"Gue mau pindah ke Jerman." Ucap Raina secepat kilat. Sontak membuat Ryan yang mendengarnya kaget dan menjatuhkan sendok yang ia pegang ke lantai.
Menit berikutnya ia langsung menarik Raina keluar dari kafe yang sebelumnya ia telah menaruh 3 lembar uang seratus ribu di meja.
Ia menarik tangan Raina cukup keras membuat Raina meringis menahan sakit. Bahkan banyak pasang mata yang meperhatikan mereka berdua.
Ryan membawa Raina masuk kedalam mobilnya.
Didalam mobil hanya keheningan yang terjadi.
"Sekarang, coba jelasin maksudnya tadi apa?" Tanya Ryan tanpa melihat objeknya.
"Mama sakit. Dan harus dilarikan ke Jerman untuk penanganan yang lebih optimal." Jawab Raina menunduk takut.
"Tadi Mama baik - baik aja. Lo bohong kan Rein?"
"Enggak, gue gak bohong. Mama beneran sakit parah." Jawabnya tak mau kalah.
"Separah itu? Sampai harus dibawa ke Jerman?"
"I-iya."
"Lo masih gak mau jujur sama gue Rein? Apa gue gak berarti buat lo sampai lo harus nutup - nutupin semuanya dari gue? Iya?"
"Gue gak nutupin apa - apa Ryan. Gue udah jujur kalo Mama sakit dan dokter bilang harus segera dibawa ke Jerman."
"Gitu ya? Ok." Ryan pun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak peduli dengan teriakan gadis disampingnya yang memintanya untuk memelankan laju kendaraannya. Bahkan ia banyak mendapat klakson dari pengendara lain karna melajukan mobilnya diatas rata - rata.
"RYAN STOP!!!" Teriak Raina entah sudah keberapa kalinya namun tak kunjung di gubris oleh Ryan.
"RYAN BERHENTI!!!!!!! GUE MOHON RYAN."
Setelah beberapa menit. Akhirnya Ryan meminggirkan mobilnya, lalu mematikan mesinnya.
"Gue minta lo jujur sekarang Raina. Apa yang lo sembunyiin dari gue?" Tanya Ryan lembut.
"Gue gak nyembunyiin apa - apa Ryan. Gue udah jujur kalo Mama itu sakit!!. Dan harus dibawa ke Jerman." Jawab Raina dengan nada tinggi.
Ryanpun langsung keluar dari mobilnya, lalu menarik Raina keluar dari dalam mobil.
"Sini turun." Ucap Ryan sambil menarik kasar tangan Raina. Bahkan ia tak peduli dengan Raina yang matanya sudah berkaca - kaca. Inilah sifat Ryan yang belum pernah ia tunjukkan ke orang lain. Ia adalah pria yang egois.
"Ryan mau kemana?" Ryanpun mendorong kencang tubuh Raina hingga terbentur tembok dibelakangnya.
"Plis jangan kayak gini Ryan." Mohon Raina yang sudah melihat puncak kemarahan seorang Ryan.
"Gue minta lo jujur Raina!!!!! Sebenernya ada apa???" Bentak Ryan. Ini sudah kedua kalinya Raina di bentak olehnya setelah kejadiannya Fanya.
"Ma-ma ssa-kit."
"Jangan bohong!!!" Ryan kembali mencengkram kuat kedua bahu Raina lalu mendorongnya sekuat mungkin ke tembok.
"Hiks...Sshh aaww, stop Ryan." Ucap Raina tak kuat lagi menahan air matanya.
"Jadi lo ngaggep gue selama ini apa hah? Gue bukan siapa - siapa? Gue gak berhak tau tentang lo?"
"Iya gue emang gak berhak. Bahkan kita aja gak ada hubungan spesial kan?"
Bugh
Lagi lagi ia mendorong tubuh Raina kebelakang kali ini lebih keras dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Ice Boy✔ ( Complete )
Fiksi RemajaCover by @BlackWhiteAN "Dan lo adalah orang kedua yang bikin gue nyaman setelah bunda gue" ~Rafael Albar Givano "Gue gak tau perasaan apa ini.Gue nyaman setiap deket elo,dan begitupun sebaliknya. Gue merasa seluruh dunia ngehindarin gue kalo lo gak...