Bab 2

27.8K 1.7K 98
                                    

Endah Ibu Pram bertatap muka dengan menantunya Najma, ia akan menyampaikan apa yang sudah ia bicarakan dengan Pram tadi malam.

"Aku ingin Pram menikah lagi. Aku harap kamu setuju dan tidak menghalangi pernikahan Pram nanti." Bagai petir menyambar, kalimat itu begitu mengagetkan Najma.

"Mas kamu ingin menikah lagi?" Najma bertanya pada suaminya, yang dari tadi terus menunduk.

"Iya aku menginginkan keturunan. Sepuluh tahun kita menikah tidak ada tanda-tanda kalau kamu akan hamil." Najma merasa ada sembilu yang menyayat hatinya. Pram seolah mengatakan dirinya tak bisa memiliki keturunan.

"Kamu ingin memadu aku?" Najma berbicara nyaris berbisik, tak sanggup rasanya melihat pria yang begitu dicintai akan membagi hati pada wanita lain.

"Memangnya kenapa? Lagi pula seorang suami dibolehkan untuk memiliki istri lebih dari satu. Apalagi istrinya itu tidak bisa memberikan keturunan, ya contohnya seperti kamu ini!" Endah berucap dengan angkuh, menatap sinis Najma.

Tidak sempurna katanya seorang istri bila tak mampu memberikan anak untuk suaminya. Kalimat itulah yang selama ini doktrin Endah kepada Pram. Supaya anak itu mau menuruti permintaan untuk menjauhi Najma.

"Jika pun kamu tidak mengizinkan tidak mengapa. Toh izin seorang istri tidak dibutuhkan jika suami ingin menikah lagi." Tatapan Najma mengabur oleh air mata, ucapan mertuanya begitu melukai hatinya.

Ada satu rahasia yang dipendam Najma. Saat ini wanita itu menggigit bibir bawahnya berusaha untuk menguatkan hatinya, ia tidak ingin mengatakan rahasia itu. Cukup ia saja yang tahu, biarlah untuk saat ini ia mengalah, kelak siapa yang bermasalah di antara ia dan suaminya pasti akan terbongkar dengan sendirinya.

Selama ini Najma diam diperlakukan tak adil oleh mertuanya, karena ia tahu bakti istri kepada suami. Sedangkan bakti suami kepada Ibunya. Dan Najma tidak mungkin menjadi istri menjadi istri durhaka, dengan meminta Pram untuk menjauhi Ibunya karena menganggap  mertuanya yang menjadi keretakan dalam pernikahan mereka.

Tapi kali ini Endah sungguh keterlaluan. Bagaimana mungkin wanita tua itu menyuruh Pram untuk menikah lagi. Najma menatap tajam suaminya, “sudahi saja pernikahan kita kalau begitu,” ucap Najma dingin. Pram menelan ludah, tidak. Ia tidak mau melepaskan Najma, ia sangat tidak ingin berpisah dengan wanita itu. Tapi sekali lagi Pram tak mampu membantah perintah Ibunya.

*****

Najma menangis terisak di kamarnya, ia tidak menyelesaikan permasalahannya dengan ibu mertuanya tadi. Najma dengan menahan tangisnya langsung berlari menuju kamarnya.

“Sayang jangan menangis, kumohon.” Suara yang terdengar lirih itu milik Pram, ia mengusap punggung istrinya yang bergetar.

“Aku masih bisa menerima selama ini kamu selalu bersikap acuh padaku. Tapi saat kamu ingin menikah lagi aku tidak bisa! Ini terlalu sakit saat nanti aku dihadapkan dengan fakta kalau kamu membagi hatimu pada wanita lain.” Najma nampak sangat histeris, air mata bercucuran membasahi wajah cantiknya.

“Percayalah meski pun aku menikah lagi. Aku hanya akan mencintaimu. Jika aku sudah berhasil memiliki keturunan dari wanita itu kelak aku berjanji akan menceraikannya.” Najma menggeleng tanda ia tak mempercayai ucapan Pram. Pria itu begitu patuh dan selalu menuruti apa kata ibunya.

“Aku tetap menginginkan perpisahan,” putus Najma, lagi pula yang bermasalah di antara mereka bukan dirinya. Ia bangkit bersiap untuk meninggalkan Pram, namun pria itu dengan sigap langsung memeluknya erat.

“Aku mohon jangan tinggalkan aku. Aku mencintaimu Najma, kumohon tetap di sampingku. Aku akan mati jika kamu meminta untuk berpisah,” ucap Pram, mata pria itu memerah menahan tangis.

Selama ini ia memang acuh terhadap istrinya, tapi rasa cintanya pada wanita itu sama sekali tak berkurang dari semenjak pertama mereka bertemu. Perasaan Pram masih sama, ia begitu menggilai Najma.

*****

Hari yang menyakitkan itu tiba. Najma tidak jadi meninggalkan Pram sebab pria itu mengancam akan bunuh diri, ia dipaksa oleh mertua setannya menyaksikan Pram menikahi wanita lain yang jauh lebih muda dari usianya dan Pram.

Najma menebak kalau wanita yang akan menjadi madunya itu hanya berusia belasan tahun. Najma termenung bagaimana wanita semuda itu rela dijadikan istri kedua, apakah itu karena banyaknya harta yang dimiliki Pram.

Najma tidak tahu apa-apa tentang wanita itu karena pernikahan ini dirancang oleh Ibu mertuanya. Begitu pun dengan wanita yang sebentar lagi akan menjadi madunya, itu Ibu mertuanya yang memilih.

Wajah Najma semakin basah oleh air mata beberapa tamu yang melihat menatap kasihan pada wanita itu. Ijab kabul sebentar lagi akan dimulai wajah Pram terlihat lesu. Ia tak berani menatap wajah Najma dan melihat betapa hancurnya wanita itu. Sedangkan Endah Ibu terlihat paling bahagia dan antusias.

"Saya terima nikah dan kawinnya....."

"Tunggu!" Suara seseorang menginterupsi, kontan semua orang menoleh ke asal suara itu. Jihan sahabat Najma datang, kemudian disusul oleh orang tua Najma, yang tak menyangka kalau orang tuanya akan hadir. Padahal Najma tidak menceritakan apa pun tentang pernikahan kedua suaminya.

"Untuk apa kamu datang kemari?  ingin jadi pahlawan bagi sahabatmu yang mandul itu!" Kata Ibu Pram menatap Jihan dengan marah karena kehadiran wanita itu telah merusak rencananya.

"Najma tidak mandul, yang mandul itu Pram anak Tante Endah yang terhormat. Najma yang begitu mencintai anak anda meminta  untuk memutar balikkan fakta. Tapi apa balasan yang kalian lakukan padanya!"

Jihan menunjuk wajah Endah dengan geram ia lempar surat keterangan pemeriksaan Najma dan Pram beberapa tahun lalu tanpa peduli kini mereka menjadi tontonan para tamu undangan. Pram segera mengambil kertas itu dan membacanya. Dunianya runtuh mengetahui fakta itu, jadi selama ini dirinyalah yang bermasalah.

"Najma ayo pulang ke rumah kita. Tidak usah kamu pertahankan lelaki seperti itu." Bagas, Ayah Najma membawa anak perempuannya untuk segera pergi, ia sakit hati dan merasa kecewa setelah mendengar cerita dari Jihan tentang Najma selama ini.

Bagaimana mungkin Najma memendam itu sendiri tanpa mau berbagi keluh kesah pada orang tua yang telah membesarkannya. Najma selalu mengatakan kalau pernikahannya baik-baik saja.

"Najma tunggu!" Pram mengejar istrinya, ia berhasil meraih tangan wanita itu.

"Benarkah semua ini? kenapa kamu tidak menceritakan kebenarannya padaku?" Pram berucap lirih, menatap wajah Najma yang menunjukkan gurat lelah dan kesedihan.

"Aku minta maaf karena tidak memberitahukan itu padamu." Najma langsung ditarik kasar oleh Ayahnya meninggalkan Pram tanpa menunggu Najma memberikan penjelasan lebih lanjut, ia begitu kecewa dengan menantunya itu.

"Pram tidak usah dikejar. Sebaiknya lanjutkan pernikahan kamu yang sempat tertunda," ujar Ibu Pram.

"Tidak ada gunanya pernikahan ini dilanjutkan Bu. Aku yang mandul," ucap Pram dengan putus asa, untuk pertama kali Pram mengacuhkan Ibunya ia berlalu meninggalkan Ibunya begitu saja untuk menyusul Najma.

Ia sudah tidak peduli lagi dengan nama baiknya yang mungkin akan hancur dengan batalnya pernikahan ini, ia ingin meminta maaf atas semua kesalahannya selama ini telah dengan tega memarahi dan mengacuhkan istrinya.




Istri Titipan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang