🐝 Part 34

4.6K 179 6
                                    

Malam ini Raina memutuskan untuk pergi kerumah sakit melihat keadaan Fanya, meskipun hanya dari jauh ia akan sangat bahagia melihat sahabatnya itu.

Ia sudah benar - benar menyesali perbuatannya pada Fanya. Seharusnya ia tidak terhasut dengan omongan licik Amel. Ngomong - ngomong tentang Amel. Gadis itu telah menghilang dari sekolah sejak kejadian tersebut. Entah kemana perginya Amel sehingga tak meninggalkan jejak setitikpun.

Setelah mengoleskan lip gloss  di bibirnya, kemudian ia meraih bingkai foto yang berisi foto mereka berempat Zahra, Dania, Fanya dan dirinya. Ia begitu merindukan ketiga sahabatnya itu. Tak terasa, air mata meluncur ke pipinya. Ia menangis tersedu mengingat semua kenangan bersama sahabatnya itu.

"Hiks... hiks... gu- gue minta maaf. Hiks... hiks..." ucapnya lalu mencium foto tersebut.

👣

Rafa langsung bergegas menuju rumah sakit ketika mendapat kabar dari bang Ryan bahwa Fanya tengah siuman. Ia sengaja menggunakan motor agar lebih cepat sampai dan terhindar dari macet.

Ia tak memperdulikan teriakan dari pengendara lain karena mengendarai motornya secara ugal - ugalan.

Yang dipikirannya saat ini hanya satu, yaitu Fanya.

Sesampainya didepan ruang rawat Fanya, ia bisa melihat jelas semua orang sangat bahagia didalam sana.

Perlahan ia memasuki ruangan Fanya, semua mata pun langsung tertuju pada Rafa sekarang.

"Fanya." Sapa Rafa yang masih tak percaya.

"Iya Raf. Ini gue." Jawab Fanya dengan senyuman dibibirnya. Sedetik kemudian Rafa langsung mencium sekilas bibir Fanya. Ia tak memperdulikan meski ada kedua orang tua Fanya dan abangnya didalam ruangan tersebut.

Fanya pun sangat terkejut dan tersipu mendapat perlakuan seperti itu. Kemudian Rafa mendekatkan bibirnya pada telinga Fanya dan membisikkan sesuatu.

"Maaf." Bisik Rafa. Fanya pun langsung memukul dada bidang milik Rafa.

"Ihh malu tau!" Ujar Fanya tak bisa menyembunyikan rona merah dipipinya.

"Eh Raf. Jangan macem - macem lo sama adek gue. Hadepin dulu nih abangnya kalo lo berani." Seru Ryan diiringi candaan.

"Heh? Emang gue adek lo? Perasaan gue gak punya tuh abang jelek kek elo." Ejek Fanya.

"Dasar adek lucknut."

"Uuuhhh abang Ryan marah, sini - sini peluk...." Ryan pun memeluk Fanya.

"Modus lu bang." Ucap Rafa.

"Modus dikit gapapa lah. Sama adek sendiri juga."

"Abang mulutnya dijaga dong!" Seru Vina, Mama Fanya yang sedari tadi memperhatikannga.

"Ya udah. Biar kita kasi waktu dulu buat mereka berdua." Ajak Papa Fanya dan langsung disetujui oleh Mama Fanya dan abangnya.

Sebelum benar - benar pergi, Ryan menepuk pundak Rafa seraya membisikkan sesuatu.

"Awas kalo lo berani macem - macem sama adek gue, gue sunat juga lu ampe habis!" Rafa pun hanya cekikikan mendengar ucapan Ryan tersebut.

"Ngapain merhatiin gue terus? Tau deh gue emang ganteng." Bangga Rafa.

"Ih gr,"

"Masih ada yang sakit gak?" Tanya Rafa.

"Masih sih, cuman dipunggung aja kalo dibuat duduk susah."

"Ya udah gak usah dipaksain. Lo baring aja gak usah maksain buat duduk."

"Gakpapa kok gue lebih suka gini."
"Rafa, emang gue koma berapa hari?"

"Udah menginjak setahun kalo gak salah. Buktinya tuh bang Ryan udah brewokan." Canda Rafa.

"Ihh gue serius tau." Rengek Fanya.

"Gue dua rius malah."

"Tau ah sebel!" Ucap Fanya dengan melipat kedua tangannya didepan dada.

"Maaf gue cuman bercanda. Kurang lebih semingguan."

"Lo kangen gak sama gue selama gue koma?"

"Mmm enggak tuh!!"

"Ih jahat."

"Gue cuman kangen sama seseorang yang ada disini." Ucap Rafa sambil menunjuk kearah dadanya.

"Jangan lakuin kayak gini lagi ya. Jangan bikin gue khawatir lagi."

"Cowok gue bisa romantis ya. Haha."

"Kok lo gitu sih? Ya udah gue pergi nih."

"Eh enggak enggak. Gue becanda kok, hehe.

"Ya Tuhan terima kasih karena Kau telah mengembalikannya lagi." Seru seseorang dibalik pintu kamar Fanya. Yang tak lain adalah Raina. Ia ingin sekali menghampiri Fanya, namun ia sangat malu pada dirinya sendiri karena perbuatannya.

"Gue janji gue bakal pergi sejauh mungkin dari kehidupan kalian semua. Gue pamit ya." Raina pun langsung meninggalkan tempat tersebut.

"Raf, kayaknya gue merasa ada seseorang yang merhatiin kita deh."

"Siapa? Mana sih? Gak ada kok."

"Ah mungkin cuma perasaan gue aja kali."



___________________________________
Akhirnya...
Voment ya..

Makasih banget buat kalian yang udah setia nungguin cerita ini. Makasih ya...

The Perfect Ice Boy✔ ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang