Obat Paling Ampuh

3.6K 173 3
                                    

Rhafael yang dari tadi kerjaannya cuma main hp, tidur, guling-guling ke sana kemari nggak tahu apa yang mau dia lakuin, akhirnya dia bangun. Gabut juga kalo nggak ada objek yang bisa dia bully, Lorena. Tapi ini udah mau sore dan Lorena nggak balik-balik juga. Seketika perasaannya langsung nggak enak. Gimana kalo itu cewek nyasar? Atau tenggelam ke laut? Aduh, gimana coba biar nggak makin dimarahin sama bapak mertuanya karena ngilangin anak perempuannya.

Rhafael kemudian mengenakan jaketnya dan keluar hotel. Di luar sepi, nggak banyak orang berlalu lalang. Di pinggir pantai juga sudah mulai sepi. Tapi dimana Lorena berada? Mau tanya siapa juga kalo kayak gini?

Tiba-tiba mata Rhafael melihat sosok Garry yang sedang berdiri di dekat pohon kelapa, dia berlari ke arah Garry.

"Ngapain di sini lo bang?" tanya Rhafael.

"Gue lagi ngejar anak buah John. Lo sendiri? Oh... Lo emang lagi ehem-ehem disini ya?" Muka Garry jadi terlihat menyebalkan kalo sudah godain Rhafael.

"Apaan si lo?! Anak buah John yang semalem? Kok lo ngejarnya ke sini sih?" tanya Rhafael.

"Iya, soalnya ada mata-mata yang bilang tiga dari mereka tadi ke sini. Lo jagain cewek lo, siapa tahu mereka mau ngincer cewek lu juga," kata Garry.

Rhafael tergugu. Dia baru saja seperti disambar petir karena omongan Garry. Jangan-jangan Lorena beneran diculik sama anak buahnya John. Argh! Bodoh banget dia karena nggak ngelarang Lorena keluar sendirian.

"Bang, gue ikut lu cari mereka!" mau nggak mau Garry mengangguk dan mereka mulai mencari keberadaan anak buah John itu, namun dalam hati Rhafael berharap... Kali pertama dia berdoa, bahwa Lorena tidak bersama para bajingan itu...

***

Lorena juga perempuan biasa, dia bukan wonder woman yang sekuat baja, dia juga bukan Athena yang gagah perkasa. Dia juga bisa merasakan takut yang teramat sangat seperti sekarang. Dia sangat takut. Berada di bawah tatapan para bajingan yang menatapnya lapar. Lorena ingin mati saja daripada harus menyerahkan harta paling berharganya. Lorena nggak mau hidup menyedihkan dengan lumuran kotoran.

Tapi dia bisa apa? Dia nggak ada tenaga buat ngelawan, dia juga nggak bisa telepati buat manggil Rhafael. Lorena kangen Rhafael. Lorena sangat ingin melihat wajah Rhafael yang menurutnya nyaris sempurna. Rhafael seperti oase yang dia lihat saat berada di tengah padang pasir, menyejukkan jiwa dan raga. Dia nggak akan punya muka lagi kalau sampai semua ini terjadi padanya. Dia malu ketemu Rhafael.

"Lepasin gue!" teriak Lorena saat salah seorang dari mereka menahan tangannya.

"Nggak akan! Lagipula lumayan kalo kita dapet ceweknya, Rhafael nggak akan berkutik." kata orang itu.

"Brengsek!" Lorena langsung menutupi perutnya karena kaosnya dirobek oleh lelaki tadi.

"Woaaah, mulus banget bro! Jadi makin nggak sabar!" teriak salah satu dari mereka yang sedang melihat aksi temannya.

"Ayolah, lo nggak usah sok jual mahal. Lo udah sering digarap Rhafael kan? Kita bertiga loh..." sekali lagi laki-laki itu menarik kaos Lorena hingga robek di beberapa bagian, bahkan sampai dalaman yang Lorena pakai keliatan.

"Lepasin gue Bajingan! Gue jijik sama lo pada!" teriak Lorena.

"Gue suka mulut kasar kayak punya lo. Pasti rasanya lebih nikmat," kata laki-laki itu. Dia menarik rambut Lorena kasar dan mencoba mencium Lorena dengan paksa.

Kalo sampai mereka berani macam-macam sama gue, gue bakalan bunuh diri, batin Lorena. Dia sudah bertekad. Lagipula buat apa dia hidup kalo dia sendiri jijik sama tubuhnya.

Bitter Sweet Destiny [MDS ¦ 2]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang