Bab 38

12.1K 1.2K 82
                                    

Hari ini Najma akan pulang, sekarang ia tengah menunggu Ayahnya datang menjemputnya bersama supir pribadi mereka. Najma dari tadi terlihat tidak sabar menunggu Ayahnya datang menjemput.

Sementara Bayu, lelaki itu memilih untuk bermain dengan anaknya ketimbang mengajak Najma bicara. Pembicaraan mereka waktu itu cukup membuat sakit hati Bayu semakin bertambah. Meski begitu sesekali Bayu tetap memperhatikan Najma yang nampak gelisah.

Bayu menghela napas panjang, akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan Najma.

"Najma bolehkan aku memelukmu?" Najma mengernyit, tumben Bayu meminta izin ketika ingin memeluknya bisanya tinggal main peluk saja brondong itu.

"Boleh Bayu." Bayu meletakkan Akela sebentar, ia lalu memeluk Ibu dari anaknya itu.

"Jaga Akela baik-baik, aku menyayanginya," ucap Bayu, ia mempercayakan Akela sepenuhnya di rawat oleh Najma.

Meski Akela dirawat oleh Najma yang berasal dari keluarga yang berkecukupan, Bayu berjanji akan tetap mengirim uang bulanan untuk anaknya. Setidaknya dengan begitu ia menjadi seorang Ayah yang bertanggung jawab.

"Pasti Bayu, aku akan merawat Akela dengan baik. Aku begitu menyayanginya." Meski dirinya bisa dibilang sebagai wanita manja, tapi Najma akan belajar menjadi sosok Ibu yang sempurna untuk Akela.

"Aku percaya denganmu," ujar Bayu, Akela kini menatap bingung orang tuanya yang saling berpelukan. Sampai akhirnya Bayu kembali menggendong Akela.

"Sayang Papa, kamu jangan nakal. Jadilah anak pintar. Jangan menyusahkan Mamamu." Akela mengangguk, seolah dirinya mengerti dengan pesan yang disampaikan Bayu.

Hari ini ia juga sangat tenang, biasanya Akela akan banyak berceloteh ala bayi seumurannya. Biasanya jika ada Najma Akela lebih memilih untuk digendong oleh Mamanya, namun hari ini ia membiarkan dirinya digendong oleh Bayu seperti sadar ia akan berpisah dengan ayahnya itu.

*****

Yang ditunggu Najma akhirnya tiba. Bagas  datang menjemput. Najma berpamitan pada orang tua Bayu. Kedua adik Bayu kini sedang tidak berada di rumah.

"Papa masih ingat dengan Mbak Ningsih?" Tanya Najma, ia berharap Bagas mengingat mantan pengasuhnya dulu. Pria tua itu nampak berpikir keras, ia menatap wanita yang dimaksud Najma.

"Papa ingat, dia pengasuhmu sewaktu kamu masih kecil," ujarnya.

"Mbak Ningsih ini ternyata Ibunya Bayu," kata Najma, Bagas tentu saja terkejut.

"Oh astaga, aku tidak menyangka kita akan bertemu kembali dalam keadaan seperti ini," ucap Bagas, Ningsih tersenyum simpul.

"Saya juga tidak menyangka, kalau anak kecil yang dulu saya rawat menjadi Ibu dari cucu saya," ucap Ningsih. Gadis kecil yang dulunya begitu cengeng dan nakal kini telah menjelma menjadi wanita dewasa yang begitu cantik.

"Bayu aku pulang, sampai bertemu kembali nanti," kata Najma, karena setelah ini Bayu tetap akan menjenguk anaknya ke rumah Najma.

"Iya, jagalah Akela," ucap Bayu, tanpa mau menatap Najma. Perasaannya kini begitu sakit, betapa rasanya patah hati itu sungguh tidak menyenangkan.

"Terima kasih atas apa yang sudah kamu berikan padaku," ujar Najma, senyum tulus terukir di bibir wanita itu.

Menjalin hubungan sebagai suami istri selama lebih dari satu tahun bersama Bayu, tentunya ada banyak kenangan yang terukir. Bayu sudah menghadirkan Akela untuknya, kenangan yang akan ia jaga untuk selamanya.

Dengan pasti Najma melangkah untuk meninggalkan kediaman Bayu, selama seminggu ia tinggal disini. Keluarga Bayu menyambutnya dengan hangat, Najma menatap Akela yang kini digendong Bagas bayi itu sekali pun tidak menangis dari tadi.

Entah karena ia mengerti dengan keadaan dan tidak ingin mempersulitnya atau apa, yang pasti Akela tidak bisa menjadi alasan Najma untuk memilih tinggal bersama Bayu.

*****

Untuk pertama kali Pram menemui Ayahnya untuk menanyakan dimana makam Ibu kandungnya. Yang waktu itu diceritakan sebagai istri pertamanya Seno. Meninggal karena memendam rasa sakit hati akibat perbuatan suami dan madunya.

"Ayah akan antarkan kamu ke makam Ibumu," ujar Seno, Pram hanya menganggukkan kepalanya.

Saat ini ia masih membenci Ayahnya, teringat bagaimana dulu pria itu memukulnya. Saat Seno datang ke rumah dengan membawa wanita-wanita selingkuhannya. Sampai akhirnya Seno meninggalkan ia bersama Ibu tirinya karena ingin menikah lagi dengan wanita lain.

Semenjak itu Pram bersumpah, kelak ia hanya akan mencintai satu orang wanita dalam hidupnya. Keberengsekan Seno, rupanya tak hanya menyakiti Endah Ibu tirinya.

Ibu kandungnya sampai meninggal karena disakiti pria itu, andai saja Ibunya masih hidup ia pasti tidak akan bernasib seperti ini.

Pram kini sudah berada di tempat persemayaman Ibunya, ia bersimpuh di depan makam yang bertuliskan nama Wulandari itu. Hatinya menjerit, mempertanyakan mengapa Ibunya meninggalkan dia sendirian mengapa dulu ia tidak mati bersama Ibunya saja.

"Ibu." Lirih Pram, saat ini ingin melontarkan banyak pertanyaan. Namun sayang bibirnya tak mampu untuk berucap. Pram hanya memandangi makam Ibunya dalam diam hingga setetes air mata jatuh membasahi pipinya.

*****

Najma kini sudah berada di kediaman orang tuanya, Risma menyambut kedatangan Najma dengan gembira.

"Aduh cucuku sudah pulang, sini sama Oma." Risma mengambil Akela dari gendongan Najma, ia mencium pipi bayi itu dengan gemas.

"Najma kamu pasti kelelahan sehabis perjalanan jauh? Sebaiknya kamu istirahat. Akela biar Mama yang jaga," kata Risma.

"Tapi kalau Akela rewel bagaimana Ma? tadi diperjalanan dia hanya tidur sebentar biasanya kalau sudah seperti itu dia akan rewel." Najma mengkhawatirkan anaknya, Akela tidak terlihat ceria seperti biasanya.

"Tidak apa-apa, percaya dengan Mama. Lagi pula Mama lebih pengalaman mengurus bayi dari pada kamu." Najma menghela napas melihat Ibunya begitu antusias terhadap Akela. Najma akhirnya membiarkan Akela dijaga oleh Ibunya.

"Pa cucu kita lucu ya," ujar Risma.

"Namanya anak bayi pasti lucu," ucap Bagas, dulunya saja Risma tidak menyukai Akela. Sekarang wanita itu sangat sayang dengan cucunya.

*****

Najma berbaring di tempat tidurnya, ia merenungi perjalanan hidupnya selama tiga puluh dua tahun ini. Ada banyak hal yang terjadi, jika bisa kembali ke masa lalu. Najma ingin menjadi anak kecil lagi, dimana yang ia tahu hanya main. Main dan main.

Najma mengambil ponselnya saat mendengar nada getar penanda adanya pesan masuk. Sebuah pesan singkat dari Pram, pria itu mengatakan permohonan maafnya dan ingin bertemu dengannya besok. Pram, meski banyak kalimat-kalimat kasar yang dulu sering terucap dari bibir pria itu, Najma tidak pernah bisa membencinya.

Najma pernah mencoba untuk menghapus rasa cintanya untuk pria itu, namun ia gagal. Najma sadari ia tidak bisa hidup tanpa Pram, meski pun pria itu telah menyakitinya semua rasa sakit itu tidak sebanding dengan rasa cintanya yang teramat besar. Begitu pun Pram, pria itu mencintainya. Selama berhubungan Pram tidak pernah main hati itulah yang membuat Najma sanggup bertahan. Pram juga mencintainya tak kalah besar.






Istri Titipan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang