🐝 Part 31

4.7K 175 3
                                    

Fanya masih belum sadar karena masih dalam masa kritis setelah melewati operasi akibat patah tulang. Keluarga dan teman - teman Fanya pun bergantian menjenguk Fanya melihat bagaimana kondisinya.

"Hai adeknya abang.. lo gak kangen apa sama gue? Jangan tidur terus dong.. gue mau kok uang jajan gue lo porotin asalkan lo bangun." Ucap Ryan dengan sedikit candaan.

"Fanya gak kangen sama mama papa? Gak kangen berdebat sama abang? Ini emang salah abang, abang gak bisa jagain kamu. Kamu jadi gini karena abang, kamu mau kan maafin abang Fanya? Fanya.. abang mohon kamu bangun .. kamu gak capek apa tidur terus?" ujarnya lagi dengan air mata yang sudah mengalir deras.

Lalu menghembuskan nafas berat.

"Ya udah, abang pulang dulu. Cepet sembuh ya.."

Cup

Ia mengecup kening Fanya lalu berjalan meninggalkan ruang rawat Fanya.

Sepeninggal Ryan dari ruang tempat Fanya dirawat. Pintu kamar kembali dibuka. Terlihat seorang lelaki jangkung dengan sebuket bunga ditangan kanannya.

"Hei.." sapanya lalu mengambil posisi duduk disamping ranjang.

"Gue bawain bunga nih buat lo, lo suka kan? Lo selalu bilang kalo gue cuma cowok dingin, cowok gak peka, tapi nyatanya gue bisa kok jadi cowok romantis kayak yang lo mau." Ujar lelaki itu yang tak lain adalah Rafa.

"Lo tau gak? Tadi disekolah Bu Evi manggil gue ke ruangannya. Dia bilang dua hari lagi penyelenggaraan OSN dimulai. Makanya lo bangun, biar kita bisa berjuang bareng - bareng buat sekolah kita." Ucapnya lagi seolah - olah Fanya mendengar semuanya.

Kemudian ia menghembuskan nafas berat. Ia sangat sadar bahwa gadis yang terbaring didepannya itu tak mungkin mendengar semua penjelasannya.

"Berarti sia - sia ya? Persiapan kita selama dua bulan lalu. Gue gak tau kalo nantinya akan kayak gini Fan, disaat gue udah sangat yakin bahwa lo adalah orang yang pantas ngisi hati gue lo malah ngalamin hal kayak gini."

"Tuhan emang gak adil ya ternyata. Baru aja kita ngerasain bahagia, dalam sekejap Dia langsung ambil kembali."

"Huuuh... cepet sembuh ya."

"Gue sayang sama lo." Ucapnya lalu mengecup punggung tangan Fanya lama.

👣

Disisi lain kedua sahabat Fanya tengah bersiap menuju rumah sakit untuk menjenguk Fanya. Zahra memang sedang berada dirumah Dania sejak 15 menit yang lalu, keduanya memutuskan untuk pergi bersama.

Untuk Raina? Ya setelah mengetahui bahwa Raina lah dalang dari semuanya Zahra dan Dania mulai membencinya dan enggan bersahabat lagi dengannya.


"Cepetan elah.. udah lumutan nih gue." Dumel Zahra sejak tadi.

"Ya elah, bentaran napa. Eh ini lipstik nya yang bagus yang mana ya? Merah cerah atau merah maroon?" Tanya Dania santai.

"Warna biru aja." Jawabnya malas

"Gue serius nih. Yang mana?"

"Ribet banget sih lo. Udah yang merah maroon aja."

"Warna pink aja deh ya."

Golok mana golok? Gue sleding juga nih lama - lama.

30 minute later...

Dania dan Zahra sudah sampai dirumah sakit. Mereka berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Tak lupa dengan membawa berbagai macam roti serta buah - buahan.

Setelah sampai didepan pintu kamar Fanya. Mereka menghentikan langkah mereka melihat Rafa berada didalam.

"Uuuhh sweet banget deh Rafa, pacarnya lagi sakit ditemenin, dikhawatirin, ditangisin. Jadi pengen ada di posisi Fanya." Ucap Dania.

"Huuss.. apaan sih lo. Kebanyakan nonton drakor gini ini jadinya. Btw kasihan juga ya Rafa, gue baru tau kalo cowok dingin kek Rafa bisa luluh juga. Jadi pengen punya pacar gue."

"Iya ya? Gue juga pengen punya pacar kayak si Rafa. Udah pinter, ganteng, walaupun dingin sih."

"Eh udah udah. Kok malah bahas si Rafa sih. Udah yuk masuk."

"Eh tunggu. Biarin Rafa didalem dulu, gue yakin dia pasti kangen vanget ama Fanya. Kita jangan ganggu, gimana kalo kita ke kantin dulu. Ntar kalo Rafa udah pulang baru deh kita masuk."

"Ya udah deh yuk."

👣

Matahari perlahan mulai terbenam. Langit pun sudah menampakkan keindahan senja hari. Rafa sangat betah berada disamping Fanya. Ia terus mengajaknya bicara, padahal apa yang dilakukannya hanya sia - sia. Tante Vina pun berkali - kali menyuruhnya agar pulang terlebih dahulu untuk sekedar makan dan istirahat. Tapi ia bersih keras menolak permintaan mama Fanya dan memilih menamani Fanya.

"Rafa" Rafa pun membalikkan badan.

"Mama?"

"Pulang dulu sayang, kamu juga harus istirahat. Kamu belum makan kan dari pagi? Ntar kalo kamu sakit siapa juga yang repot mama juga kan? Besok kamu kesini lagi, tapi sekarang kamu pulang dulu ya."

"Enggak mah, Rafa mau disini. Mama pulang aja."

"Mama tau kamu pasti sedih banget ngeliat keadaan Fanya sekarang. Tapi kamu gak boleh terus - terusan kayak gini dong Rafa." Wirna, mama Rafa mulai mendekati anaknya dan memeluk anaknya itu memberi ketenangan.

Tak terasa Rafa menangis dipelukan mamanya.

"Mah, Rafa gak mau kejadian itu terulang lagi. Rafa sakit mah.. Rafa sakit." Ucapnya disela tangisnya.

"Iya sayang mama tau. Yang terpenting sekarang kita berdoa ya buat kesembuhan Fanya. Kita pulang ke rumah kamu mandi, terus kita sholat dan berdoa buat Fanya. Mama yakin Fanya kuat kok. Fanya bisa lewati masa kritisnya."

"Ya udah sekarang kita pulang yah. Besok kamu kesini lagi." Rafa pun mengangguk lalu menghapus air matanya.

Ia berjalan kearah ranjang Fanya.

Cup

Ia mengecup kening Fanya. Ia bahkan tak menghiraukan keberadaan mamanya. Mama Rafa yang melihat kelakuan putranya pun hanya menggelengkan kepala. Ia sangat memaklumi hal tersebut.

Semoga kejadian dimasa lalu tak terulang dimasa ini.




.
.
.
Vote ya...
Coment juga...

Menuju Ending gaes...sabar ya...


The Perfect Ice Boy✔ ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang