuh harap. "Kapan lagi Ray, acaranya sampe diundur demi bisa ajak lo pergi. Masa lo tetep nggak mau."
"Gue nggak minta kalian semua buat batalin acaranya, kan?"
"Kasih alasan kenapa lo nggak bisa ikut?"
"Gue nggak mau aja, lagian gue nggak ada persiapan. Kalian enak punya pacar masing-masing yang bisa ditebengin. Kalo gue?"
"Lo ... sama Saka."
"BIG NO, OKE?"
"Nggak akan banyak orang yang tahu, lo nggak akan jadi pusat perhatian. Hanya selama perjalanan lo sama Saka bareng. Setelahnya lo bisa hindari dia."
"Kenapa harus gue yang bareng sama Saka?"
"Dia cuma mau boncengin lo atau Moza. Sayangnya Moza nggak ikut, jadi cuma lo yang boleh naik motor Saka. Dari dulu Saka gitu, dia nggak mengizinkan orang selain Moza atau Prilla naik ke atas motornya."
"Tapi gue bukan Prilla."
"Lo mirip dia."
"Ck, kalian semua aneh. Gue nggak bisa terus-terusan jadi bayang orang lain, Res. Ini gila tahu nggak."
Mood Raya langsung memburuk. "Udah berapa kali gue bilang kalo gue nggak suka disamakan dengan Prilla atau siapapun. Gue, Naraya Eliza."
"Sorry kalo hal ini buat lo nggak nyaman, tapi gue tetep minta lo buat ikut. Just for fun, Ray."
"Oke, gue ikut. Dengan satu syarat, kalian berdua nggak boleh sebut nama Prilla lagi di hadapan gue."
Mata Stella dan Arestya langsung berbinar, memeluk Raya dari samping lalu ber-highfive ria.
"Pulang sekolah kita kumpul, lo nggak boleh pulang duluan kayak biasanya. Biar tahu siapa aja yang jadi ikut dan apa aja yang perlu di bawa."
"Hmm."
"Tapi inget satu hal, Ray. Saka itu baik, dia setia, dan yang paling penting ... gue yakin dia bisa buat lo bahagia dengan segala tingkah konyolnya. Saka itu beda dari yang lain, dia punya cara sendiri supaya orang lain bisa tertawa. Gue percaya kalo sebentar lagi dia bakal buat hati lo luluh, jangan mengingkari kalo itu terjadi, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Feeling [END]
Teen FictionTentang rasa yang tak pernah dapat diabaikan hadirnya. Hati Saka langsung tertambat pada Raya kala gadis itu berjalan acuh melewatinya. Saka tak pernah benar-benar bersemangat perihal asmara setelah kehilangan sahabat sekaligus cinta pertamanya dulu...