Bab 33

12.3K 1.3K 66
                                    

Najma akhirnya mengingat dengan jelas siapa Ningsih. Ibunya Bayu ternyata pengasuhnya yang dulu sering ia panggil Mbak. Ketika ia berumur sembilan tahun wanita itu berhenti menjadi pengasuhnya karena ingin menikah.

Meski pun dulu Najma masih anak kecil, tapi dia begitu mengingat wajah Ningsih. Saat mereka hanya berduaan. Najma kembali meyakinkan Ningsih kalau dia anak yang dulu pernah wanita itu asuh.

"Mana mungkin kamu Najma yang waktu itu. Kalau pun iya, pasti kamu  sekarang sudah tua," kata Ningsih, meski Najma sudah berumur tiga puluh dua tahun, tapi penampilan wanita itu terlihat seperti wanita yang baru saja menginjak umur dua puluhan. Wajar jika Ningsih tidak percaya dengan pengakuannya.

"Aku memang anak yang waktu itu." Ningsih memperhatikan Najma sekali lagi, bentuk mata Najma yang bulat memang mirip dengan anak yang waktu itu ia asuh.

"Aku tidak ingin mempercayai ini. Tapi, kamu memang mirip dengan anak yang waktu itu," ujarnya. Najma menghela napas panjang, ia tidak menyangka kalau semuanya akan menjadi rumit.

Sementara itu Bayu tengah kerepotan menyuapi anaknya makan. Akela terus menggerakkan kepalanya ke sana-kemari ketika Bayu ingin menyuapinya. Seolah sengaja ingin mengerjai Papanya itu.

"Hallo keponakan!" Sapa Yuda. Akela menatap Yuda dengan ekspresi kebingungan. Jika ia sudah bisa bicara mungkin Akela akan mempertanyakan kemiripan wajah Yuda dan Bayu.

"Lihat Bayu anakmu sepertinya bingung melihat kita berdua." Bayu berdecak kesal, ia menepis tangan Yuda ketika saudaranya itu ingin mencubit pipi Akela.

"Sudah pergi sana! Kamu mengganggu saja," ucap Bayu ketus.

"Aku gemas dengan anakmu ini. Jika saja bukan keponakan aku tunggu dia sampai dewasa nanti. Kalau dijadikan istrikan lumayan. Masih bayi saja sudah cantik begini apa lagi saat sudah dewasa nanti," ucap Yuda asal.

Sebenarnya ia sedikit iri dengan Bayu karena berhasil mendapatkan seorang wanita yang begitu cantik sebagai istrinya. Walau pun pernikahan yang terjadi hanya sandiwara.

"Dasar gila!" Bayu langsung menoyor kepala Yuda. Akela langsung tertawa melihat kelakuan konyol dua bersaudara itu. Ketika Yuda ingin membalas perlakuan Bayu. Deheman Bapak mereka membuat dua saudara kembar itu berubah menjadi anak kucing.

"Kalau di depan anak kecil kamu jangan seperti itu. Kalian itu sudah dewasa berhentilah bersikap kekanakan. Apa lagi kamu Bayu, kamu sudah punya anak." Kedua saudara kembar itu kompak menganggukkan kepalanya. Meski Wardi bicara dalam nada rendah namun ketegasan dalam ucapannya tidak akan bisa mereka berdua bantah.

Wardi menatap cucunya, ia mengusap kepala Akela. "Kalau sudah besar jangan seperti mereka," ucapnya, seolah mengerti Akela menganggukkan kepalanya. Wardi yang tak punya anak perempuan sungguh gemas dibuatnya, ia mungkin marah dengan perbuatan Najma dan Bayu yang seolah mempermainkan pernikahan. Tapi Wardi tak bisa membenci Akela, bagaimana pun bocah itu cucunya. Ada darah keturunannya mengalir di tubuh mungil itu.

*****

Malam semakin larut. Namun Bayu dan Najma belum juga tidur. Orang-orang rumah mungkin pada saat ini sudah larut ke alam mimpi mereka masing-masing, tapi hal itu tidak berlaku untuk Najma dan Bayu.

Keduanya sesekali berbicara dengan topik yang sebentarnya tidak penting sama sekali. Bisa dibilang itu hanya sekedar basa-basi. Bayu memeluk putri kecilnya. Meski tidur wajah anak itu terus menampilkan berbagai macam ekspresi sehingga membuatnya semakin menggemaskan di mata Bayu.

Istri Titipan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang