Vote dan komennya please...
***
"Bik Na. Bikinin sup jamur ya," kata Lorena. Udah keluar dari rumah sakit kemarin, dan akhirnya bisa makan makanan rumah. Sampai di rumah dia langsung minta dibikinin omlet dan sup jagung manis. Sekarang minta sup jamur, emang kalo lagi dingin-dingin begini cocok banget selimutan sambil nyeruput kuah sup.
"Iya non, beres pokoknya. Mau lauk apa?" tanya Bik Na. Namanya sih Munaroh, tapi biar singkat dan jelas aja panggilnya pada Bik Na.
"Apa aja deh, yang penting bukan ikan," kata Lorena.
"Oke non," balas Bik Na.
"Eh, Lorena udah pulang?" kini si daddy yang menyapa. Kemarin pas Lorena pulang daddynya ada di Bandung, jadi aman-aman bae, lah sekarang dia tepok jidatkan. Mampus, batinnya.
"Iya dad," kata Lorena.
"Mukamu kok pucet? Sini," Darren meminta Lorena mendekat.
"Kenapa ini?" tanya Darren lagi.
"Nggak papa kok dad," kilah Lorena.
"Kamu habis sakit kan. Nggak usah bohong sama daddy."
"Maag Lorena kambuh, gitu aja. Sekarang udah sembuh," kata Lorena.
"Makan yang banyak. Minum yang banyak juga biar mukamu nggak pucet lagi," kata Darren.
Lorena mengangguk. Huft, untunglah dia nggak dimarahin daddynya.
"Kenapa lagi?" tanya Leon yang kebetulan lewat depan kamar kakaknya dan mendengar suara Lorena yang sedang menangis.
"Daddy bakalan tetap nikahin gue sama Rhafael. Dan parahnya itu besok! Besok Yon!" jerit Lorena.
"Ya udah kali aja dia emang bener jodoh lo. Nggak papa. Jalanin aja," kata Leon yang terdengar bijak. Tapi ditelinga Lorena kedengerannya vangke.
"Lu mah, kalo gue nikah sama dia masa depan gue bakalan suram tahu nggak!" kata Lorena.
"Kok bisa? Orang dia keliatannya kaya gitu," kata Leon.
"Bisa lah kalo kerjaan dia itu-" Lorena otomatis menutup mulutnya. Aduh, hampir keceplosan dia. Lorena menepuk bibirnya kesal. Bisa mampus kalo sampai bocor.
"Apa kerjaannya?" tanya Leon sambil memicingkan matanya.
"Itu... Kerjaannya... Minta duit sama orang tua. Iya. Itu... Kalo gitu caranya gimana dia mau kasih makan gue?" Lorena menghela napas saat dirasanya Leon udah nggak curiga.
"Alah, pinter banget lu cari alesan, udah deh. Terima nasib aja," kata Leon lalu keluar dari kamar kakaknya.
Sore harinya Lorena keluar rumah. Saat ditanya Leon bilangnya mau cari angin, rasanya sumpek dan suntuk di rumah. Dia cuma bisa dengar omongan daddynya soal menikah, memiliki suami, anak dan Lorena malas mendengarnya. Jalan-jalan di komplek rumah lebih asik daripada dengerin omelan daddynya yang sampai skripsi nanti mungkin belum kelar juga. Tapi perut Lorena keroncongan minta diisi, jadi dia menyetop taksi minta diantarkan ke warung kaki lima langganannya.
Setelah masuk ke warung, ada ibu-ibu yang menyambutnya.
"Eh, adek tumben banget masih sore udah ke sini."
"Iya bu, lagi pingin makan pecel lele nih. Bikinkan satu ya? Nasinya nasi uduk aja," kata Lorena.
"Iya dek. Tunggu sebentar ya," kata ibuknya
Lorena memainkan hpnya dengan perasaan gelisah. Udah beberapa hari ini si setan kardus nggak ada hubungin dia masalahnya. Ya bukan masalah sih, tapi anugrah. Tapi kok rasanya malah bikin nggak tenang ya. Jangan-jangan bakalan ada sesuatu yang buruk. Lorena harusnya seneng, tapi ini terlalu hening dan itu malah bikin dia deg-degan gara-gara setan kardus itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet Destiny [MDS ¦ 2]✔
RomanceMarriage Disaster Series : 1. My Broken Wife 2. Bitter Sweet Destiny 3. That Woman 4. TBA *** "Nikah aja dulu, kawinnya entaran juga nggak apa-apa. Gitu kok repot." {\__/} ( • - • ) /> < \ NIKAH DULU *** Maun...