Tidur Bayu terganggu saat ada jari-jari mungil yang menusuk-nusuk wajahnya, ia juga mendengar suara celotehan. Akela sudah bangun padahal ini baru jam lima pagi. Akela tersenyum lebar saat berhasil membangunkan Bayu.
"Akela tidur lagi nak," bujuk Bayu. Namun Akela tak peduli bayi itu tetap asik dengan dunianya sendiri. Bahkan setelah berhasil membangunkan Bayu, ia kini mulai mengganggu sang Ibu dengan menarik-narik rambutnya.
"Akela jangan ganggu Mama." Bayu mendekap tubuh Akela. Namun karena menjadi tidak leluasa bergerak bayi itu menangis hingga mengagetkan sang Ibu.
"Bayu. Akela kenapa?"
"Menangis," ucap Bayu simpel. Najma mendesah ia segera menggendong Akela dan mengusap punggung bayi itu untuk menenangkannya.
"Diamlah sayang," bujuk Najma. Wajah cemberut Akela ketika menangis justru membuat bayi itu semakin lucu.
Jari mungil Akela menunjuk Bayu. Jika ia sudah bicara mungkin ia akan mengatakan. Mama Papa nakal, kecil-kecil sudah pandai mengadu dia.
"Tidak apa-apa sayang, anak Mama pintar jangan menangis lagi," ucap Najma. Secara perlahan Akela mulai berhenti menangis.
Karena sebentar lagi pagi Najma membawa Akela keluar kamar. Membiarkan Bayu kembali melanjutkan tidurnya. Ibunya Bayu ternyata sudah bangun. Wanita itu sedang merebus air untuk membuat teh hangat.
Najma tercenung, seumur-umur ia tidak pernah melakukan hal itu selama ini ia pakai yang serba instan. Meski dirinya pernah sepuluh tahun menyandang status sebagai istri. Jangankan memasak untuk suaminya membuatkan teh atau kopi pun dia hampir tak pernah.
Bagaimana rasanya menjadi seorang Ibu rumah tangga yang sesungguhnya, batin Najma. "Mbak Ningsih." Ningsih yang tidak menyadari kehadiran Najma, terkejut ketika wanita itu menyapanya.
Wanita itu langsung tersenyum, apa lagi melihat sosok yang digendong Najma. "Cucuku sudah bangun rupanya, kamu tadi kenapa menangis?" Tanya Ningsih, ia tadi sempat mendengar tangisan Akela.
"Ngambek dengan Papanya itu." Najma terkekeh pelan, saat Ningsih mengelus pipinya Akela tiba-tiba mengangkat tangannya seolah minta digendong.
"Jangan sayang Mbak Ningsih, Eh. Maksud Mama Nenek. Sekarang sedang sibuk," kata Najma, ia tersenyum canggung. Ningsih memahami itu.
"Tidak apa-apa Najma. Biar sini aku gendong," ujar Ningsih. Najma akhirnya membiarkan Akela digendong oleh wanita itu.
Akela terlihat senang sekali ketika digendong Neneknya, baru saja satu hari disini ia sudah minta digendong dengan semua orang rumah. Bahkan Gilang adik Bayu yang paling kecil juga sudah menggendongnya, anak itu rupanya ingin dekat dengan keluarga sang Ayah.
*****
"Bu Najma mana? kenapa Akela digendong sama Ibu?" Tanya Bayu yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Ibu minta tolong istrimu tadi untuk membeli bumbu masak ke warung." Bayu menepuk jidatnya. Najma kan tidak bisa memasak. Bagaimana wanita itu bisa tahu bumbu-bumbu dapur.
"Aku menyusul Najma dulu Bu," kata Bayu tanpa menunggu persetujuan Ibunya Bayu langsung pergi begitu saja.
Ia tidak ingin masakan Ibunya yang lezat jadi kacau gara-gara Najma salah membeli bumbu masak, ketika separuh perjalanan menuju warung. Bayu bertemu dengan wanita yang dicarinya, wanita sudah mau pulang.
"Kamu beli apa?" Tanya Bayu. Tanpa menunggu jawaban wanita itu ia segera memeriksa belanjaan Najma memastikan kalau wanita itu membeli barang yang tepat.
"Ibumu tadi memberikan cacatan padaku Bayu. Aku menyerahkan cacatan itu pada Ibu penjaga warung benda apa saja yang perlu dibeli. Sudahlah kamu tidak perlu khawatir aku salah memberi barang." Najma memutar bola matanya, ia mengerti kecemasan Bayu.
Bayu mengangguk setelah barang yang dibeli wanita itu dipastikan benar, mereka lalu pulang. Untung sekarang masih sangat pagi, jadinya mereka tidak berpapasan dengan orang kampung. Jika tidak habislah Bayu mendapat berbagai macam pertanyaan.
Yuda menatap Bayu dan Najma yang masuk beriringan ke rumah. Yuda kini tengah menilai keserasian mereka. Najma itu ibarat boneka porselen, begitu cantik dan mulus. Sementara itu Bayu layaknya kain serbet, yang digunakan untuk membersihkan sang boneka porselen.
Itu penilaian versi Yuda. Meski fakta sesungguhnya Bayu cukup tampan. Dengan tatapan matanya teduh, dan lesung pipi yang dimiliknya membuat kebanyakan perempuan akan klepek-klepek ketika mendapat senyuman manis dari lelaki itu.
Hidungnya juga mancung, dengan bibir tipis sebagai penunjang ketampanan Bayu. Kulit sawo matang lelaki itu membuatnya terlihat gentle. Ada-ada saja Yuda mengibaratkan Bayu seperti kain serbet padahal dirinya memiliki kemiripan fisik dengan Bayu secara mereka kembar identik.
*****
Najma menatap wajah Bayu dan Yuda bergantian. Jika diperhatikan secara intens. Mereka ternyata memiliki beberapa perbedaan, jika Bayu punya dua lesung pipi sementara Yuda hanya punya satu.
Selain itu Bayu lebih tinggi dari Yuda. Pembawaan Bayu nampak tenang sedangkan Yuda cenderung tidak bisa diam. Najma menebak kalau adik kembar Bayu itu sangatlah jahil.
Najma tiba-tiba teringat dengan satu hal kalau ia harus mencuci pakaiannya dan Akela. Selama ini ia tidak pernah mencuci baju. Ah sudahlah, yang penting nanti kena sabun sama air lalu dijemur dan semuanya beres.
Najma lalu memasukkan baju-baju kotor ke dalam keranjang. "Najma kamu mau apa?" Tanya Bayu.
"Mencuci baju ke belakang," sahut Najma.
"Biar aku bantu," kata Bayu, ia tahu betul bagaimana wanita itu.
"Tidak perlu Bayu." Tolak Najma, ia merasa tidak enak hati.
"Ayolah biar aku bantu, memang kamu tahu bagaimana caranya mencuci pakaian?" Wanita itu tertunduk lalu kemudian menggeleng, ia tidak ada pilihan selain menerima bantuan yang ditawarkan Bayu.
Jika melihat apa yang dilakukan Najma dan Bayu saat ini. Mungkin sebagian orang berpikiran kalau mereka adalah pasangan romantis. Jarang-jarang ada seorang lelaki yang mau membantu istrinya mencuci pakaian, padahal fakta sebenarnya bukan seperti itu.
Sang suami sedang mengajari istrinya yang tidak tahu cara mencuci pakaian. Sungguh suami yang begitu sabar. Najma melotot ketika Bayu ingin mencuci pakaian dalamnya, ia merampas benda itu.
"Jangan Bayu, kamu cuci punya Akela saja," ucap Najma dengan pipi memerah menahan malu. Bayu menyentuh bra miliknya. Tidak tahu saja Najma kalau Bayu itu maling kutang, untung yang dicuri punya istrinya sendiri.
"Tidak apa-apa. Lagi pula aku juga sudah pernah menyentuh bendanya yang asli," kata Bayu dengan raut wajah yang minta ditabok. Santai sekali dia mengatakan itu.
"Bayu." Najma dengan kesal mencubit lengan lelaki itu. Bayu tetap dalam mode cuek. Ia tetap melanjutkan pekerjaannya, untuk apa juga Najma malu dengannya, ia sudah tahu wanita itu luar dalam.
*****
Najma sedang membacakan dongeng untuk Akela, bayi itu mendengarkannya dengan serius. Najma sudah melakukan hal ini dari Akela menginjak usia empat bulan. Najma mengusap kepala anaknya.
Ia tidak sabar menunggu Akela bisa bicara, pasti menyenangkan saat anak itu bisa dijadikan teman ngobrol. "Sekarang waktunya kamu untuk tidur siang," ujar Najma.
Najma mulai menina bobokan putri kecil kesayangannya itu. Setelah Akela tidur Najma memutuskan untuk merapikan baju-baju Bayu yang berantakan. Pakaian Bayu memang ditaruh di lemari, tapi entah diapakan oleh Bayu hingga letak bajunya terlihat acak-acakan begitu.
Najma mengernyit saat menemukan sebuah benda berwarna pink di dalam lemari Bayu. Rasa panas tiba-tiba menjalari pipinya perpaduan antara rasa malu dan marah.
Ini persis seperti branya yang hilang waktu itu. Meski punya banyak pakaian dalam, tapi Najma hafal betul semua pakai dalam miliknya. Sial, untuk apa laki-laki itu mencuri branya.
Bayu yang selama ini ia kenal sebagai lelaki cuek diam-diam ternyata memiliki sifat mesum. Menyimpan pakaian dalam perempuan. Pasti tiada lain dilakukan Bayu untuk memikirkan hal yang tidak-tidak.*****
Selamat hari raya idul Adha bagi yang merayakan 😃😃
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Titipan (New Version)
RomanceBayu tidak pernah menyangka jika Pram tuannya meminta dia untuk menikahi istri pria itu, Pram menginginkan Bayu menghamili Najma istri kesayangannya. Disitu harga diri Bayu benar-benar terhina, namun ia tidak punya pilihan ketika Pram mengancamnya...