Bab 6

22.7K 1.4K 61
                                    

Pernikahan tidak diinginkan di antara Najma dan Bayu akhirnya terjadi. Najma bercerai dengan Pram secara agama,  namun di hukum statusnya masih sah istri Pram. Najma dan Bayu hanya menikah siri, dengan dihadiri beberapa orang sebagai saksi termasuk Pram sendiri.

Najma dan Bayu kini telah berada disalah satu kamar yang telah disiapkan Pram untuk mereka. Bayu memilih untuk tiduran di sofa membiarkan Najma berbaring sendirian di ranjang besar itu. Tidak ada pembicaraan di antara mereka, keduanya sama-sama canggung.

Najma sedang memikirkan Pram pria yang dicintainya. Sedang Bayu memikirkan Elsa pacarnya di kampung. Ia telah mengkhianati pacar setianya, dengan menikahi wanita lain walau pun pernikahan ini hanya sementara, tetap saja Bayu merasa sangat bersalah dan terpukul dengan adanya pernikahan ini. Saat Pram mengancamnya ia tak kuasa untuk melawan. Saat ini Bayu berharap semuanya akan baik-baik saja sampai nanti perjanjian berakhir.

Merasa gerah dengan keadaan yang penuh dengan kecanggungan ini. Bayu memilih untuk keluar dari kamar meninggalkan Najma sendiri. Wanita itu membuang napas lega setelah Bayu keluar dari kamar. Demi tuhan Najma masih belum siap merelakan dirinya disentuh oleh Bayu meski pemuda itu sudah berstatus sebagai suaminya.

Najma menatap cincin emas yang melingkar di jari manisnya, itu cincin kawinnya dengan Pram. Ia mendekatkan benda itu ke bibirnya dan mengecupnya. Najma berharap semoga ia kembali hidup damai bersama Pram setelah pernikahan anehnya ini berakhir.

Pram yang berada di ruang tengah mengernyit ketika melihat Bayu, seharusnya pemuda itu melakukan malam pertamanya dengan Najma.

"Bayu mau ke mana kamu?" tanya Pram dengan suara yang begitu tegas.

"Ingin keluar sebentar mencari rokok," sahut Bayu. Pram mengangguk membiarkan Bayu pergi, ia tahu pemuda itu memang suka merokok.

Pram menghela napas, ia bangkit dari duduknya untuk menghampiri Najma. Wanita itu membukakan pintu untuknya. Najma langsung memeluk Pram dengan erat, ia menenggelamkan wajahnya didada pria itu. Di sana ia menangis terisak. Pram mengusap lembut kepala wanita yang dicintainya itu, wanita yang telah enam belas tahun menemani hari-harinya dari mereka masih berstatus pacaran sampai menikah.

"Jangan menangis."

"Aku belum bisa menerima semua ini. Aku merasa seperti wanita murahan."

"Kamu tidak seperti itu di mataku. Ayolah jangan buat pengorbananku ini sia-sia. Kamu tahu, jujur saja aku sakit melihatmu disentuh lelaki lain, tapi aku menahan semua itu untuk kebahagiaanmu."

"Kebahagiaan macam apa!" Najma terisak putus asa, saat ini ia tidak dapat memikirkan bagaimana ke depannya setelah kejadian ini.

"Kamu akan memiliki anak kandung. Seorang bayi lucu akan lahir dari rahimmu nanti. Dia kebahagiaanmu, juga kebahagiaanku." Pram melepaskan pelukan Najma menghapus air mata wanita itu dengan jempol tangannya.

"Kembali beristirahatlah di kamarmu," ujar Pram, mendorong pelan Najma untuk masuk ke kamarnya.

"Aku tidak mau tidur di kamar ini!"

"Lalu kamu ingin tidur dimana? di kamarku? itu tidak mungkin," ucap Pram membuat Najma berteriak frustrasi wanita itu mengacak rambutnya, kemudian masuk ke kamar dan membanting pintunya dengan kasar.

Pram menatap pintu yang dibanting Najma dengan nanar, rasa nyeri di hatinya kembali hadir. Sebentar lagi jika Bayu kembali, pemuda itu pasti akan menyentuh wanita yang dicintainya.

*****

Setelah pulang dari membeli rokok. Bayu tidak langsung masuk ke dalam rumah. Ia memilih untuk duduk di gazebo, sambil menghisap rokoknya. Entah sudah berapa batang yang ia habiskan, benda itu mampu mengalihkan sejenak rasa kacau yang dari tadi mengimpit dirinya.

Pram menyipit menatap Bayu yang duduk dengan asap mengepul di sekitarnya. Asap itu berasal dari rokok Bayu, ia berjalan mendekati pemuda itu, menepuk bahunya.

"Kenapa disini? kamu tidak berniat menunda-nunda untuk menyentuh Najma bukan?" Bayu diam, tak menanggapi pertanyaan Pram. Pikirannya kini tengah berkelana ke antah-berantah.

"Apa yang membuatmu ragu untuk menyentuh Najma? dia cantik, selain itu dia juga seksi. Lelaki normal mana pun pasti tertarik untuk menyentuh dirinya."

"Shit." Umpat Bayu dalam hati. Pram sekarang terlihat seperti seorang mucikari yang menawarkan jalang kepada pelanggannya.

"Ingat dengan apa yang aku katakan kemarin."

"Saya ingat itu!" Bayu menyahut dengan kasar untuk pertama kalinya kepada majikannya itu, ia membuang puntung rokoknya segera meninggalkan Pram.

Dengan tanpa ragu Bayu masuk ke kamarnya dan Najma. Wanita itu sempat memekik ketika ada yang membalik tubuhnya dengan kasar. Najma menatap horor Bayu yang kini menindihnya, terlebih pemuda itu merobek gaun tidurnya dengan brutal.

"A-apa yang ingin kamu lakukan?"

"Melakukan apa yang kamu dan Pram inginkan," desis Bayu, pemuda itu rupanya tengah tersulut api amarah.

“Jangan kasar denganku,” ucap Najma,  ia ngeri saat Bayu merobek pakaiannya dengan brutal. Di luar dugaan Bayu justru mencengkeram rahangnya, kilatan emosi terpancar di matanya.

“Jangan banyak permintaan,” desis Bayu. Najma menjerit nyaring saat Bayu memasukinya dengan kasar, terlebih Bayu juga menarik rambutnya. Pram sendiri tidak pernah memperlakukannya seperti ini. Bayu sama sekali tak mempedulikan jeritan kesakitannya, demi apa pun ini namanya pemerkosaan.

Di luar kamar wajah Pram terlihat pias, bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipinya. Ia tak rela wanitanya disentuh lelaki lain, dadanya berdenyut sakit Pram menangis dalam diam atas ketidakadilan yang terjadi pada kisah cintanya dan Najma.

*****

Cahaya matahari menerobos masuk melewati jendela kamar yang tirainya telah dibuka. Namun sang empunya kamar masih bergelung nyaman dengan selimut tebalnya. Najma menggeliat saat ada sebuah tangan menyentuh punggungnya.

“Sayang....” suara Pram memaksa Najma untuk membuka matanya yang terasa berat. Wajahnya nampak kuyu, semalam ia menangis setelah Bayu menyetubuhi hingga membuat lelaki muda itu kesal dan menampar wajahnya.

Pram mendapati adanya memar di wajah Najma. “Ini kenapa? Bayu yang melakukannya?” Najma mengangguk membenarkan.

“Bayu menamparku, dia sangat kasar. Tubuhku terasa remuk dibuatnya.” Najma mengadu, semalam saja ia rasanya sudah ingin menyerah. Bayu seolah menjadikan Najma sebagai pelampiasan amarah, atas harga dirinya yang terinjak-injak.

“Aku akan beri dia pelajaran. Berani sekali dia memperlakumu seperti ini.” Belum habis Pram bicara, Bayu datang dengan membawa wadah berisikan es batu. Dia memang berencana untuk mengompres memar yang ada di pipi Najma.

“Apa yang sudah kamu lakukan padanya?!” Pram menarik kerah baju Bayu, ia murka dengan apa yang dilakukan Bayu pada Najma wanita yang selama ini ia puja-puja dan jaga selayaknya porselen yang mudah pecah. Selama sepuluh tahun pernikahan mereka, Pram tidak pernah melakukan kekerasan fisik terhadap istrinya. Malah ia selalu menjaga agar kecantikan istrinya tetap terawat. Najma luka sedikit saja Pram akan repot.

“Sekali lagi kamu membuat Najma terluka. Aku tak segan-segan untuk menghabisimu,” desis Pram, ia tak main-main dengan ancamannya kali ini. Bayu yang ia nilai sebagai pemuda polos, ternyata berani main tangan.







Istri Titipan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang