🐝 Part 39

4.7K 134 3
                                    

Saat ini Raina tengah berada didalam kamarnya sambil menangis di sudut ranjang. Ia membayangkan semua kenangannya bersama Ryan dan ketiga sahabatnya. Rasanya tak sanggup jika ia harus meninggalkan kota penuh kenangan ini.

Tetapi bagaimanapun juga ia harus tetap menerima semuanya. Ia harus ikhlas menjalaninya demi kebaikannya juga.

Lelah ia menangis, ia pun langsung turun dari ranjang dan mencuci mukanya. Setelah itu ia kembali naik ke kasur untuk tidur.

Keesokan harinya....

Hari ini Fanya memutuskan untuk sekolah. Padahal kedua orang tua dan kakaknya sudah melarangnya untuk tidak sekolah dulu sebelum keadaannya benar - benar pulih. Tapi Fanya tetap bersih keras untuk sekolah.

"Mama....... aku berangkat yahh umach umachhhhhhh. Aku sayang Mama." Teriaknya kegirangan karena setelah cukup lama ia tak sekolah.

"Ih kamu ini kayak anak kecil. Awas ya kalau capek langsung telfon Mama biar Mama langsung jemput. "

"Iyaaaa Mamakuu sayang....."

"Udah sana pergi."

"Dadaaaah Mama...."

"Iya iya dadaaaa..."

Fanya pun langsung masuk kedalam mobil Ryan. Hari ini Ryan lah yang mengantarnya karena nanti siang ia harus kembali ke kampus dan tidak bisa pulang lagi ke rumah.

"Cepetan bang... gue udah gak sabar ini pen ketemu temen - temen." Desak Fanya sambil mengguncang lengan Ryan.

"Iya iya. Sabar napa."

"Cepetan ihhh."

Setelah beberapa keduanya pun sudah sampai di depan gerbang sekolahnya.

"Yeeeeyyhh. Akhirnya nyampek. Gue turun sini aja deh." Setelah melepas sabuk pengamannya saat ia sudah membuka pintu hendak berjalan keluar. Tiba - tiba punggungnya kembali nyeri akibat terlalu lama duduk.

"Aaaaw.. duh nih punggung napa sih? Nyusahin deh."

"Lo kenapa dek? Apa yang sakit?" Tanya Ryan yang melihat adiknya merintih.

"Aduh punggung gue mulai deh. Aaw sakit banget bang."

"Makanya kalau di bilangin orang tua itu dengerin. Dibilangin jangan sekolah dulu ngeyel." Ryan pun segera keluar dari dalam mobil. Tiba - tiba ia menggendong Fanya ala bridal style  yang cukup membuat Fanya kaget.

"Isshh bang lo apaan sih? Turunin gak! Gue malu elah. Gua bukan anak kecil lagiii abang!!!!" Fanya berontak meminta turun pada Ryan. Ia sangat malu di perlakukan seperti itu. Apalagi sepanjang koridor banyak pasang mata yang terus memperhatikan keduanya.

"Udah diem. Gue laporin Mama tau rasa lo! Biar gak dibolehin sekolah lagi."

"Aaaiisshh."

Saat memasuki kelasnya teman - temannya pun senang melihat Fanya kembali sekolah tapi kaget juga karna Ryan menggendongnya.

"Loh Fanya lo kenapa? Kalo masih sakit jangan dipaksain sekolah." Seru Dania dengan dramatisnya.

"Ihh apaan sih. Gue udah sembuh tau." Elak Fanya.

"Gue titip ni bocah ya. Jangan bolehin dia lari - lari. Kalo perlu kalian gak usah kemana - mana dikelas aja oke? Inget ya." Ujar Ryan pada kedua sahabat Fanya yang tak lain adalah Zahra dan Dania.

"Siap bang!" Jawab Dania semangat.

"Ya udah trus Rafa belom kesini?"

"Dia belum dateng mungkin." Jawab Zahra.

The Perfect Ice Boy✔ ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang