Anggap Aku Sesuka Hatimu

4.1K 197 4
                                    

Beberapa hari terlewati, perkataan Rhafael yang ingin Lorena terlibat dengan semua masalahnya sepertinya benar-benar serius. Setiap ada kesempatan, Rhafael akan mengajak Lorena untuk ikut dengannya. Lorena tersiksa, lebih tersiksa dari sebelumnya. Dia banyak melihat adegan kekerasakan, balapan liar, adegan mesum, dan hal melanggar aturan lainnya. Bisa dibilang kalo sekarang Lorena sudah ada di tahap stres karena ini semua. Dia ingin berteriak, tapi takut dikatain gila, itu aja.

Lorena udah berusaha menolak, tapi Rhafael nggak mau tahu. Dia tetep menarik tangan Lorena, nggak peduli sedang apa gadis itu. Dengan enggan Lorena mengikuti Rhafael.

"Gue nyerah Rhaf!" teriak Lorena saat mereka berada di dalam sebuah gang dengan jalan setapak dan lampu bola warna kuning yang menyinari selain sinar bulan.

"Gue nggak kasih lo pilihan nyerah atau lanjut. Ikut gue." kata-kata Rhafael nggak bisa dibantah, Lorena melangkahkan kakinya dengan berat.

"Kenapa lo ngelakuin ini? Lo nggak takut kalo mereka berhasil bunuh lo? Dan apa gunanya gue?" tanya Lorena.

"Gue ngelakuin ini karena gue mau. Gue ngajak lo karena lo bakalan berguna nanti."

"Buat apa? Buat tumbal atau buat bawa lo ke klinik? Ya kalo gue nggak dibunuh juga setelah lo mati,"

"Lo pikir gue mau mati semudah itu di tangan mereka?"

"Ya tapikan lo manusia juga Rhaf. Kalo lo titisan Son Go Kong gue nggak bakalan secerewet ini."

"Akhirnya lo sadar kalo lo cerewet. Denger ya, lo cukup diem. Sampai semua ini selesai."

Apa sih kerjaan Rhafael? Selain menghilangkan pengaruh Black, dia juga menggagalkan setiap transaksi kejahatan dari kelompok lain. Bukan pahlawan lo ya, dia cuma ngelakuin itu karena dibayar sama Romano untuk menyingkirkan pengaruh kelompok lain. Rhafael itu yang bertugas melumpuhkan mereka, dan yang akan mengeksekusinya adalah Garry. Itupun kalo Romano menginginkannya.

Lorena berlari untuk bersembunyi saat Rhafael memberinya isyarat. Di kegelapan malam, pakaian serba hitam Rhafael membuatnya menyaru dengan kegelapan. Beberapa orang yang sedang melakukan transaksi obat-obatan terlarang terlambat menyadari keberadaan Rhafael yang langsung menyerang mereka. Rhafael menghajar 5 orang itu seorang diri. Menggores dan menyayat mereka satu persatu. Mematahkan tulang mereka dengan bunyi gemelatuk yang mengerikan. Lorena menutup telinganya dengan rapat, tak ingin mendengar bunyi aneh yang menyiksa itu. Sambil terus menghajar lawannya, Rhafael mengawasi, jangan-jangan ada yang mengetahui keberadaan Lorena.

Hingga akhirnya, pekerjaan Rhafael selesai. Lorena keluar dari tempat persembunyiannya dan langsung menarik tangan Rhafael pergi dari sana.

"Lo tega banget ya, kan kasian kalo mereka patah tulang terus nggak bisa jalan." kata Lorena.

"Aneh lo, mereka itu bandar narkoba bego. Lo ngapain kasian sama mereka?" balas Rhafael heran.

"Lo juga." kata Lorena tak mau kalah.

"Gue bukan." balas Rhafael tak terima.

"Itu lo bantuin gank lo apa namanya kalo lo nggak sama kayak mereka," tantang Lorena.

"Gue cuma ngandelin apa yang gue bisa. Gue nggak jualan kayak gitu asal lo tahu. Jadi mending lo diem," Rhafael lalu masuk ke dalam mobil diikuti oleh Lorena yang masih kesal dengan Rhafael. Jadi Rhafael itu baik atau jahat? Rhafael itu masuk ke gank Romano, bedanya dia nggak ikutan jualan obat-obatan atau masok senjata ilegal. Dia adalah orang kepercayaan Romano buat ngatasin masalah kayak gini. Romano punya orang-orang yang punya tugas masing-masing. Termasuk Rhafael juga.

Bitter Sweet Destiny [MDS ¦ 2]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang