🐝 Part 37

4.5K 138 10
                                    

"Gue tau kalau kalian udah maafin gue. Tapi tetep aja, rasa bersalah itu gak akan pernah bisa hilang dari ingatan gue."

"Gue sedih setiap kali bayangin itu." Ujar Raina yang terlihat sedang membuka album foto miliknya dan sahabat-sahabatnya.

"Rein...." teriak Mama Raina lalu masuk ke kamar putrinya itu.

"Iya Mah?"

"Kamu udah siap sayang?"

"Iya Mah. Gimanapun juga aku harus siap. Tapi, jika nanti aku gak ber---"

"Ssstttt... kamu gak boleh ngomong gitu sayang. Mama yakin kamu kuat. Anak Mama kuat kok. Gak boleh ngomong gitu lagi ya." Ucap Mamanya sambil mengeratkan pelukannya.

"Mama maafin Rein ya, kalau selama ini Rein slalu nyusahin Mama sama Papa." Dan meluncurlah air mata Mama Raina ketika mendengar pernyataan putrinya itu. Ia menangis sejadinya sambil memeluk tubuh Raina.

"Kka-mu gak nyusahin Mama sayang. Kamu jangan ngomong gitu dong. Ayo semangat!" Ucap Mamanya menyemangati.

"Tap--"

"Udah Mama gak mau kamu terus nyalahin diri kamu sendiri. Sekarang cepet beresin barang - barang kamu. Mama sama Papa ambil penerbangan jam 9 pagi."

"Iya Mah."

Mamanya pun keluar dari kamar. Setelah menutup pintu Mama Raina langsung menangis sejadinya disana. Ia sangat khawatir dengan kondisi Raina. Ia tak sanggup melihat keadaannya saat ini.

Ia tak pernah membayangkan jika putrinya akan mengalami hal sesulit ini.

Malam harinya selesai ia membereskan semua barang - barangnya yang akan ia bawa. Raina segera mencuci muka di kamar mandi. Dan segera naik ke atas kasur untuk istirahat

Baru saja ia akan menaikkan selimut pada tubuhnya, Mamanya kembali masuk kedalam kamarnya.

"Sayang, ada Ryan tuh di ruang tamu. Kamu samperin gih."

"Apa Mah? Ryan? Mama yakin? Gak bohong kan?" Tanya Raina bertubi - tubi.

"Enggak. Cepet turun dan temuin dia. Kasihan dia nunggu kelamaan nanti."

"Hmm gapapa Mah kalau aku nemuin dia?"

"Emang siapa yang larang? Kamu harus terbuka sama dia jangan lagi ada yang di tutup - tutupin. Mama tau kok Ryan itu udah serius sama kamu."

"Mama yakin, kalau Ryan tau tentang kondisi aku dia bakal tetep nerima aku?"

"Mama yakin kok sayang. Kamu optimis dong!"

Air mata Raina kembali meluncur dari tempat awalnya membayangkan apa yang ia katakan tadi. Ia sangat takut orang yang ia cintai akan pergi meninggalkannya jika tau kondisinya yang sebenarnya.

"Hiks... Rein takut Mah."

"Kamu jangan nangis. Harus optimis dong sayang. Mama yakin kamu kuat kok. Jangan sedih gitu dong. Ya udah sana cepet cuci muka trus temui dia." Perintah Mamanya.

Raina pun segera menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya dan langsung turun kebawah menemui Ryan.

"Ryan?" Raina pun langsung mengambil posisi disamping Ryan.

"Lo abis nangis ya?"

Peka.

"Eng-enggak kok. Emang kenapa?"

"Mulut lo bisa bohong, tapi mata lo enggak."

"Dibilangin enggak juga. Tadi abis kelilipan."

"Iya deh iya. Jalan yuk." Ajak Ryan.

"Bentar ya gue ijin ke Mama dulu." Baru saja ia akan meminta ijin ke Mamanya. Mamanya terlebih dulu berbicara yang membuat keduanya kaget.

"Udah sana pergi. Gapapa kok. Tapi jangan lewat jam 10 ya." Ah ternyata Mamanya itu sudah menguping sejak tadi.

"Boleh Mah? Uuuh makasih ya Mamaku yang cantik."

"Kalau ada maunya aja baru muji. Udah sana cepet ganti baju."

"Siap bosq."

10 minute later...

"Yuk. Gue udah siap." Raina turun dengan memakai rok pendek diatas lutut berwarna coklat muda yang sangat pas di tubuhnya, dan dipadukan dengan baju lengan pendek dan panjangnya hanya menutupi sampai bagian pusarnya.

"Mah, aku berangkat ya. Assalamualaikum..." Pamit Raina lalu mencium punggung tangan Mamanya dan di barengi oleh Ryan.

"Kalau nanti Raina kelihatan capek. Cepet bawa pulang ya. Soalnya dia kalau udah main lupa ama kesehatannya." Bisik Mama Raina pada Ryan.

"Iya Mah. Kita pamit ya."

Mobil Ryan pun meleset menuju tempat tujuan. Membelah jalanan kota yang sangat ramai dengan kendaraan lainnya.

"Nih." Ryan mnyodorkan jaket miliknya pada Raina.

"Buat apa ini?" Tanya Raina bingung.

"Tutupin paha lo. Mata gue gak bisa fokus dari tadi." Ucap Ryan dengan jujurnya.

"Haha, ya jangan liatin makanya."

"Terserah deh."

"Gak usah deh. Gue lebih nyaman gini." Setelah mendengar jawaban dari Raina, Ryan pun langsung meminggirkan mobilnya.

Ryan pun melepas sabuk pengamannya dan mendekatkan wajahnya ke arah Raina. Raina pun terkejut dengan kelakuan Ryan dan merasa gugup.

"Aduh, ini Ryan mau ngapain sih? Gue gugup banget sumpah."

"Ll-lo mau ngapain?"

Ia tetap diam.

"Ryan jangan macem - macem ini di mobil."

"Apaan sih? Orang cuma mau nutupin paha lo doang kok. Gue takut khilaf Rein, lo gak ngerti sih nafsu cowok itu gimana."

"Oh hehe. Iya maaf."

"Lain kali kalau pake rok atau celana dibawah lutut ya. Gue gak mau orang lain ngeliat apa yang seharusnya udah jadi milik gue."

Cup.

Ryan mengecup lembut kening Raina yang sontak membuat Raina kaget dan tersipu malu.

Mereka pun sampai di sebuah kafe terbuka terletak di ujung kota. Pemandangan malam yang indah menambah kesan indah di kafe ini. Apalagi suasananya pun sangat pas.

"Lantai atas aja yuk."

Mereka pun duduk diujung disamping pagar yang membatasi langsung luar bangunan. Dari atas sini ia bisa melihat kota yang sangat indah dengan lampu - lampu menambah kesan romantis.

"Mau pesan apa?"

"Samain aja."

"Oke."

Tak lama pesananpun datang. Mereka langsung menyantap santapan yang sudah di hidangkan.

"Ryan, ada yang mau gue omongin sama lo." Ucap Raina memulai percakapan.

"Apa?"

"Gu-gue..." ucapnya menggantung.

"Lo kenapa?"

"Hmm gu- gu- gue" Rasanya susah untuk mengatakan semuanya pada Ryan.

"Lo kenapa sih? Ngomong aja." Desak Ryan.
Setelah mengambil nafas dalam - dalam, Raina langsung melanjutkan pembicaraannya.

"Gue mau pindah ke Jerman."

________________________

Nah loh? Gimana gengs Raina mau pindah ke Jerman tuh.

Trus nasib Ryan gimana?

Ikutin terus ya kelanjutannya.

Jangan lupa vomentnya😙

The Perfect Ice Boy✔ ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang