Bab 11

20.3K 1.4K 71
                                    

Pram baru saja tiba di rumahnya. Ia melangkah buru-buru mencari Najma. Pram merindukan wanita itu setelah satu minggu tidak bertemu, apa lagi Najma sangat jarang membalas pesan atau pun mengangkat teleponnya.

"Dimana Najma?" Pram bertanya pada salah satu pelayan di rumahnya.

"Ibu tadi sedang berada di gazebo." Pram mengangguk. Ia segera pergi ke gazebo ia melihat Najma tengah tiduran dengan nyaman. Tempat itu memang khusus dibuatkan Pram agar Najma bisa bersantai. Disitu terdapat beberapa bantal dan sebuah sofa panjang.

"Hei, tukang tidur!" Najma tersentak dari alam khayalannya. Ia segera bangun dari posisi tidurannya.

"Kapan kamu tiba di rumah?" tanya Najma. Hari ini memang kepulangan Pram jadi ia tidak terlalu terkejut. Bahkan jika Pram terlambat pulang pun bagi Najma biasa saja. Karena sebelumnya, berbulan-bulan Pram sering meninggalkannya tanpa kabar

"Baru saja. Kenapa tiduran disini?"

"Disini nyaman," sahut Najma simpel.

Pram mengernyit melihat luka di bibir Najma, pipi wanita itu terlihat memar, mata wanita itu juga seperti habis menangis. Pram menyentuh luka di bibir Najma

"Bibirmu kenapa?" Najma menghela napas kasar. Ia menepis tangan Pram yang menyentuh bibirnya. Ia membuang pandangannya ke arah lain, tanpa mempedulikan pertanyaan pria itu.

"Kamu habis di pukul seseorang?" tanya Pram dengan curiga.

"Iya, aku habis dipukul Ibumu." Batin Najma menjerit. Tadi siang Endah datang mengamuk tanpa sebab dan memukulinya dengan membabi buta.

"Siapa yang memukulmu?" Najma masih tak menjawab pertanyaan Pram. Lagi pula percuma mengatakan siapa pelakunya. Pram dipastikan tidak akan mempercayai ucapannya jika berkaitan dengan Endah.

Pram selalu meyakini kalau Ibunya tidak akan berbuat kesalahan. Melihat Najma yang masih tidak mau bicara Pram akhirnya memilih diam dan memeluk wanita itu untuk menumpahkan rasa rindunya.

"Aku akan menunggu sampai kamu bersedia menceritakannya," ujar Pram. Najma berdecih jika Pram tahu kejadian yang sesungguhnya pastinya pria itu akan berbalik memarahinya.

*****

Pram berkunjung ke rumah Ibunya atas dasar permintaan wanita tua itu. Endah yang sudah tahu kalau Pram akan berkunjung memasak banyak untuk menyambut kedatangan anaknya. Ia sangat bahagia saat Pram datang sendiri. “Syukurlah Pram tidak membawa istri sialannya itu,” batin Endah tertawa bahagia.

"Ibu masak banyak untuk kamu Pram, karena Ibu tahu kamu tidak pernah makan masakan rumah yang enak. Istrimu itu 'kan tidak bisa masak, kamu sih salah pilih istri. Seharusnya kamu itu dulu cari istri yang pintar masak, jangan kaya si Najma itu istri cuma bisanya ngabisin duit." Pram tersenyum kecut mendengar ocehan Ibunya yang membuat telinga siapa pun akan sakit.

"Jika Ibu boleh tahu dalam sebulan istrimu itu menghabiskan uang berapa? pasti ratusan juta ya? lama-lama kamu bisa tekor karena punya istri seperti itu Pram," cibirnya.

"Najma punya gaji sendiri Bu, lagi pula Ibu kan tahu kalau Najma punya bisnis yang ia kelola dengan sahabatnya Jihan." Endah mencebik, bibirnya yang memakai lipstik tebal itu bergerak-gerak.

Istri Titipan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang