Ketika Kau Pergi {3}

3.4K 158 5
                                    

"Rev, siapa yang teriak-teriak? Kamu bawa pacar kamu ke rumah ini?" tanya John. Revkan mengangguk sekilas.

"Papa mau ketemu? Dia cantik loh..." kata Revkan semangat. (semangat gundulmu)

"Hem, kamu serius? Udah sekarat belum?" tanya John lagi.

"Kenapa sekarat? Dia ini spesial, Pa... Istrinya Rhafael." Senyum John memudar. Istrinya Rhafael? Jadi bocah itu malah udah punya istri toh? Keberuntungan macam apa ini? Setali tiga uang. Sambil nyenengin anaknya, dia juga bisa gunain itu buat menancing Rhafael. Dia bakalan punya Rhafael jadi anak buahnya dan merebut kembali wilayah kekuasaannya.

"Jangan dibunuh ya... Papa beneran ini." kata John.

"Iya, Pa. Emang kenapa aku harus bunuh dia. Kan aku cinta mati sama Lorena." kata Revkan.

Black segera menggelar rapat sama anak buahnya. Ketika dia nggak perlu repot-repot buat mancing Rhafael, ternyata anaknya malah naksir istrinya Rhafael. Mau nggak mau pasti Rhafael bakalan nyerah demi istrinya kan? Dengan ini kekuatan Romano pasti bakalan menyusut. Dan dengan gampang Black melebarkan sayapnya yang sempat patah.

Esoknya, Black memutuskan buat liat wajah Lorena dan apakah bener kalo Revkan nggak coba buat bunuh Lorena. Tapi begitu ngeliat kondisi mengenaskan Lorena kayaknya Revkan masih sama aja.

"Kamu bohong ya, dia nggak keliatan sehat tuh." kata John. Revkan terkekeh.

"Itu bukan aku, Pa. Dia sendiri yang mau. Dia tau banget aku kayak gimana, jadi selera kita sama..." John mengangguk-angguk. Lorena dalam keadaan nggak sadarkan diri dan terbaring di atas ranjang. Selama seminggu lebih ini Revkan belum 'nyentuh' Lorena. Bukan karena nggak mau, cuma Lorena ngancem bakalan bunuh diri kalo Revkan sampe macem-macem ke dia. Rasanya Lorena udah mau ikutan gila gara-gara keseringan liat muka Revkan. Dia kangen berat sama Rhafael, apa Rhafael nggak kangen sama dia?

"Papa butuh pacar kamu bentar. Hemmm... Bisa nggak, kamu foto wajahnya. Yang cantik ya," kata John. Revkan mengangguk. Dia langsung memotret wajah Lorena yang lebam sana-sini dan menyerahkan hpnya ke John. Setelah mengirim gambar Lorena ke hpnya sendiri, John keluar dari ruang bawah tanah yang digunakan Revkan untuk nyekap Lorena.

John mengirimkan foto Lorena ke sebuah nomor, menuliskan beberapa caption yang pastinya akan bikin si penerima kalang kabut. Rhafael nggak ada pilihan lain selain ikutin kemauan dia. Dan boom!!! Si Keparat Billy Romano bakalan nangis darah karena anak buah kepercayaannya ninggalin dia.

"Boss gimana nih, markas kita yang di Bali juga udah diambil alih." lapor anak buah Black.

"Siapa?" tanya Black.

"Rhafael, boss." John tersenyum miring bikin anak-anak buahnya pada ngeri. Apapun yang ada di pikiran bossnya pasti mengerikan. Sehari berikutnya John menghilang, nyatanya dia cuma keliling-keliling untuk memantau proses pembangunan barnya.

Saat kembali ke rumah, John mencari Revkan untuk membicarakan sebuah masalah, "gini, Papa boleh nggak pinjem pacar kamu?" tanya John.

"Buah apa Pah?" tanya Revkan.

"Sesuatu yang penting. Gimana kalo kamu aja yang siapin semuanya. Kamu bawa pacar kamu ke bar baru Papa."

"Kenapa Papa selalu pinjem Lorenaku sih?" tanya Revkan.

"Nggak papa, Papa nggak ada waktu buat nyari yang lainnya."

Revkan membawakan Lorena baju yang sangat minim. Membuat Lorena memicing kesal, "lo udah gila ya? Gue bukan pelacur!" desis Lorena. Dengan jijik dia melempar baju kurang bahan itu ke lantai. Revkan tersenyum, lalu memungut kembali baju itu. Dengan gerakan cepat Revkan merobek paksa baju Lorena. Matanya menerawang kulit mulus Lorena.

Bitter Sweet Destiny [MDS ¦ 2]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang