Bab 3

27.9K 1.5K 34
                                    

Pram ke rumah mertuanya, menyusul Najma. Kedatangannya disambut dengan tidak baik, ia dapat melihat dengan jelas wajah murka Ibu mertuanya. Wanita itu dulu memang tidak menyetujui jika Najma menikah dengannya.

"Mau apa kesini lagi?" Risma Ibu Najma menatap Pram dengan sinis, pria itu bukanlah menantu idamannya. Meski sudah sepuluh tahun pernikahan Najma dengan Pram dirinya tetap tidak menyukai pria pilihan putrinya itu.

"Aku ingin menemui Najma, Ma," ucap Pram, ia kini nampak kacau.

"Eh, dasar menantu tidak tahu diri! Setelah kamu menyakiti anak saya dan ingin menikah lagi. Kamu dengan tidak tahu malu datang kemari. Pergi sana, saya tidak sudi melihat mantu kurang ajar seperti kamu!"

"Aku mohon Ma. Aku ingin menemui Najma. Bagaimana pun Najma tetap istriku."

"Ada apa ini ribut-ribut!" Keduanya kompak menatap ke asal suara.

"Papa aku mohon izinkan aku menemui Najma," kata Pram. Bagas, pria yang ia kenali sebagai Ayah yang begitu menyayangi putrinya itu kini nampak murka dengannya.

"Sebaiknya kamu ceraikan Najma. Kamu dulu berjanji akan membahagiakan anakku, tapi kamu malah dengan kurang ajar ingin menikah lagi! "

"Tapi, pernikahan itu terjadi bukan karena kehendakku."

"Dasarnya kamu saja yang tidak tegas. Kamu dan Ibumu selama ini sudah menginjak-injak harga diri anakku. Ingat Pram, Najma anak kami satu-satunya, jika pernikahan Najma dan kamu terus berlanjut maka keturunan kami akan terputus. Jika tahu akan seperti ini, maka dari awal aku tidak akan membiarkan kamu menikahi Najma."

Pram terdiam, yang dikatakan Ayah Najma benar adanya. Seperti inikah perasaan Najma saat ia dan Ibunya dulu menghinanya,, mengatakan kalau Najma mandul dan tidak bisa memberikan keturunan untuknya.

*****

Najma dikunci orang tuanya di dalam kamar ketika Pram datang untuk bertemu dengannya, ia kini menangis meratapi nasib pernikahannya yang berada diambang kehancuran. Najma menghapus air matanya saat teringat sesuatu, ia membawa ponsel ia bisa menggunakan itu untuk menghubungi suaminya.

Pada bunyi panggilan kedua teleponnya langsung diangkat. Pram yang dalam perjalanan pulang begitu gembira mendapat telepon dari istrinya. Ia langsung mengangkat telepon itu, tanpa peduli kalau ia sekarang sedang berkendara.

"Mas kamu dimana?"

"Aku dalam perjalanan pulang," sahut Pram diujung telepon, mendengar suara serak Najma ia bisa menebak kalau wanita itu habis menangis.

"Kamu tadi ribut dengan Papa?" Pram menghela napas berat.

"Maaf, aku tidak bermaksud untuk membuat keributan. Dan maaf karena aku tidak bisa menemuimu." Pram berucap lirih.

"Mas...." Najma mencicit pelan.

"Maaf Najma. Maaf karena aku sudah menyakitimu. Maafkan aku." Mata Pram kini memerah menahan tangis, pikirannya yang kacau membuatnya tidak fokus berkendara. Hingga ia hampir saja bertabrakan dengan truk. Pram banting setir hingga mobil yang dikendarainya menabrak pembatas jalan.

Bunyi benturan benda keras mengagetkan Najma, "Mas..." Najma memanggil suaminya, ia mendengar suara keributan dari ujung telepon  tak lama setelah itu sambungan telepon terputus.

Istri Titipan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang