Semuanya berantakan. Semuanya lari tunggang langgang. Bahkan yang tadinya dateng sama pacarnya, sekarang udah nggak mikirin orang lain. Yang penting diri sendiri sudah aman dari kejaran polisi yang sedang berpatroli.
Begitupun dengan Lorena. Dia langsung lari begitu mendengar sirine mobil polisi berbunyi nyaring. Jantungnya hampir melompat. Secara nggak langsung dia tadi ikut balapan liar. Meskipun cuma jadi penumpang.
Lorena panik. Dia nggak bisa menemukan Rhafael. Mobilnya pun udah nggak ada. Yang ada cuma orang-orang yang sedang menyelamatkan diri dan masuk mobil masing-masing. Kenapa Rhafael pergi ninggalin dia? Kenapa Rhafael tega? Itulah yang ada di benak Lorena saat ini. Nggak sadar, di belakangnya seorang polisi tengah mengamatinya.
"Jangan bergerak!" Lorena langsung membeku. Dia menoleh ke belakang dan melihat seorang bapak-bapak polisi berjalan ke arahnya.
Lorena cuma bisa menghela napas pasrah sambil digiring ke mobil patroli. Apes bener dah nasib gue...
****
"Harusnya lo nggak ninggalin gue, bego!" kesal Lorena saat menerima telepon dari Rhafael.
'Salah lo sendiri kan.' Lorena membuka mulutnya dan menutupnya lagi. Dia kehabisan bahan umpatan sekarang.
"Rhaf, lo tega banget sama gue... Hiks..." Lorena mematikan teleponnya. Dia pasrah saja waktu pak polisi membawanya ke meja untuk diinterogasi.
"Jadi, nama kamu siapa?" tanya pak polisi.
"Nama asli apa samaran nih pak?" Lorena menjawab dengan acuh.
"Kamu ini. Saya tanya serius."
"Saya dua rius malah."
"Nama. Atau saya tahan kamu di sini."
"Iye iye... Nama saya Lorena,"
"Kamu ikut balapan liar?"
Lorena menggeleng, "Mana berani pak saya..." ya emang dia nggak balap kan tadi.
"Lalu kenapa kamu disana?"
"Ih, bapak sih... Saya kan cuma kebetulan lewat aja. Main tangkep-tangkep nggak jelas. Coba kalo bapak kebetulan lewat, terus tiba-tiba denger sirine polisi kayak gitu, kan auto paniq pak."
"Mana KTP kamu." Lorena menyerahkan KTPnya.
"Harusnya anak gadis tidak lewat di tempat seperti itu. Kamu bohong ya?" tanya pak polisi curiga.
"Kalo saya emang niat balapan. Kenapa saya nggak kabur naik mobil? Kenapa saya malah jalan kaki kayak orang blo'on? Hayok kenapa pak?" Lorena tertawa cekikikan.
"Ya mana saya tahu."
"Itu berarti bapak salah tangkep. Buktinya cuma saya kan yang ada di situ. Saya juga nggak ada mobil. Bapak nggak bisa nangkep saya kayak gini." Lorena tetap nggak mau kalah.
"Bapak bebasin saya dong. Saya laper mau makan." pinta Lorena lagi.
"Sekarang kamu saya lepaskan. Ingat, kalo saya ketemu kamu lagi di lokasi balap liar, saya nggak akan lepasin kamu." kata pak polisi. Lorena mengangguk antusias. Emang siapa yang mau balik ke tempat begituan. Rhafael sialan. Bangke emang tuh orang, maki Lorena.
"Pak, nanti kalo ada yang nyariin saya. Bilang saya nggak mau ketemu sama dia. Tapi nggak mungkin juga deng, kalo dia ke sini. Bye pak polisi..." Lorena melambaikan tangannya sok cantik ke pak polisi yang udah muak sama tingkah Lorena. Bisa gila kalo Lorena di tahan di sini. Bukan Lorena yang gila, tapi sipir penjaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet Destiny [MDS ¦ 2]✔
Lãng mạnMarriage Disaster Series : 1. My Broken Wife 2. Bitter Sweet Destiny 3. That Woman 4. TBA *** "Nikah aja dulu, kawinnya entaran juga nggak apa-apa. Gitu kok repot." {\__/} ( • - • ) /> < \ NIKAH DULU *** Maun...