🐝 Part 40

4.6K 146 10
                                    

Fanya masih melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia bahkan tak peduli dengan punggungnya yang sudah merasakan nyeri dari tadi. Ingin sekali ia mengistirahatkan punggungnya itu, tapi jika nanti ia berhenti ia akan terlambat menyusul Raina.

Fanya pun semakin melajukan mobilnya ketika melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 08.45. Itu artinya kurang 15 menit lagi.

Fanya semakin menekan pedal gas sampai melebihi 80km/jam. Tiba - tiba..

Mobil itu terpelanting jauh dari jalan ke trotoar. Darah mengalir deras dari kaca mobil yang bening. Asap mengepul yang berasal dari bagian depan mobil yang diakibatkan oleh benturan keras.

Fanya semakin ngeri melihat kejadian yang terjadi langsung didepan matanya. Tubuhnya bergetar hebat dan air matanya mengalir deras melihat kejadian itu. Orang - orang yang ada disekitar lari tergopoh - gopoh untuk membantu sang pemilik mobil.

Benar sekali. Mobil yang mengalami kecelakaan itu bukan mobil yang dikendarai Fanya.

Setelah beberapa menit berhenti. Fanya sadar dan langsung menjalankan mobilnya kembali.

Sedangkan Rafa? Ia terus melajukan motor sportnya untuk mengejar mobil yang di kendarai Fanya. Setelah cukup lama, akhirnya ia bisa melihat mobil Fanya terhalang oleh dua kendaraan didepannya. Tak tunggu lama - lama ia langsung melambung kedua kendaraan itu dan saat ini ia sudah berada tepat dibelakang mobil Fanya.

Beberapa menit kemudian, ia melihat sebuah mobil terpelanting ke trotoar. Asap sangat tebal memenuhi seluruh jalanan. Ia cukup terkejut dengan kejadian itu. Ia sangat bersyukur mobil itu tak menghantam mobil Fanya.

Setelah beberapa menit, ia langsung melajukan motornya kembali berniat untuk menghentikan mobil Fanya.

Tapi Fanya melajukan mobilnya cukup kencang sehingga tak mampu dijangkau oleh Rafa. Apalagi, jalanan kota saat ini sangat padat.

Dibandara...

Fanya langsung berlari keruang tunggu dibandara. Banyak pasang mata yang menatapnya heran. Ia terus berlari menuju ruang tunggu. Maklum saja bandara ini cukup besar dan ruang tunggu berada dilantai 2.

Ia menerobos pegawai bandara yang hendak menghentikannya. Ia tak peduli lagi sekarang.

"Rein......!!!!" Serunya ketika melihat Raina sedang duduk termenung dikursi tunggu.

"Fanya???" Raina pun langsung berlari memeluk Fanya. Keduanya pun saling berpelukan sambil menangis.

"Lo mau kemana hah? Lo mau ninggalin gue disini? Lo mau ninggalin sahabat - sahabat lo? Hikss.... lo gak mikir ya kita semua disini sayang sama lo!! Kenapa lo milih buat pergi? Kenapa?" Ujar Fanya ditengah tangisannya.

"Gue bakalan balik kok. Tungguin gue ya! Jangan lupain gue. Gue gak bakal lama perginya." Ujar Raina sambil menahan tangisnya.

Sedangkan teman - teman Fanya lainnya yang baru datang termasuk Rafa dan bang Ryan langsung menghampiri keduanya.

Zahra dan Dania pun langsung ikut berpelukan bersama Raina dan Fanya sambil menangis.

"Emang lo mau kemana?" Tanya Zahra.

"Iya. Lo mau kemana? Kenapa ninggalin kita semua disini?" Timpal Dania.

"Gue mau pindah ke Jerman. Nyokap sakit dan saran dokter harus cepet dapet penanganan optimal." Jawab Raina.

"Janji ya lo bakal balik!"

"Iyaa gue janji."

"Awas lo gak nepatin janji!" Ancam Dania.

"Beneran yah lo janji bakalan balik lagi, lo jangan lupain kita disana, ga boleh lost contact ok! Pokoknya setiap waktu lo harus ngabarin kita gue ga mau tau!!" Seru Fanya sambil masih tetap memeluk Raina.

"Iya iya. Udah yah jangan nangis lagi. Dikit lagi pesawat gue lending nih."

"Bang Ryan!! Kok lo jahat sih!! Kenapa gak ngasih tau gue dari jauh - jauh hari? Tau gini kita kan bisa nikmatin waktu bersama dulu sebelum Raina pergi." Omel Fanya yang melihat Ryan berdiri tak jauh darinya.

"Gue juga baru tau tadi malem."

"Issshhh alesan!"

"Udah udah jangan berantem malu ah diliatin orang." Lerai Raina.

"Rein.. jaga diri baik - baik ya disana. Inget pesan gue." Ucap Ryan sambil mendekap Raina. Raina yang di perlakukan seperti itu pun hanya bisa menahan air mata yang siap untuk meluncur.

"Ii-iya. Gue slalu inget kok. Makasih ya."

"Gue slalu nungguin lo disini .."

"Gue minta lo jangan terlalu berharap lebih ya ke gue."

"Kok lo ngomongnya gitu sih? Gue gak suka lo ngomong yang aneh - aneh kayak gitu. Pokoknya lo harus balik, gue slalu setia nungguin elo disini Rein... "

"Hm iya. Gue pernah bilang kan kalo kita jodoh suatu saat kita akan ketemu lagi entah kapan itu." Disela perbincangannya dengan Ryan, Mama Raina memanggilnya.

"Rein, cepetan sayang pesawatnya udah lending."

"Iya Mah."

"Fanya, Dania, Zahra dan kalian semua temen - temen gue. Makasih ya buat semuanya. Makasih udah mau jadi sahabat yang baik buat gue. Jangan lupain gue dan semua kenangan tentang gue. Gue pamit ya." Pamitnya

"Ryan, Makasih buat semuanya." Ia pun memeluk sahabatnya satu per satu sebagai tanda perpisahan. Terakhir, Ryan langsung memeluknya erat dan membuat Raina diam sambil menangis didada Ryan.

"Gue pamit yaa... Semoga Tuhan ngijinin kita ketemu lagi." Ucapnya sambil berjalan perlahan meninggalkan mereka semua sambil melambaikan tangannya.

"Gue terharuuu bang..." Kata Doni dengan mata berkaca - kaca.

"Uluhh sini peluuuk." Azka memeluknya dari samping.

"Rein.. jangan lupa oleh - oleh yaaa..." Seru Rendy.

"Raina hati - hati yaaa... babang nungguin lo disini." Setelah menyadari ucapannya Bara langsung memukul mulutnya sendiri setelah melihat tatapan tajam yang diberikan Ryan.

"Hehee canda bang...."

Mereka semuapun langsung kembali ke rumah masing - masing setelah mengetahui pesawat yang ditumpangi Raina sudah lepas landas.

"Good bye Indonesia... "




____________

Next up?
Voment dulu dong🤗

The Perfect Ice Boy✔ ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang