Waktu nggak bisa diulang, kesempatan kayak gini jarang gue dapetin, kan? Kalo bisa sih di-pause aja. Biar lebih banyak waktu yang gue habiskan bareng lo. Ngobrol di tepi danau, nongkrong di kafe klasik, atau mungkin seharian dengerin lagu-lagu melow yang bikin nostalgia, kayaknya seru, yah?
[Tegar Saka Arkana]
~Parkiran SMA Cakrawala sudah cukup sepi. Wajar saja, anak-anak ekstrakulikuler juga sudah banyak yang pulang. Saka menggandeng lengan Raya menuju motornya, senyumnya tak berhenti sejak Raya memutuskan mau pulang bersamanya.
Raya memperhatikan Saka sebelum naik ke atas motor cowok itu, barangkali Saka akan berbuat macam-macam padanya. Waspada itu perlu, kan?
"Lo nggak akan buat gue dalam bahaya, kan?" tanya Raya dengan raut curiga.
Saka tertawa singkat, "Gue perampok."
"Hah?"
"Iya, mau ngerampok hati lo."
"Najis, alay!"
Daripada melanjutkan obrolan tak jelas dengan Saka, Raya memilih segera naik supaya cepat sampai rumah. Ada penyesalan tersendiri mengizinkan Saka mengantarnya pulang. Saka terlalu agresif, tapi Raya akui Saka itu sebenarnya baik.
"Nggak mau pegangan ke pinggang atau bahu gitu, Ray?"
"Nggak!"
"Oke."
"Udah cepetan, jangan sampe gue berubah pikiran."
"Berubah pikiran jadi jatuh cinta sama gue, kan? Jangan cepet-cepet, gue bisa nunggu."
"Apaan sih, gak jelas tahu nggak. Cepetan Saka, gue mau pulang."
"Jangan judes-judes, nanti gue makin sayang."
"Ishh. Bisa nggak sih nggak usah ngeselin kayak gini? Buang-buang waktu."
"Waktu nggak bisa diulang, kesempatan kayak gini jarang buat gue dapetin, kan? Kalo bisa sih di-pause aja. Biar lebih banyak waktu yang gue habiskan bareng lo. Ngobrol di tepi danau, nongkrong di kafe klasik, atau mungkin seharian dengerin lagu-lagu melow yang bikin nostalgia. Kayaknya seru, yah?"
"Oke, gue turun!"
"Jangan! Di sini aja, di hati gue. Gak boleh kemana-mana."
"Ngaco, semua yang keluar dari mulut lo itu omong kosong tahu nggak, kebanyakan nonton ftv lo."
Saka kembali tersenyum, lesung pipitnya semakin terlihat jelas. "Pegangan, gue nggak mau bidadari gue kenapa-napa," ucap Saka sambil menarik tangan Raya ke pingganggnya. Entah kenapa Raya tidak menolak, mungkin karena sebenarnya dia takut. Motor yang dia naiki saat ini cukup tinggi.
"Jangan ngebut, gue nggak suka."
Saka memakai helm-nya, menyalakan motor pelan-pelan. "Sesuai permintaan, Nona."
"Raya, bukan Nona!"
Meski Raya masih belum juga bersikap manis padanya, tapi Saka sudah cukup senang mendapatkan kesempatan ini. Setidaknya Raya sudah mau berbicara banyak padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Feeling [END]
Teen FictionTentang rasa yang tak pernah dapat diabaikan hadirnya. Hati Saka langsung tertambat pada Raya kala gadis itu berjalan acuh melewatinya. Saka tak pernah benar-benar bersemangat perihal asmara setelah kehilangan sahabat sekaligus cinta pertamanya dulu...