🌻 Bagian 16

345 26 3
                                    

Gue akan berusaha jagain lo terus, Ray. Semampu gue, mungkin sampe jantung gue gak berdetak lagi di bumi ini.

[Tegar Saka Arkana]
~


Sesuai kesepakatan, akhir pekan ini beberapa siswa-siswi SMA Cakrawala  akan mengadakan camping. Kebanyakan yang ikut adalah anggota kesenian, sudah direncanakan sejak lama namun baru bisa diadakan sekarang.

Camping ini memang diluar agenda sekolah. Namun Saka dan beberapa temannya itu tetap meminta persetujuan dari pihak sekolah agar lebih aman. Dengan senang hati, Ibu Queen—pembina ekstrakulikuler kesenian mau mendampingi keberangkatan mereka. Begitupun dengan Pak Gio selaku guru musik. Hal yang cukup melegakan karena bisa membuat semuanya merasa aman.

Ada sekitar tiga puluh anak yang ikut, beberapa ada yang membawa mobil pribadi dan selebihnya memilih mengendarai motor saja.

Semuanya sudah berkumpul di satu titik yang telah ditentukan. Saka sudah siap dengan Frelox, alias motor kesayangannya. Moza di sampingnya terlihat gelisah karena dia tidak terbiasa ikut camping. Mamanya tak pernah mengizinkan Moza untuk ikut kegiatan apapun. Selain kesepian, hidup Moza juga memiliki tekanan. Semua itu dia dapatkan karena satu pembelaan dari mamanya, yaitu demi kebaikan Moza. Padahal Moza tidak bahagia, Moza tidak baik-baik saja.

Saka mencari-cari keberadaan Raya, tapi cewek itu belum terlihat olehnya. Dia malah harus menghela napas karena melihat Thalita dan Luna berjalan ke arahnya. Saka baru tahu bahwa ternyata mereka berdua juga ikut acara ini.

Benar saja, Thalita langsung bergelayut manja pada tangan Saka. Beruntung Moza cepat-cepat mendorong cewek itu agar sedikit menjauh. "Gak usah keganjenan jadi cewek, apalagi sama Saka."

Thalita menepuk-nebuk bagian yang telah disentuh oleh tangan Moza, seperti membersihkan kotoran. Moza sampai geram sendiri dibuatnya.

"Moza, lo itu cuma sahabatnya Saka. Jadi nggak usah halangin gue buat deket sama dia."

"Iya aku sahabatnya Saka, dan kamu bukan siapa-siapanya Saka. Jadi nggak usah deket-deket. lagian Saka nggak suka sama cewek ganjen macam kamu. Saka itu sukanya Raya, seenggaknya dia lebih punya harga diri dibanding kamu."

"Za, udah nggak usah ditanggepin," ucap Saka dengan lembut.

"Tapi Saka, yang aku bilang itu semuanya bener, kan? Lihat tuh penampilannya, kita itu mau camping, bukan mau main lenong. Ngapain dia dandan kek ondel-ondel begitu."

Saka hampir saja tertawa mendengar penuturan Moza. Thalita langsung mengecek make up-nya melalui kaca kecil yang selalu dia bawa. Bukannya minder, Thalita malah semakin yakin bahwa dirinya itu cantik.

"Kak Lita cantik," ucap Luna membela kakaknya, padahal dalam hatinya sendiri mengatakan bahwa kakaknya itu memang berlebihan kali ini.

"Iya, mirip ondel-ondel, kan?"

"Moza," tegur Saka sekali lagi.

Dari pada urusannya semakin panjang Saka menggenggam tangan Moza lalu mengajaknya pergi menjauh dari kakak-beradik itu.

"Lain kali nggak perlu kamu tanggapi mereka, nggak akan ada habisnya, Za."

"Tapi mereka menyebalkan, Saka. Sekali-kali harus dikasih tahu. Emangnya Saka mau mereka gangguin Saka terus?"

"Nggak. Kalo gitu makasih."

Moza mengangguk, dirinya merasa sangat nyaman digenggaman Saka.

"Sekarang Saka tanya, kamu yakin berangkatnya mau naik motor sama Saka?"

My Feeling [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang