Lo baru aja kehilangan orang yang bener-bener tulus sayang sama lo. Cuma lo pura-pura nggak sadar aja. Segala sesuatu emang baru terasa berharga saat udah nggak kita miliki.
[ Arestya Monica ]
Ruang kelas yang tadinya ramai dan rusuh tiba-tiba senyap saat Saka masuk dengan napas yang memburu. Aktivitas orang-orang di dalam sana seolah langsung terhenti. Semuanya menatap Saka dengan raut wajah bingung dan bertanya-tanya.
"Lo kenapa?" tanya Edgar.
Saka menggeleng, langsung menghampiri Fallen yang kembali fokus pada arsirannya. Cowok itu sebenernya sedang tidak baik-baik saja, tapi dia hanya diam.
"Fal, jelasin ini maksudnya apa?" tanya Saka langsung pada intinya.
Fallen diam sejenak, menatap kotak yang Saka sodorkan padanya tiba-tiba. Lalu dengan ragu meraihnya, membukanya perlahan dan membaca apa isi di dalamnya.
"Jadi lo udah tahu semuanya?"
"Tahu apa? Lo harus jelasin semuanya sama gue apa yang sebenarnya terjadi, Fallen."
Fallen menarik napas panjang, bangkit berdiri dan berjalan keluar kelas. Saka masih mengejarnya, sementara Sean dan Edgar saling pandang sebab semakin dibuat bingung. Keduanya baru mengerti saat membaca surat-surat itu. Tadi Fallen meninggalkannya begitu saja.
"Fal, tunggu dulu. Lo mau kemana?"
"Kalo lo mau gue jelasin, ikut gue. Di kelas berisik."
Saka tetap mengikuti Fallen dari belakang, cowok itu berjalan ke arah tangga rooftop. Menurut Fallen di sana dia bisa dengan leluasa menjelaskan semuanya. Selain mencari tempat yang sepi, rooftop SMA Cakrawala bisa membuat pikirannya sedikit tenang karena bisa melihat pemandangan dari atas.
Sesampainya di rooftop SMA Cakrawala, Fallen hanya diam. Memandang ke bawah dan menghembuskan napas kasar. Dia sudah tidak bisa berbohong lagi tentang perasaannya pada Saka, bahwa dia mencintai Rasa Aureila. Gadis yang sudah bertahun-tahun menjadi sahabat favoritnya. Sahabat yang berhasil menguasai hati dan juga pikirannya selama ini.
Saka menepuk pundak Fallen, meminta cowok itu segera menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.
"Fal, gue ini sahabat lo, kan? Lo percaya sama gue, kan? Kenapa lo nggak pernah mau jujur. Sejak kapan Rasa suka sama gue? Sejak kapan dia nulis surat-surat itu? Surat yang bahkan gue sendiri gak tahu isinya apa. Kenapa gue cuma dapet surat terakhirnya?"
Fallen menatap Saka dengan serius, matanya berkaca-kaca tapi tetap cowok itu tahan agar tidak menangis di hadapan siapa pun.
"Gue yang salah, Sak. Lo boleh marah, lo boleh kecewa, lo boleh pukul gue sekarang. Rasa suka sama lo sejak kita kelas sepuluh, sejak pertama kali dia kenal sama lo. Mulai dari situ dia selalu antusias dengerin cerita gue tentang lo, dia bermimpi bisa jadi cewek yang lo jaga mati-matian seperti lo jagaian Prila dan Moza."
"Tapi Rasa terlalu takut buat jujur sama lo, dia ngerasa belum pantas buat lo. Tapi dia selalu punya harapan, dia selalu cerita di diary miliknya tentang lo. Semakin lama dia mulai capek mendem semuanya sendiri. Dia juga mau lo tahu perasaannya, tapi lagi-lagi dia takut. Kelas sebelas dia mulai nulis surat buat lo, semuanya dititipin sama gue. Dia selalu tanya respon lo kayak gimana, dan gue selalu jawab lo biasa aja." Fallen menjelaskannya dengan cepat, dia benar-benar dilema selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Feeling [END]
Teen FictionTentang rasa yang tak pernah dapat diabaikan hadirnya. Hati Saka langsung tertambat pada Raya kala gadis itu berjalan acuh melewatinya. Saka tak pernah benar-benar bersemangat perihal asmara setelah kehilangan sahabat sekaligus cinta pertamanya dulu...