Bab 5

23.2K 1.4K 50
                                    

Najma menatap suaminya yang baru saja pulang kerja. Pram tersenyum melihat Najma memperhatikannya. Najma terlihat menggoda dengan gaun tidur seksi yang dikenakannya malam ini.

"Mas kapan kita akan pergi ke panti asuhan mengadopsi anak?" Pram mengernyit, saat ini Najma nampak gugup ia khawatir kalau Pram akan bersedih lagi.

"Kenapa bertanya hal itu?"

"Aku iri mendengar cerita dari teman-temanku tentang keseruan mereka mengurus bayi, terbangun saat tengah malam untuk menggantikan popok atau memberikan susu untuk bayinya." Pram menangkup wajah wanita itu dengan tangannya.

"Mengadopsi bayi di panti asuhan itu tidak semudah yang kamu bayangkan. Kita harus mengurus banyak hal sebelum mendapat bayi yang kita inginkan."

"Aku tahu, tapi aku sangat ingin memiliki bayi. Jika kamu tidak ada waktu untuk menemani, aku ke panti asuhan aku akan pergi sendiri." Najma meninggalkan suaminya, mulai merajuk, ia berbaring di tempat tidur menutup kepalanya dengan bantal.

"Najma." Pram memanggil istrinya, dengan pelan mengambil bantal yang digunakan Najma untuk menutup kepalanya.

"Apa lagi?" sahut Najma ketus. Pram terlihat menghela napas berat.

"Sebenarnya aku hanya menginginkan anak dari rahimmu. Aku tidak mau memiliki anak angkat."

"Tapi kamu sendiri tahu, kalau kita tidak bisa memiliki anak kandung!"

"Kamu menikah dengan pria lain. Aku akan menceraikanmu." Ucapan Pram bagai petir menyambar, menghancurkan hati Najma. Pram ingin menceraikannya.

"Kamu ingin menceraikan aku, kenapa? aku tidak mau bercerai denganmu!" Najma bangun dari tidurnya menatap Pram dengan marah.

"Kita bercerai hanya untuk sementara Najma. Kamu menikah dengan pria lain, setelah kamu hamil, kamu bercerai dengannya. Dan kita bisa melanjutkan pernikahan kita."

"Apa maksud kamu!" Najma berteriak marah, ia melempar wajah suaminya dengan bantal yang ada di tempat tidur mereka. Pram dengan mudah mengusulkan ide itu seolah dirinya tak punya perasaan.

"Hanya ini satu-satunya cara agar kamu bisa memiliki anak kandung. Kamu nanti juga akan bisa merasakan bagaimana rasanya hamil dan melahirkan seperti yang kamu inginkan."

"Itu ide gila aku tidak mau!"

"Najma!" Bentak Pram, membuat tangis Najma langsung pecah, ia paling tidak bisa dibentak. Pram merasa sangat bersalah kembali membuat wanita itu menangis, ia langsung memeluk istrinya.

"Najma ini semua kulakukan demi kamu dan masa depan hubungan kita. Kamu menikah untuk sementara dengan pria lain," bujuk Pram, meski ide ini terdengar gila.

“Tidak! Kenapa harus seperti ini? kamu masih punya harapan untuk punya anak Mas. Kita coba pengobatan tradisional, bukankah metode seperti itu banyak yang berhasil.” Najma mencoba membuka jalan pikiran Pram.

“Lebih banyak yang berujung pada kegagalan ketimbang berhasil. Bagaimana jika usaha keras itu hanya sia-sia. Sama saja dengan memiliki harapan semu. Kamu menikahlah dengan pria lain, supaya kamu bisa memiliki keturunan,” ucap Pram walau sebenarnya sakit.

"Tapi bagaimana dengan kamu? memang kamu rela aku menikah dengan pria lain?"

"Aku sudah memikirkan ini baik-baik, tidak usah kamu pikirkan aku." Pram yang pencemburu sudah memikirkan rencananya ini dengan matang. Meski nanti ia harus menguatkan hatinya saat Najma disentuh oleh pria lain.

Istri Titipan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang