🐝Part 14

5.6K 178 0
                                    

"Dari mana Rei? Kok mata lo sembab gitu? Jangan bilang lo habis nangis" tanya Dania bertubi - tubi

"Sial!"
Meskipun Raina telah mencuci mukanya,namun belum tentu mata sembab dan hidung merahnya hilang sepenuhnya.Raina yang menyadari hal itu semakin merutuki dirinya.Jika sahabat - sahabatnya itu tau,bisa - bisa akan di beri ceramah,yang panjangnya melebihi jalan tol dia.

"Eh enggak kok.Biasa aja tuh perasaan" Fanya pun yang menyadari kebohongan Raina hanya menggelengkan kepala.

"Yang sabar,masih ada kita disini.Jangan sedih terus oke?" Ucap Fanya mencairkan suasana.Raina pun tersenyum seraya memeluk sahabatnya itu.

Bel pulang berbunyi...

Saat ini tinggal Fanya seorang diri di dalam kelas.Semua temannya sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu.Ia terpaksa harus pulang lebih lambat karena harus mencatat beberapa materi OSN dari guru fisika.

Selesai mencatat Fanya langsung membereskan buku - buku nya di atas meja,dan segera keluar dari kelas.Suasana sekolah saat ini sudah lumayan sepi,hanya tersisa beberapa murid saja.

Fanya pun menyusuri koridor menuju pintu gerbang sekolah.

Ia sudah sampai di depan gerbang sekolah menunggu jemputan.Suara klakson motor berhasil membuat Fanya tersentak kaget dan refleks menoleh ke sumber suara.

"Rafa? Ngapain dia disitu? Apa dia mau nagih utang ke gue? Ah gak mungkin lah,gue kan gak punya utang ke dia.Trus dia ngapain dong nyamperin gue?" Rafa yang melihat Fanya melamun dari tadi pun kembali mengklakson motornya sehingga membuat Fanya tersadar dari lamunannya.

"Dimana?" tanya Rafa yang membuat Fanya menyerngitkan dahinya.

"Apanya?" tanya balik Fanya

"Belajar" Fanya pun masih tak paham dengan ucapan cowok di depannya itu.Menjengkelkan.Kenapa semakin lama Rafa semakin dingin,sampai kalah tuh kutub utara.

Rafa yang mengerti Fanya tak paham dengan ucapannya barusan hanya bisa menghela napa berat.

"Belajar dimana sekarang?"Fanya langsung teringat kalau dia akan selalu belajar bersama Rafa selama dua bulan kedepan.

"Di rumah gue" jawab Fanya cepat.Yang langsung mendapat anggukan dari Rafa.

"Naik"Fanya pun menaiki ninja milik Rafa.

***

"Assalamualaikum ... "

"Waalaikumsalam ..."

"Mau belajar bareng ya? Ya udah belajar di ruang keluarga aja.Mama ke dapur dulu ya" Rafa pun tersenyum kemudian mengangguk pelan.

"Lo duluan aja.Gue ke atas dulu ganti baju" Lagi - lagi Rafa hanya mengangguk dan segera berjalan menuju ruang keluarga tanpa mengatakan hal apapun.

Rafa dan Fanya tengah serius belajar.Seperti biasa tidak ada percakapan diantara keduanya.Fanya yang sudah gemas sedari tadi akhirnya buka suara.

"Raf"

"Hm"

"Lo anak tunggal ya? Kemarin pas gue ke rumah lo sepi banget,gue cuman liat bunda sama ART lo doang.Trus bokap lo kemana?" cerocos Fanya.Sedangkan Rafa malah asik dengan buku yang di genggamnya itu.

"Bokap gue di luar negeri" jawab Rafa datar.

Fanya pun hanya ber'o' ria.

"Lo punya kakak atau adik gitu?" Rafa langsung menoleh ke arah Fanya.Ia menatap Fanya dengan tatapan sulit di artikan.Ada rasa kecawa yang tersirat di matanya saat Fanya menanyakan hal itu,walaupun Fanya tidak pandai membaca pikiran seseorang dengan hanya melihat matanya,tapi hal itu cukup jelas di lihat oleh Fanya.

Rafa langsung mengalihkan pandangannya dan kembali menatap buku fisikanya itu.Fanya yang merasa aneh dengan sikap Rafa barusan hanya mengerdikkan bahunya acuh.

"Kalo lo?" Fanya tak percaya apa Rafa bertanya padanya barusan.Atau ia hanya salah dengar saja?

"Eh gue?"
"Iya,gue punya abang tapi gak punya adik" Rafa terlihat mencari seseorang di sekeliling rumah Fanya.

"Dia kuliah di Jogja.Pulangnya mungkin dua bulan sekali itupun gak pernah lama.Paling lama cuman seminggu,kecuali kalau lagi cuti.Bisa sampe dua bulanan" Rafa hanya ber'o' mendengar penjelasan dari Fanya.

"Namanya Ryan,gak punya pacar alias jomblo.Dia itu kakak yang paling nyebelin sedunia.Punya gebetan namanya Raina,yaitu sahabat gue." Ada apa ini? Bahkan Rafa saja cuma bertanya punya kakak atau tidak.Kenapa gadis ini malah menjelaskan tentang abangnya itu sampai begitu detailnya.Tapi,tak apalah.Hitung - hitung dia juga sedikit mengetahui tentang Fanya.

Setelah berbincang cukup lama,eh lebih tepatnya Fanya lah yang berbicara karena sedari tadi Rafa hanya diam saja.Merekapun memutuskan untuk melanjutkan belajarnya.

Matahari sudah menunjukkan tanda - tanda akan tenggelam.Rafa pun sudah pulang dari rumah Fanya beberapa puluh menit yang lalu.Saat ini Fanya tengah berbaring sambil memandangi langit - langit kamarnya.

Tak selang berapa lama,Fanya pun tertidur lelap.

"Fan.. Fanya bukain dong sayang.Kamu di dalem kan?" Teriak Mama Fanya dari luar sambil menggedor pintu kamar Fanya.

"Fanya! Buka dong!"

Karena tak ada jawaban dari Fanya akhirnya,mama Fanya pun mencoba membuka pintunya barang kali tidak di kunci.

Berhasil! Ternyata pintunya tidak terkunci.Mama Fanya pun masuk ke dalam kamar Fanya.Ia menghampiri Fanya yang tengah tertidur lelap di ranjangnya.Ia mengusap sayang rambut Fanya.

"Fanya bangun sayang,makan malam dulu,kamu belum makan dari pulang sekolah tadi.Ayo bangun,makan!" ucap mama Fanya sambil menepuk pelan pipi Fanya.Fanya pun mengerang kecil,karena merasa tidurnya di ganggu.

"Fanya cepet bangun,makan dulu sayang" ucap mama Fanya lagi.

"Eenggghhh.. mama? Ngapain mah?"
ucap Fanya setengah sadar ketika melihat mamanya sudah duduk di samping tempatnya tidur.

"Ayo bangun,makan malam dulu.Kamu kan belum makan sejak sepulang sekolah tadi Fanya" perintah mama Fanya.

Fanya pun mengubah posisinya menjadi duduk.

"Hooaaam... ya udah aku mau mandi dulu"

"Ya udah mama keluar dulu"

Selesai mandi dan bersiap - siap,Fanya pun segera turun untuk makan malam.Di ruang makan sudah ada mama dan papanya yang menunggunya.Fanya pun segera duduk di kursi samping mamanya.

"Gimana sekolah kamu Fanya?" tanya Irwan,papa Fanya.

"Biasa aja pah"

"Papa denger dari mama,katanya kamu di pilih untuk mewakili sekolah kamu ya dalam ajang OSN tingkat SMA?"

"Iya pah" jawab Fanya seadanya

"Kamu belajar yang bener,supaya bisa menyelesaikan soal - soal dengan baik.Biarpun nanti gak dapet juara seenggaknya dengan terpilihnya kamu untuk mewakili sekolah,itu sudah membuat mama sama papa bangga sama kamu" ucap Irwan,sembari mengelus rambut anak gadisnya itu.

"Iya pah.Aku akan berusaha semampu aku.Kan belajarnya juga gak di sekolah,jadi ya bisa rilex belajarnya"

"Temen kamu yang belajar bareng kamu itu sekelas sama kamu?"

"Rafa maksud papa?"

"Iya"

"Aku gak sekelas sama dia.Dia XI IPA-1"

"Berarti lebih pinter dia dong,dari pada kamu" ejek Irwan

"Papa nyebelin ah,sama anak sendiri juga"

"Enggak,papa becanda kok"Fanya pun kembali tersenyum

"Ya udah cepet lanjutin makannya,kok malah ngobrol"

Merekapun melanjutkan makan malamnya dengan santai.Sesekali ada tawa yang menghiasi keluarga kecil itu.

Ikutin terus ya...
Jangan lupa votement!

The Perfect Ice Boy✔ ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang