Bab 36

12.4K 1.2K 96
                                    

Pram mendatangi Bagas ke kantornya, ia ingin menanyakan kabar Najma. Semenjak Najma mengusirnya waktu itu, mereka tidak pernah bertemu lagi. Jangankan bertemu, kabarnya pun tidak diketahui oleh Pram.

Tidak ada akses yang bisa membuatnya bertemu dengan wanita itu, orang tua Najma sepertinya sengaja ingin menjauhkan Najma dari dirinya. 

Ketika tiba diruang kerja Bagas memang tidak mengusirnya, pria itu menerima kehadirannya namun keramahan tak nampak di sana. Tentu saja, Pram sudah menyakiti putri kesayangan pria itu.

"Untuk apa lagi kamu datang menemuiku? hubungan keluarga di antara kita sudah berakhir. Kamu bukan lagi menantuku," ucap Bagas, pria itu terlihat enggan menatap Pram saat bicara.

"Aku mencintai putrimu. Aku mohon jangan pisahkan kami," ucap Pram, pria itu nampak putus asa. Semenjak Najma pergi ia jadi malas mengurus dirinya, hingga kini penampilannya terlihat berantakan.

“Najma pergi atas kemauannya sendiri, kamu tidak mencintai putriku. Kalau pun kamu mencintainya, kamu tidak akan mungkin melukainya selama bertahun-tahun. Kamu lebih menuruti apa kata Ibumu, suami macam apa kamu? Dan lagi kamu menyuruhnya untuk menikah dengan lelaki lain, kurasa kamu tidak memiliki perasaan," sindir Bagas, Pram hanya tertunduk malu.

"Meski Najma tidak pernah bercerita padaku, aku tahu kalau dia sangat ingin hamil dan memiliki anak dari rahimnya. Sedangkan aku tidak bisa mewujudkan keinginannya itu, jadi aku menyuruhnya menikah dengan laki-laki lain bukan berarti aku tidak mencintainya." Setiap orang meski pun bersalah, pasti dia akan tetap melakukan pembelaan diri, begitu juga dengan Pram

"Aku juga pernah mengalami seperti apa yang kini kamu rasakan, tapi bedanya waktu itu istriku yang bermasalah. Di awal pernikahan Dokter memvonis kecil kemungkinan kalau istriku bisa hamil." Bagas menceritakan kisah masa lalunya.

"Tapi waktu itu aku tidak pernah berpikir untuk menikah lagi, karena aku sangat mencintai istriku. Aku yakin suatu saat akan ada keajaiban, belasan tahun kami melakukan pengobatan ke sana kemari untuk mendapatkan keturunan. Akhirnya  suatu hari kabar gembira menghampiri kami, istriku waktu itu hamil." Ada kebahagiaan terpancar dimata pria tua itu, tentu saja mengingat perjuangan panjang mereka dulu akhirnya memperoleh hasil yang manis.

"Kamu hanya kurang berusaha Pram dan terlalu cepat mengambil keputusan. Dunia medis saat ini sudah sangat canggih, sekarang jika kamu menyesal semuanya sudah terlambat Pram." Bagas berucap dengan nada rendah.

"Aku mencintai Najma, aku mohon padamu jangan tentang hubungan kami." Bagas terlihat menghela napas berat, ia miris melihat keadaan Pram kini.

"Apa selama ini aku pernah menentang hubungan kalian. Jika kamu benar-benar mencintainya bukti apa yang bisa kamu berikan selama ini, tidak ada bukan. Jika Najma jadi berpisah dengan Bayu berarti kamu masih memiliki kesempatan, untuk itu rubahlah dirimu menjadi lebih baik baru kamu bisa bersamanya lagi."

"Aku berjanji aku merubah diriku untuk menjadi lebih baik, tapi untuk saat ini izinkan aku untuk bertemu dengan Najma sebelum aku menjauh darinya." Pram akhirnya berani mengangkat kepalanya dan menatap Bagas.

"Selagi Najma masih berstatus istri orang kamu tidak boleh menemuinya, sekarang pergilah dan berdoa semoga saja kamu masih memiliki kesempatan," ucap Bagas sarkas. Pram yang tidak punya pilihan akhirnya pulang dengan membawa rasa kecewa.

*****

Bayu membuka laci lemarinya, mengambil sebuah kotak beludru berwarna pink. Di dalamnya ada sebuah perhiasan.

Istri Titipan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang