Bab 9

21.1K 1.4K 31
                                    

Najma melakukan aktivitas mengajarnya seperti biasa. Sekarang ini sedang jam istirahat. Najma memutuskan untuk makan siang di kantin sekolah, ia tidak membawa bekal seperti biasanya, tadi pagi pun ia tak sempat sarapan karena buru-buru. Hari ini ia bangun kesiangan, itu karena tadi malam Bayu membuatnya terpaksa begadang. Pemuda itu nampak nya ingin segera menghamilinya agar perjanjian di antara mereka segera berakhir.

“Eh. Tumben Bu Najma makan siang di kantin.” Tegur Yoga siswanya. Najma tersenyum kecil.

“Kebetulan ibu tidak bawa bekal,” sahut Najma.

“Aku boleh makan satu meja bareng ibu enggak?” tanya Yoga penuh harap, sesuatu yang membanggakan untuknya bisa makan satu meja bareng guru secantik Najma yang punya banyak idola.

“Boleh. Lagi pula ibu enggak nyaman juga makan sendirian.” Yoga hampir saja bersorak kegirangan jika saja Aldi dan teman-temannya yang lain tidak ikut nimbrung.

“Bu kalo Yoga boleh makan satu meja sama ibu berati kami juga boleh dong,” ucap Aldi mewakili teman-temannya yang lain. Najma tidak punya jawaban lain selain mengiyakan, lagi pula memang tempat duduk di kantin ini bangkunya dibuat memanjang.

Alhasil Najma yang semula merasa kesepian merasa terhibur dengan tingkah kocak murid-muridnya, ia pun tak sungkan tertawa. Di tengah keceriaan itu ada salah satu siswa yang membatin, kutunggu jandamu Bu. Saking dibuat terpesonanya ia pada kecantikan gurunya.

*****

Bayu masih mengantar Najma pergi ke mana pun seperti biasanya meski ia kini berstatus sebagai suami wanita itu. Bayu kini menjemput Najma pulang mengajar, wanita itu ternyata sudah menunggunya lumayan lama memang Bayu tadi sempat terjebak macet.

“Bayu kamu bisa masak tidak?” pertanyaan Najma membuat alis tebal Bayu hampir menyatu. Dari kecil ia terbiasa mandiri, memasak bukan perkara besar untuk Bayu.

“Bisa.” Bayu menyahut singkat, matanya kini melirik Najma yang duduk disebelah-Nya tak sengaja menangkap belahan dada Najma yang terlihat menantang. Bayu mengalihkan pandangannya, ia berusaha fokus menyetir.

“Ajari aku bagaimana caranya memasak Bayu.” Bayu berdehem, apa ia tidak salah dengar dengan permintaan Najma. Wanita yang ia ketahui tidak pernah menyentuh peralatan dapur tiba-tiba minta diajari cara memasak.

“Kamu bisa minta ajari dengan juru masak di rumah. Kenapa mesti minta ajari denganku?” Najma mencebik, raut wajah wanita itu terlihat kesal.

“Mbaknya pasti tidak mau mengajari, dia takut dimarahi Mas Pram. Kamu kan tahu kalau Mas Pram tidak pernah memperbolehkan aku menyentuh pekerjaan rumah tangga.”

Disini Bayu menilai Pram sebagai pria yang aneh, jika kebanyakan suami akan senang melihat istrinya jago memasak dan rajin mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Pram malah melarang Najma untuk melakukan itu. Okey, mungkin sedikit wajar jika sebelum menikah Najma tidak bisa memasak. Tapi kini Najma dan Pram itu sudah sepuluh tahun menikah, harusnya Pram mendidik Najma untuk menjadi istri yang baik.

“Aku tidak mau mengambil resiko jika manusia labil itu memarahiku,” ucap Bayu menyindir. Setelah ia terjebak dalam pernikahan anehnya bersama Najma, ia rasa sikap ramah yang ditunjukkan pasangan aneh Najma dan Pram kepada semua orang hanyalah kepalsuan.

“Tidak akan. Mas Pram juga jarang ada di rumah. Dia sibuk kerja, ayolah Bayu ajari aku memasak. Kamu tahu alasan aku belajar memasak untuk siapa?  aku belajar masak untuk calon anakku nanti,” ucap Najma dengan mata berbinar, tangan wanita itu mengelus perut ratanya seolah di dalam sana ada seorang bayi.

Istri Titipan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang