Marah Karena Takut

3.2K 174 4
                                    

"Kak, kapan gue boleh makan? Ini udah jam 9 malem. Cacing-cacing di perut gue udah jadi kanibal inihhh..." rengek Leon.

"Rhafael kok belum pulang ya? Apa jangan-jangan terjadi sesuatu?" Lorena mondar mandir kayak mandor proyek di depan pintu.

"Yailah... Pikiran lu udah ketutup sama kuah micin ya? Nggak usah yang aneh-aneh napa." Leon mencuri-curi kesempatan buat mencicipi sedikit aja kuah micin yang dia maksud. Ya dia tau, Lorena nggak make micin di masakannya, tapi dia geram aja dari tadi nggak boleh makan sama nyonya pemilik rumah. Emang tamu nggak tau malu si Leon nih.

"Jauhin tangan kotor lo dari sendok kuah gue!!!" jerit Lorena.

Tit. Tit. Tit.

Cklek.

Lorena menoleh. Muncullah tampang kusut Rhafael yang langsung nyelonong aja masuk ke kamarnya. Boro-boro cipika-cipiki dulu sama bininya. Leon menganga, tapi akhirnya dia embat juga sop sosis lezat di depan mata. Sementara Lorena menunduk. Mengepalkan tangannya. Lalu masuk ke dalam kamar.

"Kenapa langsung masuk? Kenapa nggak nyapa gue? Kenapa muka lo bete?! Kenapa?!" Lorena menarik bahu Rhafael supaya suaminya itu mau natap dia.

"Apa sih?! Lo nggak tau gue lagi capek?" Rhafael menjawab dengan nada nggak suka.

"Oh, lo capek? Tahu waktu nggak? Harusnya lo tuh udah di rumah dari pagi. Dan lo baru nongol sekarang. Pasti capek main lah.." Lorena melipat kedua tangannya. Ia menatap Rhafael sinis.

"Ngomong apa sih lo?" Rhafael melepas kemejanya dengan asal.

"Pura-pura nggak paham lagi. Bau parfum lo aja udah beda."

Rhafael mengernyit.

"Jadi lo marah-marah cuma gara-gara itu? Kekanakan tau nggak." kesal Rhafael.

"Gimana gue nggak marah? Lo pulang telat dan ekspresi lo nggak nyenengin. Lo bau parfum cewek dan gue masih nggak boleh marah?" Lorena meremat kemeja Rhafael dan membuangnya ke tong sampah.

"Lo gila ya? Itu tuh cuma Angel." Perkataan Rhafael membuat Lorena melotot. Cuma Angel?

" Lo selingkuh sama cewek gatel itu?" Lorena memukuli lengan Rhafael dengan marah.

"Na!" bentakan Rhafael membuat Lorena diam.

Lorena menatap Rhafael tajam, "lo selingkuh dan lo bilang cuma? Lo tau nggak, gue nungguin lo dari subuh tadi karena daddy bilang pesawat lo bakalan landing jam 5 pagi. Dan lo sampe malem nggak pulang-pulang. Gue takut lo kenapa-kenapa. Gue emang lebay, gue suka negative thinking dan gue benci itu. Gue nggak makan karena nungguin elo. Gue laper setengah mati, tapi rasa cemas gue mengalahkan rasa lapar gue. Dan begitu lo pulang, gue lega. Lo nggak kenapa-kenapa. Tapi begitu lo nggak nyapa gue, gue jadi sedih. Dan waktu gue nyium bau bangke yang ada di baju lo, gue marah. Gue nyesel karena udah khawatir sama pembohong kayak lo. Oke... Lo capek, silahkan istirahat. Gue nggak akan ngangguin lo."

Lorena berjalan keluar dari kamar Rhafael dan menatap Leon datar. Padahal Leon udah deg-degan setengah mati karena dia ketahuan ngabisin sop sosis sebaskom. Tapi begitu Lorena cuma ngelewatin dia dan masuk ke kamarnya, Leon malah bingung. Soalnya suara dua kakaknya tadi nggak kedengeran sih sama Leon, jadi Leon nggak paham.

***

"Kak, lo kenapa dah?" Leon bertanya pada Lorena. Lorena nggak napsu makan, dia malah cuma bengong sambil ngeliatin nasinya. Sedangkan Rhafael masih belum keliatan batang idungnya. Lorena kecewa, Rhafael ternyata sama aja kayak dulu, cinta? Lorena pengen ketawa sekarang, kalo bisa.

Leon hari ini pulang, Lorena bersyukur karena ntar nggak ada Leon yang kepoin dia lagi. Setelah mengaduk-aduk nasinya, Lorena memilih untuk kembali ke kamarnya.

Bitter Sweet Destiny [MDS ¦ 2]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang