Bab 8

21.7K 1.4K 59
                                    

Najma terbangun dengan kepala pusing dan perut yang terasa mual. Efek mabuknya semalam masih terasa. Najma menggelengkan kepalanya, bisa-bisanya tadi malam ia minum sampai mabuk. Pasti perbuatannya tadi malam memalukan sekali. “Kamu sudah bangun?” suara berat Pram mengagetkan Najma yang sedang melamun.

“Mandilah. Sarapan pagi sudah siap,” ucap Pram. Najma mengangguk, ia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Najma terkejut mendapati dirinya hanya memakai dalaman.

“Tadi malam kamu mengeluh panas, akhirnya aku tidak memakai pakaian untukmu,” ujar Pram, saat ini ia berusaha mati-matian untuk tidak menerkam Najma yang hanya mengenakan pakaian dalam. Apa lagi ia sudah cukup lama tidak menyentuh wanita itu.

Najma pun menyadari tatapan penuh nafsu dari Pram. Ia bergegas pergi ke kamar mandi. Setelah kepergian Najma Pram berusaha mengatur nafasnya yang memburu, teringat kalau setiap malam Bayu menyentuh Najma membuat dadanya panas.

“Mas ayo kita sarapan.” Suara Najma yang mengalun manja menyapa pendengaran Pram. Wanita itu sudah selesai melaksanakan ritual paginya ternyata. Pram menggandeng Najma, bau harum menguar dari tubuh wanita yang secara hukum masih berstatus sebagai istrinya itu.

Najma berbinar menatap nasi goreng yang tersaji di depannya. Aroma masakan itu menusuk hidungnya, perut Najma jadi keroncongan. Najma pun langsung menyendok makanan itu ke mulutnya, matanya melebar saat mencicipi rasanya.

“Ini nasi goreng buatan kamu?” tanya Najma, rasa masakan yang dibuatkan Pram Najma hapal betul.

“Iya, kamu suka?” Najma mengangguk.

“Sudah lama kamu enggak masakin aku nasi goreng,” ucap Najma dengan suara merajuk andalannya.

“Kamu kan tahu aku sibuk. Bisnisku lagi berkembang pesat,” ujar Pram, lagi pula ia kerja keras juga untuk Najma. Pram tidak ingin membuat Najma hidup susah bersamanya, ia tidak peduli jika orang-orang menganggapnya sebagai pria gila kerja.

“Kamu memang selalu sibuk. Sampai hanya punya sedikit waktu untukku, pekerjaanmu selalu menjadi yang pertama ketimbang aku.” Najma mencibir kelakuan Pram selama ini, ia sudah cukup bersabar dengan Pram yang gila kerja. Memang Pram selalu memenuhi kebutuhannya, tapi Pram jarang sekali mengajaknya pergi liburan untuk menghabiskan waktu berdua karena pekerjaannya itu.

“Aku kerja juga untuk kamu,” ujar Pram, ia masih ingat dengan janjinya pada Ibu Najma dulu yang harus selalu mengelilingi Najma dengan gelimang harta. Pram tidak mau dicap sebagai suami gagal karena membiarkan Najma hidup melarat dengannya. 

*****

Sepulang dari mengajar Najma merasa bosan, di rumah Najma tidak ada kegiatan. Sementara Pram tidak mengijinkannya untuk keluar menghabiskan waktu bersama teman-teman sosialitanya semenjak marak gosip mengenai arisan brondong.
Pram si pencemburu membayangkan hal yang tidak-tidak dilakukan oleh Najma dan teman-temannya. Apa lagi mereka sudah dikategorikan sebagai tante-tante. Najma saja usianya sudah tiga puluh dua tahun.

Tiba-tiba Najma berpikir mungkin mulai dari sekarang ia harus belajar memasak, apa lagi jika nanti ia sudah menjadi seorang Ibu. Tapi ia harus memulai belajar memasak dari mana, bahkan takaran air untuk memasak nasi pun dia tak tahu.

“Pokoknya aku harus belajar masak.” Najma membatin, ia pun segera menuju dapur. Membuka kulkas mengambil wortel dan sosis. Najma berencana untuk memasak nasi goreng makanan kesukaannya.

Istri Titipan (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang