🐝 Part 33

4.5K 171 0
                                    

"Dokter! pasien bernama Fanya mengalami kejang - kejang." Seorang dokter dan beberapa suster pun berlari tergesa - gesa menuju kamar Fanya untuk memastikan keadaannya.

"Tolong ambilkan selang oksigen, sus"

"Baik dok." Dokter pun memasangkan selang tersebut dihidung Fanya. Tak lupa ia memeriksa detak jantung Fanya dan lainnya.

"Sepertinya pasien mengalami hal lain selain patah tulang." Ucap dokter tersebut lalu meninggalkan ruangan.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?"

"Saya perlu berbicara pada anda. Mari ikut saya keruangan saya." Mama Fanya pun hanya mengikuti perintah dokter tersebut.

Sesampainya di ruang dokter...

"Ada apa dok?"

"Apa kah putri anda ada riwayat punya penyakit yang berhubungan dengan pernapasan? Contohnya seperti asma?"

"Maksud dokter apa ya? Saya kurang paham."

"Jadi gini bu, Fanya tadi mengalami kejang - kejang akibat kekurangan oksigen. Setelah saya periksa ternyata ada sesuatu yang mengganjal, anak ibu mengalami gangguan di paru - parunya akibat menghirup asap terlalu banyak saat terjadi  kebakaran itu."

"Trus dok apakah gangguan di paru - parunya itu bersifat permanen dok? Apa masih bisa di sembuhkan?"

"Ibu tenang aja itu hanya sementara jika penanganannya maksimal dan jika Fanya tidak mempunyai masalah pada pernafasan."

"Saya mohon dok berikan anak saya penanganan terbaik sampai dia sembuh dok. Saya mohon, hiks.. saya gak tega melihat anak saya merasakan sakitnya sendirian dok hiks hiks.." ucap Mama Fanya dengan air mata yang mengalir deras.

"Insya Allah bu, kami akan berusaha semampu kami. Jangan lupa diiringi dengan doa meminta pertolongan Tuhan."

👣

Malam ini begitu indah. Ribuan bintang bertaburan di langit yang begitu luas ini, menciptakan sebuah keindahan tersendiri bagi yang melihatnya. Tapi keadaan seperti ini sungguh berbeda dengan hati Rafa.

Rafa sangat khawatir dengan kondisi Fanya yang semakin lama semaki  memburuk ia tak tau harus berbuat bagaimana lagi.

Saat ini ia berada di balkon kamarnya, sebenarnya ia ingin sekali mengunjungi Fanya di rumah sakit. Tapi kedua orang tuanya tegas melarangnya dengan tujuan demi kesehatannya juga.

Sedangkan di rumah sakit seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah Vina mama Fanya tengah menangis di samping ranjang melihat anaknya tak berdaya di atas ranjang. Dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya membuat Vina tak tega melihatnya.

"Fanya hiks.. bangun dong sayang. Kamu gak kangen apa sama mama? Hm? Hiks hiks, kamu gak capek tidur terus? Hiks...hiks..."

"Mah. Ayok pulang Mama belum makan dari tadi siang nanti Mama sakit. Ayok Mah pulang." Ajak Ryan.

"Gak mau, Mama mau tungguin adek kamu di sini. Kalo kamu mau pulang pulang sendiri sana. Hiks..hiks.."

"Mama jangan gitu dong, nanti kalo Mama  sakit malah repot nantinya."

Setelah membujuk Mamanya dengan berbagai alasan, Ryan pun berhasil membawa Mamanya keluar dari ruangan Fanya dan membawanya pulang.

Di sisi lain seorang gadis tengah menatap Fanya dari luar jendela. Orang itu adalah Raina. Perlahan ia memasuki ruangan tersebut. Kakinya gemetar, keringat dingin bercucuran melihat sahabatnya tengah terbaring lemah akibat ulahnya.

"Fanya hiks..hiks... maafin gue Fan. Gue bener - bener nyesel udah kehasut omongannya Amel. Gue minta maaf udah ngebuat lo kayak gini. Hiks..hiks... Gue mohon lo bangun Fanya."

Ia meraih tangan hangat Fanya lalu menggenggamnya tulus. Ia sangat menyesali perbuatannya. Ia juga tak percaya bisa melakukan hal seperti ini pada sahabatnya sendiri.

"Fanya hiks...hiks.. plis maafin gue...hiks..hiks..." Raina terus menangis di samping ranjang Fanya dengan masih  menggenggam erat tangannya.

30 menit berlalu bahkan Raina masih betah berlama di ruangan Fanya. Jam menunjukkan pukul 21.30, Ia memutuskan  untuk segera pulang takutnya nanti ada orang yang melihat keberadaannya disini dan membuat ricuh.

"Gue pergi dulu ya.. hiks.. lo cepet sembuh." Ucapnya dengan senyuman di akhir kalimat. Tak lupa menghapus sisa air mata di pipinya

***

Satu minggu berlalu Fanya masih belum juga sadar. Keluarganya pun semakin mengkhawatirkan kondisi Fanya apalagi Rafa dan teman - temannya yang lain.

"Bunda, gimana sama Fanya? Kenapa dia belum sadar juga? Rafa khawatir bun." Ujar Rafa pada bundanya.

"Kamu yang sabar, berdoa aja sayang biar Fanya cepet dapat kesembuhan dari Allah."

"Oh iya ini bun." Rafa menjulurkan sesuatu pada bundanya.

"Apa ini sayang?" Tanya Bunda Rafa bingung.

"Bunda buka aja dulu." Bunda Rafa pun segera membuka amplop tersebut. Betapa terkejutnya ia melihat apa yang tertera di salam amplop tersebut.

"Kamu juara 1 sayang? Ya ampun bunda  bangga banget sama kamu. Kalo Fanya tau pasti dia juga seneng banget."

"Hm iya bun." Ucapnya melemas ketika mendengar nama Fanya di sebut.

"Bun, aku ke rumah sakit dulu ya." Ucapnya langsung mendapat anggukan dari sang bunda.

* di rumah sakit

"Rafa kebetulan banget lo dateng. Lo jagain Fanya dulu ya gue mau beli makanan dulu." Ujar Ryan.

"Ok."

Rafa masuk ke dalam ruangan Fanya. Yang pertama di lihatnya adalah alat - alat medis yang menempel pada tubuh Fanya. Ia sangat kasihan pada gadisnya itu.

"Fanya lo tau gak? Gue dapet juara 1 OSN tahun ini. Gue seneng banget dapetin ini, tapi lebih senengnya lagi kalo lo bangun dan liat apa yang udah gue raih." Kemudian ia merain tangan Fanya lalu menciumnya lembut.

Rafa sudah lelah dengan keadaan seperti ini. Ia pun pergi dari ruang rawat Fanya untuk sekedar menghirup udara segar dan untuk menenangkan pikirannya sejenak.


___________________________________
Voment ya❤

The Perfect Ice Boy✔ ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang