Kawin tapi Lari

4.9K 214 2
                                    

Hi! I'm Back!!! wahai readers yang baik hati, cobalah untuk mengetuk bintang untuk cerita ini... dijamin nggak akan nyesel. okay... sekian dulu ocehan gw,

Happy reading ...


***

Lorena tak tahu apa yang harus dia lakukan. Seumur hidup dia tak pernah menyentuh peralatan rumah tangga seperti sapu, kemoceng, dan kawan-kawannya yang lain. Lagipula apartemen Rhafael sudah bersih. Kenapa harus dibersihkan lagi? Peralatan dapur di sini juga sangat rapi, lebih rapi daripada hidup Lorena. Jadi ia memutuskan untuk santai dan menonton tv. Lorena membuka kulkas, mengambil buah apel dan menyalakan tv berlayar tipis, yang lebar di hadapannya. Lalu duduk manis di atas sofa empuk. Dipikirnya Rhafael, seorang Lorena Andrean bakalan dengan mudah tunduk oleh ke-otoriteran Rhafael? Mimpi aja sono. Nggak usah bangun kalau perlu.

Lorena tertawa ngakak menonton tayangan komedi romantis di tv. Namanya juga cewek, paling suka cowok humoris yang romantis, atumah nikah saja sama Kang Sule. Kalau sama cogan macam Rhafael, bukannya ngakak karena humoris tapi bengakk sambil meringis gara-gara dihajar. Beberapa menit berlalu, kini sudah berganti jam. Mata Lorena terasa sangat berat sampai-sampai bukannya dia yang menonton tv, malah tvnya yang nontonin dia.

Gadis yang kelewat cuek itu bahkan nggak sadar kalau sekarang bukan cuma dia di apartemen itu, melainkan ada sesosok Rhafael yang melotot melihat pembokat barunya malah enak-enakan molor. Kemarahan Rhafael membuat cowok itu kalap dan langsung menyeret Lorena ke arah balkon. Lorena meronta minta dilepaskan, tapi jangan harap. Karena Rhafael bukan cowok romantis yang bakalan bersikap manis sama cewek-cewek model Lorena. Atau bahkan Rhafael nggak akan pernah bersikap romantis pada siapapun, alih-alih melepaskan, Rhafael terus menyeret kaki mulus Lorena sampai ke balkon. Setelah itu, tak ingin repot mendengar makian Lorena, Rhafael mengunci pintu balkonnya dan membiarkan Lorena disana.

Tahu nggak rasanya dikunciin bapak karena pulang malam, weeeh... Rasanya ini lebih dari itu. Mending kalau Rhafael ngeluarin Lorena lewat pintu depan. Jadi dia bisa sekalian pulang. Tapi ini, di balkon. Balkon lantai paling atas. Dingin, malam-malam? Entar kalau dia terciduk helikopter lewat gimana? Mana cuma pakai rok mini lagi. Kan paha mulusnya terpampang nyata, seolah memberikan santapan bagi nyamuk-nyamuk mesum.

"Bukain pintunya goblok!" teriak Lorena.

"Aaah," jeritnya saat lampu balkon tiba-tiba mati. Ya iyalah, kan dimatikan sama Rhafael.

Lorena menggedor-gedor pintu semakin kencang. Tapi tetap saja usahanya sia-sia. Mana mau Rhafael buka pintunya. Lorena yang sudah lelah memupuk harapan, akhirnya duduk dengan lemas di kursi malas yang ada di balkon. Perutnya juga lapar karena tadi cuma makan selembar roti sama nyolong apelnya Rhafael. Dia menghembuskan napas lelah.

Mau lompat juga percuma, akhirnya mati juga. Malah dia dikira bunuh diri, arwahnya makin nggak tenang nanti. Terpaksalah, Lorena tidur di balkon malam ini. Coba kalau dia punya ilmu santet, sudah metong itu lelaki kampret satu. Lumayan. Ngurangin penjahat satu.

***

"Leon! Panggilkan kakakmu!" suara Darren menggema di seantero rumah. Leon yang masih konsentrasi sama sarapannya jadi kaget bukan kepalang. Orang duduk berdampingan kok teriak-teriak, kayak Leon budeg aja.

Bisa-bisa gue budeg beneran ini. Masa ganteng-ganteng budeg sih, batin Leon.

"Daddy biasa aja kali panggilnya. Leon kan ada di samping daddy," keluh Leon.

"Dimana kakakmu?" Darren tak menggubris keluhan Leon.

"Nggak tahu, belum pulang kali." jawaban Leon memang kedengarannya santai, tapi malah membuat baginda raja jadi nggak santai. Leon yang sadar kelepasan bicara, memaki  dirinya sendiri. Kan daddynya nggak tahu kalau semalam Lorena keluar rumah. Dan alhasil sekarang daddynya sudah tahu. Bukan cuma Lorena yang bakalan dirukyah, tapi Leon pasti kena getahnya juga nanti.

Bitter Sweet Destiny [MDS ¦ 2]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang