Bab 31

12K 1.2K 103
                                    

Najma menimang bayinya yang kini genap berusia seminggu, Akela sekarang sedang rewel tidak mau diturunkan dari gendongannya. Najma yang tak terbiasa mulai pegal tangannya, selama ini ia hidup terlalu manja.

"Akela kamu jangan kaya gini Mama capek," keluh Najma, bosan hanya berada di dalam rumah Najma bermaksud mengajak anaknya untuk menikmati angin segar di tempat dimana biasanya ia bersantai.

Namun rencananya itu harus ia batalkan saat mendengar lengkingan suara yang sangat ia kenali. Endah, untuk apa wanita itu datang kemari? Najma menatap anaknya dengan cemas. Selama ini jika Endah datang ke rumah wanita tua itu pasti melukai dirinya.

"Oh pantas Pram sekarang sudah jarang menemuiku. Ternyata kalian punya anak haram rupanya!" ucapnya sinis, menatap Najma yang terlihat berusaha melindungi bayinya

"Anak siapa yang kamu gendong itu? Dia pasti bukan anak Pram? Siapa pria selingkuhanmu heh... aku tidak rela jika anak harammu mendapatkan warisan dari Pram!" ucapan Endah menohok Najma, ia sangat sakit hati putri kesayangannya dikatakan anak haram. Harta warisan, Najma mencemooh orang tuanya bahkan lebih kaya dari Pram dan ia sendiri merupakan anak tunggal.

"Tutup mulutmu! Kamu tidak berhak menghina anakku!" ucap Najma lantang. Mata Endah melotot, Najma berani bersuara lebih keras darinya. Ia ingin melayangkan tamparannya ke wajah wanita itu, namun sebuah tangan kekar menahan lengannya.

"Ibu!" suara Pram menggelegar, hingga membuat Akela terkejut dan langsung menangis.

"Kamu urus ibumu itu," desis Najma meninggalkan Pram dan Endah, ia segera pergi ke kamar untuk menenangkan anaknya. Jika kali ini Pram memarahinya karena membela Endah Najma akan langsung meninggalkan pria itu.

"Pram, lepaskan tangan Ibu!" Endah menatap Pram dengan tajam, ia kesal karena Pram menghalanginya untuk memberi pelajaran pada Najma.

"Berhentilah menyakiti Najma Bu."

"Oo. Jadi sekarang kamu lebih membela Najma dari pada Ibu? Ibumu ini hanya ingin memberikan pelajaran pada wanita tukang selingkuh itu. Ibu yakin bayi Najma itu bukan anakmu!"

"Berhentilah mengganggu kehidupan pernikahanku Bu!" Pram bersuara lebih keras dari Endah. Seumur-umur ia tidak pernah bicara sekasar ini pada ibunya.

"Kamu sekarang sudah berani membentak Ibu?" ucap Endah tak percaya, Pram yang ia didik agar selalu patuh padanya hari ini sudah berani membentaknya.

"Iya. Karena aku sudah tahu kalau Ibu bukan orang tua kandungku," ucap Pram, membuat mata Endah melotot horor. Hal yang selama ini ia tutupi akhirnya terbongkar juga.

*****

Najma mengambil handphonenya, ia mengetikan nomor yang sudah ia hafal di luar kepalanya. Ia ingin menghubungi seseorang yang akan membawanya pergi dari sini. Najma tidak ingin keselamatan anaknya terancam.

Jika dulu ia dengan kukuh bertahan, sekarang ini ia menyerah. Saat ini anaknya lah yang paling berarti di hidupnya, kehadiran anaknya menyadarkan ia dari sifat keras kepalanya.

"Papa jemput, aku ingin pulang," ucap Najma lirih, ia menunggu respon yang diberikan Ayahnya.

"......."

"Iya, aku menyerah. Aku memilih mengakhiri hubunganku dengan Pram, aku akan kembali menjadi anak Papa." Saat mengucapkan itu. Najma merasa ada sesuatu yang menusuk hatinya.

Tanpa diminta air matanya menetes begitu saja, semuanya berakhir hari ini. Ia akan meninggalkan rumah yang menjadi saksi kisah pernikahannya, ia akan meninggalkan pria yang sudah memberi banyak warna dalam hidupnya.

Istri Titipan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang