Tercyduck Calon Suami

4.4K 212 4
                                    

Astaga!!! Gw apdet berapa kali ini???

Alah udah... Buru baca aja. Vote ama komen jangan lupa. Okay.

***

"Astaga!!! Rhafael!!!" Catherine yang telah kembali ke kamar Lorena terkejut saat mendapati kamar itu kosong sama seperti hatinya Rhafael. Rhafael menghampiri mamanya dengan setelan tuxedo warna putih. Tampak semakin tampan dan gagah, membuat wanita mana saja pasti tergila-gila. Tapi sekarang bukan itu masalahnya. Lorena kabur dan mereka terpaksa membatalkan akad nikahnya.

Rhafael yang tampak tenang dengan mudah menyembunyikan gemuruh di hatinya. Tangannya terkepal kuat saat mengetahui gadis itu kabur. Ia akan menyeret Lorena kembali. Dan saat semua itu terjadi, Lorena tidak akan punya tempat untuk berlindung.

Baik Darren maupun Dhany sama-sama bingung. Acara ini terpaksa batal, ya paling tidak sampai Lorena kembali lah. Perasaan tak enak sejak tadi bergelayut di hati duda beranak dua itu kala Lorena yang biasanya protes malah diam saja seolah pasrah. Ternyata ini rencananya? Bikin malu orang tua saja. Rhafael diminta untuk mencari Lorena. Kalau bukan karena urusan pribadinya dengan gadis itu, Rhafael nggak akan sudi cari Lorena.

Rhafael menghubungi Nicol dan Dion. Ketiganya segera cuss untuk melacak keberadaan Lorena.

"Kabur sama cowoknya?" tanya Dion.

"Sama adeknya," kata Rhafael sekenanya.

"Kemana dong? Pake mobil yang waktu itu?" tanya Nicol.

"Nggak, pake mobil adeknya. Nggak tahu gue kemana. Tuh cewek cari gara-gara mulu sama gue," kata Rhafael.

"Wah, lu bisa lacak hp nya nggak?" tanya Dion. "Udah gue coba. Tapi dimatiin. Emang dia sengaja. Kalo hpnya aktif, ngapain susah-susah kabur segala." Rhafael mengetatkan rahangnya.

"Kita mau puter-puter Jakarta juga percuma." Benar apa yang dikatakan Dion. Karena Jakarta itu luas. Dia juga nggak mungkin kan meminta bantuan kelompok rahasianya.

***

"Lalu... Kita mau ngapain di sini?" tanya Leon. Mereka sudah sampai di villa. Lorena membuka pintu ganda yang terbuat dari kaca transparan, melihat pemandangan kebun teh di sekitar villanya.

Lorena hanya mengangkat bahu, yang penting dia nggak dipaksa nikah sama Rhafael.

"Ya ampun, lepas napa kebaya lo. Risih gue liatnya, berasa bawa kabur pengantin orang tahu nggak." oh iya... Lorena melihat ke tubuhnya, kebaya putih ini masih melekat di tubuhnya. Padahalkan mamanya Rhafael sudah berbaik hati memberikan kebaya ini padanya. Malu sekali dia sama mama baik hati itu.

"Gue nggak bawa baju ganti kan. Elo juga. Gimana kalo kita beli aja," kata Lorena. "Gue bawa kok, di mobil gue kan mesti ada baju ganti gue. Lo aja yang beli," kata Leon.

"Lah, kalo gitu gue pinjem mobil lo ya. Gue nggak bakalan lama kok. Lo istirahat di kamar aja," Leon hanya manggut-manggut, "bawa baju gue ke dalam kalo gitu." kata Leon. Kalau Lorena nggak ingat bahwa adeknya sudah berbaik hati bawa dia kabur, mungkin sekarang wedges 5 cm yang dipakainya sudah melayang ke muka Leon. Songong amat tu anak, pake nyuruh-nyuruh mbaknya. Lorena menarik napas dan membuangnya dengan pelan. Dia lantas mengambil pakaian Leon, lalu melemparnya ke muka adiknya.

Lorena buru-buru menyambar kunci mobil Leon sebelum adiknya itu berubah pikiran. Huft... Nasib, jomblo 21 tahun, sekalinya nikah sama kampret sialan itu.

Yah... Gimana ya rasanya, jalan-jalan di mall sambil pake kebaya khas nikahan. Untung Lorena itu sudah cuek dari lahir. Jadi sudah kebal sama tatapan orang. Dari mulai tatapan kagum karena dia cantik, sampai tatapan sinis orang-orang yang sirik. Susah ya memang jadi orang cantik.

Bitter Sweet Destiny [MDS ¦ 2]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang