Pram sedang memikirkan rencana, bagaimana cara mudah agar ia bisa membawa Najma pergi dari tempat pengasingannya selama ini. Pram ingin rencananya berjalan mulus. Najma selama ini pasti tersiksa berjauhan dengannya.
“Tunggu aku sayang, aku akan menjemputmu.” Pram mengusap foto Najma, tanpa adanya makhluk cantik itu hari-harinya suram. Ia sudah tergila-gila pada wanita itu semenjak pandangan pertama.
Pram tidak rela melepaskan Najma. Andai saja dirinya tak bermasalah Pram tidak akan membiarkan lelaki mana pun menyentuh Najma. Tapi Pram tidak berlarut-larut dalam penyesalan, yang terpenting sekarang bagaimana menata semuanya dari awal.
Pram hanya ingin bahagia, menghabiskan sisa hidupnya bersama Najma dan anaknya. Status anak yang ada di kandungan Najma, Pram berjanji pada dirinya sendiri kalau ia akan memperlakukan anak itu seperti anak kandungnya sendiri, meski bukan darah dagingnya.
*****
Malam ini Najma tidur dengan sangat nyenyak. Bumi yang kebetulan sedang disiram oleh air hujan membawa sensasi yang sangat nyaman. Najma yang tidur kelewat nyenyak tak menyadari kalau ada seorang pria melangkah pelan mendekati tempat tidurnya. Pria itu menelan ludah, melihat sesosok wanita cantik tengah terlelap damai.
Najma melenguh saat merasakan sapuan lembut di lehernya. Benda basah dan kenyal itu terus merambat naik sampai ke dagunya kemudian mendarat pada bibirnya. Najma refleks membuka matanya saat merasakan remasan pada buah dadanya. Najma mengucek matanya, meyakinkan penglihatannya.
"Mas Pram," ucap Najma setelah benar-benar yakin dengan apa yang dilihatnya.
"Aku menjemputmu sayang." Pram menyeringai, ia telah berhasil menemukan wanitanya. Najma berusaha untuk duduk, perutnya yang membesar membuat ia kepayahan.
“Bagaimana bisa kamu berada di sini?” tangan Pram terulur mengelus pipi Najma yang nampak lebih berisi dari sebelumnya.
“Kenapa? Kamu kelihatan tidak senang aku berhasil menemukan keberadaanmu,” ucap Pram, terkesan menuduh. Najma menggeleng pelan, saat ini ia bingung ingin mengucapkan apa.
“Kalau begitu ikutlah denganku. Selagi penjagaan lengah.” Pram sebenarnya sudah selama satu minggu ini memperhatikan keadaan sekitar, jadi ia sudah hafal bagaimana pengawasan di rumah ini. Tengah malam waktu yang tepat untuk membawa Najma kabur, saat ini sedang hujan lebat hawa dingin menusuk sampai ke tulang semakin mendukung rencana Pram.
“T-tapi....”
“Jangan banyak berpikir lagi, ayo kita pergi.” Pram menarik tangan Najma dengan lembut untuk mengikutinya. Jendela kamar telah terbuka lebar untuk mempermudah kedua anak manusia itu melakukan pelarian.
Meski sebenarnya ragu, Najma tetap mengikuti Pram, ia langsung mengigil saat tubuhnya terkena guyuran air hujan. Mereka berlari menembus hujan, untuk segera menuju mobil Pram. Keadaan mereka kini telah basah kuyup, Pram mengambil jaketnya yang tadi sengaja ia tinggalkan di mobil.
“Pakai ini,” ujar Pram. Najma menerimanya dengan tangan gemetaran, bibir wanita itu nampak pucat.
“Dingin banget Mas,” ucap Najma, raut wajahnya terlihat ingin menangis. Najma merasakan perutnya sedikit nyeri sehabis berlari tadi.
“Sabar ya. Aku akan mengendarai mobilnya dengan cepat, kamu jangan menangis.” Pram mengecup kening Najma, rasa khawatir menggelayutinya melihat Najma nampak mengigil dengan bibir memucat. Wanita itu rupanya sangat kedinginan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Titipan (New Version)
RomanceBayu tidak pernah menyangka jika Pram tuannya meminta dia untuk menikahi istri pria itu, Pram menginginkan Bayu menghamili Najma istri kesayangannya. Disitu harga diri Bayu benar-benar terhina, namun ia tidak punya pilihan ketika Pram mengancamnya...