Vote and comment please...
Selamat membaca!
***
"Rhaf, kamu kok diem aja sih istri kamu dipukulin. Liat kan sekarang kondisinya, coba kalo tadi mama nggak cek dia di kamar," Catherine tak bosan-bosannya memarahi Rhafael karena sekarang Lorena harus dilarikan ke rumah sakit karena muntah-muntah terus. Dokter bilang ada luka dalam di tubuh Lorena, jadi dia harus dirawat di RS untuk beberapa hari.
"Rhafael kan udah bilang ma, Rhafael nggak tahu." Dhany mendekati Rhafael, "kamu cari tahu siapa yang mukulin Lorena. Papa nggak mau mantu papa jadi kayak gini, Rhaf... Kalo daddynya Lorena tahu kamu lalai kayak gini... Beliau pasti sangat kecewa. Seorang ayah bahkan nggak rela tangannya sendiri memukul anaknya, apalagi jika orang lain yang melakukannya."
Kini mereka sama-sama diam di ruangan itu. Setelah diberi obat anti mual Lorena sudah nggak muntah lagi. Wajahnya pucat sekali, bibirnya juga nggak pink seperti biasanya. Catherine mengusap rambut halus Lorena dengan sayang.
"Sayang... Kamu cepet sembuh ya..." bisik Catherine.
Mereka nggak bilang ke Darren karena daddy Lorena itu sedang ada di Jerman. Sedangkan Leon, dia udah dikasih tahu. Dan katanya ini masih ada presentasi, jadi belum bisa jenguk.
Rhafael. Seperti biasa. Wajahnya datar nggak terbaca. Dia memang kesal dengan orang yang sudah berbuat seperti ini pada Lorena. Karena baginya cuma dia yang boleh bikin Lorena tersiksa. Tapi dia bukan pengecut yang beraninya mukulin cewek. Masih ada banyak cara buat Lorena tutup mulut. Dia bakalan cari pelakunya meskipun mamanya nggak menyuruhnya.
Rhafael teringat perkataan abangnya tadi. Dia nggak tahu maksudnya, dan kenapa abangnya begitu perhatian dengan Lorena. Lorena itu istrinya, jadi itu bukan urusan abangnya.
'Kamu... Bener-bener mencintai Lorena?'
'Kenapa? Kenapa abang nanya masalah itu?'
'Dari cara kamu memperlakukan dia, abang nggak liat kalo kamu cinta sama dia,'
'Itu urusanku sama Lorena. Abang nggak usah ikut campur.'
'Iya, itu emang urusan kamu sama dia. Abang cuma nggak mau kalo gara-gara masa lalu, kamu jadi nggak peduli sama perasaan cewek.'
Rhafael muak jika masalah itu diungkit-ungkit kembali. Dia udah berusaha melupakan semua itu. Melupakan masa lalu yang membuatnya sama sekali nggak tertarik sama cewek.
Rhafael tiba-tiba meraih jaketnya dan keluar dari RS. Dia melajukan mobilnya ke arah apartemen Dion. Kayaknya dia mesti minta bantuan dua sahabatnya itu deh, soalnya dia harus ketemu sama rekan satu ganknya malam ini.
"Eh, tumben amat lu nongol di tempat gue." kata Dion. Laki-laki itu segera menyingkir dan membiarkan Rhafael masuk.
"Lorena dikeroyok di kampus. Gue mau minta bantuan lo sama Nicol buat cari pelakunya. Lorena nggak mau bilang siapa pelakunya dan sekarang dia masih belum bangun." perkataan Rhafael sontak saja membuat Dion kaget. Pengantin baru yang baruuu aja kemarin selesai resepsi udah dikeroyok aja.
"Wah, parah. Siapa sih yang berani ngelawan cewek kayak Lorena," kata Dion.
Cewek kayak Lorena. Emang bener sih pertanyaan Dion. Mana ada yang mau urusan sama Lorena. Cewek paling dihindarin di kampus. Kalo dia berani ngehajar Lorena berarti itu adalah orang-orang yang populer dan punya pengaruh di kampus.
"Makanya itu. Gue nggak tahu kapan kejadiannya, balik-balik udah bonyok aja mukanya. Ya awalnya sih kayak nggak kenapa-kenapa aja, tapi malem tadi malah muntah-muntah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet Destiny [MDS ¦ 2]✔
RomantizmMarriage Disaster Series : 1. My Broken Wife 2. Bitter Sweet Destiny 3. That Woman 4. TBA *** "Nikah aja dulu, kawinnya entaran juga nggak apa-apa. Gitu kok repot." {\__/} ( • - • ) /> < \ NIKAH DULU *** Maun...