My Feeling [END]

🌻 Bagian 18

#note

Anggap aja itu anak-anak SMA Cakrawala

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Gue nggak ngerti jalan pikiran lo , Ray. Lo mau gue tetep berjuang apa berhenti sih?

(Tegar Saka Arkana)

Fallen kembali menatap Rasa, gadis itu juga tengah menatapnya. "Lo nggak jadi tanya?"

Rasa menggeleng pelan, memilih kembali diam meski Fallen terlihat penasaran.

Permainan dilanjutkan, lagu kembali diputar oleh Ibu Queen. Semuanya kembali bersorak, mengoper tongkat yang telah dililit pita itu dengan tergesa. Truth or dare semakin seru karena tongkat itu berhenti di tangan Saka saat lagu berhenti.

"Oke, gue pilih dare."

Sean bertepuk tangan, mengapresiasi keberanian Saka. "Woahh, temen gue yang satu ini emang the best," ucap Sean sambil mengacungkan jempolnya. Saka langsung tersenyum sombong.

"Gue mau kasih dia dare."

Semua pasang mata mengarah pada gadis yang tiba-tiba bicara itu, senter langsung di arahkan agar wajahnya terlihat jelas oleh semua orang. Raya berdiri tegap, menatap Saka yang tepat berada di hadapannya dengan jarak kira-kira dua meter.

Thalita mengepalkan tangannya, dia kesal setengah mati. "Dasar tukang caper!" makinya yang hanya di dengar beberapa orang.

"Oke, apa dare buat Saka?" tanya Sean. Semua orang juga sepertinya sangat penasaran, termasuk Saka sendiri.

"Gue cuma mau Saka berhenti gangguin gue mulai saat ini. Karena  gue—" ucapan Raya menggantung begitu saja. Membuat yang lain semakin penasaran dibuatnya.

"Lo kenapa?"

Raya melirik Oriza di sebelahnya, cowok itu menyunggingkan senyum tipis. Oriza sendiri tidak tahu apa yang akan Raya katakan.

"Apa?"

"Tinggal bilang aja ribet."

"Kelamaan."

"Kenapa, Ray?"

Di balik semua pertanyaan itu, ucapan Saka entah kenapa sangat menganggu pikirannya. Membuatnya sedikit ragu untuk melanjutkan permainan ini.