🐝 Part 35

4.6K 159 16
                                    

Special part Ryan and Raina
.
.

Happy reading..

Ryan pov

Gue lagi siap - siap dikamar karna beberapa menit lagi gue ada janji ama seseorang. Setelah memakai pakaian yang gue pilih, gue langsung mengoleskan sedikit gel  dirambut gue biar lebih macho gitu.

Malam ini gue sengaja gak pergi ke rumah sakit karna ada janji ama seseorang. Untungnya ada si Rafa yang siap nemenin Fanya dirumah sakit. Nyokap bokap juga lagi keluar kota nemuin temen bokap yang seorang dokter spesialis tulang untuk membantu pemulihan luka Fanya. Ok udah dulu ngebacotnya, sekarang lanjot kecerita.

Setelah itu gue langsung menuruni anak tangga dan menuju garasi buat ngeluarin mobil bokap.

Jung..jung..jung (kira - kira gitu deh suara mobilnya.)

Gue langsung bergegas menuju tempat janjian. Sebagai pengandara yang mematuhi peraturan lalu lintas gue ngendarain mobil dengan kecepatan sedang, karna masih banyak yang butuh gue disini. Jadi kalo gue mati karna nabrak pembatas jalan kan gak enak juga. Seenggaknya kalo gue mati gak usah deh nyusahin orang. Ya gak?

Beberapa menit kemudian gue udah nyampek ke tempat janjian. Setelah markirin mobil, gue langsung turun dan menuju bibir pantai yang dihiasi banyak lampu - lampu warna warni. Ya disinilah tempatnya di pantai.

Sambil menunggu, gue  jalan - jalan aja menyusuri pantai. Tapi ya yang deket- deket aja gak sampe jauh- jauh.

Karena capek gue langsung menuju kafe yang terlatak tak jauh dari pantai. Sambil menikmati angin malam.

Saat lagi santainya minum jus tiba - tiba ada cewek yang duduk di sebelah gue.

Author pov

"Udah lama? Maaf ya tadi kena macet." Ucap gadis tersebut lalu mengambil posisi duduk disamping Ryan. Gadis itu adalah Raina.

"No problem. To the point aja." Ucap Ryan datar, seolah ia tak membutuhkan lagi gadis disampingnya itu. Padahal jauh dilubuk hatinya ia masih sangat mencintai dan merindukan gadis itu. Munafik sekali,  bukan?

"Mmm.. disana aja yuk." Ajak Raina menunjuk ke arah pantai. Ryan pun langsung beranjak dan segera berjalan menuju pantai.

"Ryan, gue cuma mau bilang. Gue minta maaf atas kelakuan gue ke Fanya. Gue nyesel sekarang." Ucap Raina. Tak terasa bulir air mata sudah membasahi pipi Raina.

"Hiks... hiks... gu-gue ttau lo masih marah kan sama gue? Gue emang gak pantes buat lo hiks.... Maafin gue, gue mohon. Hiks hiks hiks." Ryan masih tak bergeming ditempatnya.

"Lo boleh bilang kalo gue ini perempuan paling jahat sebumi. Iya! Emang itu kenyataannya dan lo gak pantes dapetin cewek jahat kayak gue. Hiks hiks."

"Gue janji, gue gak akan ganggu hidup kalian lagi hiks...hiks... Mulai saat ini gue akan pergi sejauh mungkin agar hidup kalian tenang tanpa gue."

"Tapi gue mohon, kasi gue kesempatan sekali aja untuk meluk elo untuk yang terakhir sebelum gue benar - benar pergi dari kehidupan lo dan lainnya." Ucapnya masih dengan tangisannya.

Hening.

"Gue gak maksa kok. Tapi gue titip ini ke Fanya. Tolong kasi ke dia kalo gue udah bener - bener pergi, dan kalian boleh ceritain semuanya tentang kecelakaan yang nimpa dia yang disebabkan oleh gue." Ucap Raina masih terisak.

"Gue pamit ya. Makasih buat semuanya. Gue sayang sama lo." Ucap Raina dengan menerima kenyataan pahit bahwa lelaki yang dicintainya selama ini telah membencinya akibat ulahnya.

Namun, sebelum Raina benar - benar pergi Ryan terlebih dulu menarik tangan Raina ke pelukannya. Raina pun langsung mengeratkan pelukannya dan menangis sejadinya di dada Ryan.

"Hiks.. hiks.. hiks... " Ryan membiarkan Raina menumpahkan air matanya dipelukannya. Ia pun tak tega jika melihat gadis itu terus menangis.

"Hiks... hiks... ma-af."

"Jangan pergi, gue mohon." Ucap Ryan yang membuat tangis Raina seketika terhenti.

"Gak ada manusia yang gak luput dari kesalahan. Tak terkecuali elo."
"Gue mohon jangan pergi. Tetep disamping gue."

"Tap-tapi ggue malu Yan, gue malu sama diri gue sendiri. Gue udah jahat sama kalian semua."

"Gue paham sama perasaan elo. Kalo lo mikir gue bencu sama lo karena tindakan lo ini, lo salah besar. Karena tugas gue disini untuk nuntun lo ke jalan yang benar, bukan malah membiarkan elo makin terjerumus ke lembah hitam." Ucap Ryan menenangkan Raina.

"Gue akan selalu disamping elo, meskipun seluruh dunia menjauhi lo. Satu hal yang gue minta, jangan pernah ngulangin kesalahan yang sama." Ujarnya lagi sambil mengusap lembut bekas air mata Raina dipipinya.

"Makasih ya. Gue janji, gak akan ngulangin kesalahan itu lagi." Kemudian mereka berpelukan layaknya dua orang yang saling mencintai.

"I love you." Bisik Ryan tepat di telinga Raina.

***

"Makasih ya. Gue masuk dulu. Makasih buat semuanya." Ujar Raina lalu turun dari mobil Ryan.

"Tunggu." Cegah Ryan.

"Kenapa?"

"Eng- enggak jadi. Sweet dream baby." Ucap Ryan yang berhasil membuat rona merah dikedua pipi Raina.

"I-iya." Ucapnya gugup tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya didepan Ryan.

"Gue masuk dulu. Hati - hati ya."

___________________________________

Helo gais,
Masih ada yg nungguin cerita ini ga?

Auto mau nanya, kalo misalnya bikin sequel nya Ryan sama Raina kira - kira pada mau baca ga nih?
Komen ya...

👇

The Perfect Ice Boy✔ ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang