Memang benar Risma sakit karena merindukan putrinya, terbukti saat Najma kembali keadaannya dengan cepat membaik. Namun keadaan itu berbanding terbalik dengan Najma, yang mana sering mengalami pusing, mual dan muntah karena kehamilannya.
"Kamu sakit?" tanya Risma menatap wajah Najma yang nampak pucat, anaknya itu juga selama di rumah banyak menghabiskan waktu di tempat tidur.
"Tidak," sahut Najma, ia merapatkan selimut yang membungkus tubuhnya. Selama hamil ia memiliki kebiasaan baru, yaitu selalu bergelung dengan selimut meski pun cuaca sedang panas.
"Mama akan minta Papa untuk memanggil Dokter," ucap Risma, ia tak puas dengan jawaban Najma barusan.
"Jangan!" Najma seketika panik, ia tidak dapat membayangkan bagaimana respon orang tuanya
"Kenapa? lagi pula hanya untuk periksa kesehatan kamu." Sebagai ibu, Risma tahun kalau putrinya menyembunyikan sesuatu.
"Mama aku bilang jangan. Aku baik-baik saja.”
“Jangan menyembunyikan sesuatu dari Mama,” ucap Risma, ia keluar dari kamar Najma untuk menemui suaminya. Di usia yang sudah tidak lagi muda mereka masih terlihat romantis yang membuat siapa pun akan iri.
“Pa, seperti Najma kurang sehat. Bisa panggilkan dokter kemari? aku khawatir dengan keadaannya.” Bagas nampak menghela napas panjang, apa pun yang berkaitan dengan putri kesayangannya itu, ia pasti akan berikan yang terbaik.
“Baiklah,” ucap Bagas singkat, namun dari sorot matanya menunjukkan kekhawatiran yang dalam.
*****
Najma beringsut, memeluk lututnya sendiri, ia takut saat dokter yang memeriksa kondisinya barusan pergi. Matilah ia, orang tuanya pasti akan melontarkan pertanyaan macam-macam.
“Anak siapa itu?” suara ibunya terdengar tajam menusuk telinganya. Najma tidak memiliki keberanian untuk mengangkat wajahnya.
“Jawab anak siapa yang kamu kandung!” mata Najma mulai terasa panas, ia takut menghadapi kemarahan ibunya. Sementara Bagas ayahnya berusaha untuk tenang.
“Najma bicaralah,” Bagas akhirnya buka suara, ia masih nampak menjaga emosinya tidak seperti istrinya yang meledak-ledak.
“Ini bayiku dengan P...Pram, Pa,” Najma terbata saat menyebut nama Pram, pria yang bukan ayah bayi di kandungannya.
“Jangan bohong. Pram itu mandul, mana mungkin dia bisa menghamilimu. Jawab yang jujur anak siapa yang kamu kandung!” ucap Risma dengan suara keras, merasa terpojokkan Najma mulai menangis, air matanya yang mampu membuat orang tuanya luluh dan tidak akan tega menghakiminya.
“Najma jawablah yang jujur. Papa tidak akan marah.” Melihat air mata di wajah putri kesayangannya hati Bagas sebagai seorang ayah terasa sakit, ia memeluk tubuh Najma yang bergetar karena tangisannya.
“Maaf Pa,” ucap Najma sambil terisak, ia tahu betul bagaimana cara agar Bagas tidak memarahinya.
“Iya, sekarang bicaralah. Anak siapa yang kamu kandung?”
“I-ini.... A-aku mengandung anak Bayu.” Hawa di ruangan itu seketika membeku. Wajah Risma sebagai ibu nampak pias, ia tahu siapa Bayu. Dia hanyalah seorang supir pribadi Najma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Titipan (New Version)
RomansaBayu tidak pernah menyangka jika Pram tuannya meminta dia untuk menikahi istri pria itu, Pram menginginkan Bayu menghamili Najma istri kesayangannya. Disitu harga diri Bayu benar-benar terhina, namun ia tidak punya pilihan ketika Pram mengancamnya...