Salah Sangka

3.3K 143 0
                                    

Nggak ada yang tau seberapa berat perasaan Revan sejak dulu. Lahir di keluarga yang udah carut marut nggak karuan rasanya sungguh berat. Beda dengan Rhafael yang punya keluarga harmonis, hampir setiap hari Revan liat orang tuanya berantem. Revan emang anak tunggal, tapi orang tuanya seolah lupa kalo mereka punya anak yang butuh kasih sayang. Revan berharap, dia akan punya teman yang bisa ngertiin perasaan dia. Sering bergaul dengan anak-anak kayak Rhafael, Nicol dan Dion supaya perasaan dia jadi lebih baik dan nggak terlalu terbebani karena teriakan-teriakan orang tuanya.

Jujur, rasanya dia pengen banget ada di posisi Rhafael. Punya dua orang tua yang sayang sama dia, dan punya abang yang peduli sama dia. Rhafael juga populer dan banyak disukain sama orang karena Rhafael itu serba bisa. Sedangkan Revan, dia harus kerja ekstra supaya orang lain mau mandang dia walaupun cuma sebentar.

Revan, tetaplah Revan. Mungkin memang dia udah punya bakat iri dan dengki dalam hatinya. Atau mungkin dia sebenernya nggak maksud buat marah sama Rhafael? Waktu yang bakalan kasih jawabannya. Perlahan namun pasti.

Kegaduhan terjadi saat seorang Rhafael tiba-tiba muncul di markasnya Black. Siapa yang bakalan nyangka Rhafael punya keberanian sebesar itu buat masuk ke sarang musuh. Seorang diri. Rhafael nggak ambil pusing buat ngeladenin para antek-antek Black udah pasang muka sok garang mau hajar dia. Rhafael nggak ada waktu dan nggak mau buang-buang tenaga.

"Kasih tau dimana ruangannya Black," kata Rhafael memerintah.

"Songong banget lu perintah-perintah gue. Bentar lagi bakalan mampus lo." Rhafael melanjutkan langkahnya. Dia padahal cuma ngomong singkat, tapi balesannya dua kali lipat. Bikin males aja itu orang. Melihat kesosongannya Rhafael, banyak dari mereka yang udah gatel banget pengen nonjok muka gantengnya Rhafael.

"Halah, sikat aja udah!" kata yang lainnya.

"Hentikan! Begini cara kalian menyambut tamu?" datanglah Black entah dari mana. Sambil menghembuskan asap rokoknya dia menghampiri Rhafael.

"Gue nggak nyangka lo sudi datang ke markas gue yang jelek ini. Akhir-akhir ini gue belajar ngeramal, gue tau maksud dan tujuan lo dateng ke sini tanpa lo kasih tau. Gimana kalo kita ngobrolnya di dalam aja..." Black menyeringai. Ini om-om hoby ngelawak apa gimana sih?

"Bacod! Nggak usah basa-basi. Lo sembunyiin dimana Lorena?!" geram Rhafael.

"Who is that? Or, what is that?" Black tergelak sampe ngakak. Rhafael udah mencengkeram jari-jarinya mencoba menahan amarah.

"Lepasin dia bangsat!" Black sedikit terpancing saat Rhafael merendahkan suaranya. Menurut Black, Rhafael itu mirip sama anaknya. Sama-sama psikopat gila. Bedanya kalo 'bakat' Rhafael ini bisa dikelola dan dikendalikan. Kalo Revkan, entahlah... He is such a monster. Dan Rhafael adalah God of War yang dia butuhkan.

"Gue nggak tau apa maksud lo. Bisa lo jelasin?" kata Black bermain-main. Rhafael cuma diam setelahnya. Muak sudah dia ngomong sama orang stress. Bapak sama anak, sama-sama stress.

"Cukup, gue bosen main diem-dieman kayak gini. Lo lakuin semua perintah gue dan gue bakalan bebasin pacar lo, ups... Dia bukan pacar lo kan? But, she is your lovely wife... Haha, salut gue sama lo, nggak sebrengsek anak gue. Udah berapa cewek yang dia taksir, kasian...  Mati semua akhirnya. Mungkin kalo lo nggak cepet-cepet, istri tercinta lo bakalan jadi yang selanjutnya. " kata Black dengan senyuman licik.

" Jadi Revkan itu anak lo? Nggak kaget sih gue. Duo iblis kuker kayak kalian bakalan aneh kalo nggak punya hubungan sama sekali," ejek Rhafael.

"Mulut lo... Gue bakalan maafin lo. Tenang. Karena gue butuh lo. Lo ikut gue, gue bebasin bini lo. Masalah selesai," tawar Johny Black.

Bitter Sweet Destiny [MDS ¦ 2]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang