Rencananya nanti bakalan w privat mulai part 9 atau 10 entar.
****
Hari yang kelam untuk Lorena. Malam ini seperti malam dimana Tuhan menyicil siksaannya untuk Lorena. Mungkin kalo dia masuk neraka juga dosanya masih terlalu banyak. Jadi dicicil mulai sekarang.
Sambil mengusap peluh di wajahnya yang putih, Lorena menengadah. Menatap Si Tuan Rumah sadis yang sekarang sedang asik nonton film horor. Malam jumat kliwon, jam 10 malem, nontonnya Insidius, kagak ada acara lain apa? Sabar aja, kalo ini kelar bisa cepat pulang.
Lorena semakin cepat menggosok lantai dengan kain pel. Capek tahu, jongkok kayak orang mau berak dari tadi. Mana luas lagi. Kesal sekali Lorena dengan Rhafael, dia itu songong dan sok cool. Mana irit baget kalo ngomong, sekalinya ngomong pasti isinya ancaman. Bikin badmood aja. Bikin boring jadi happening kan jadinya.
"Udah dong, gue capek banget. Gue pingin tidur," kata Lorena. Ingin sekali merengek, tapi tengsin dong. Masa dia ngerengek sama musuh. Rhafael hanya diam. Sambil menampilkan muka datar nan dingin ala-ala Edward Culen. Lorena memijit tangannya yang pegal.
"Lo budeg ya? Gue ngomong dari tadi dicuekin," kali ini Lorena berdiri dan melempar kain pelnya. Sudah biar aja kalo Rhafael mau marah, memang dia babunya apa?
"Kayaknya lo lupa ya? Gara-gara ulah goblok lo yang sialan itu. Lo bikin malu orang tua gue. Dan lebih parah, lo ngeremehin gue. Lo pikir lo bisa tidur enak setelahnya?" Rhafael berdiri dan menyeret Lorena ke toilet.
"Lo bersihin nih toilet sampe lo sendiri bisa ngaca di ubinnya. Kalo lo nggak ngelakuin apa yang gue bilang, lo nggak boleh keluar dari sini." Setelah mengatakan itu, Rhafael mendorong tubuh Lorena hingga gadis itu mundur beberapa langlah, lalu Rhafael segera menutup pintunya. Bukan hanya itu, terdengar bunyi 'klik' yang sontak membuat Lorena histeris.
***
Jadi ceritanya, semalem pas Lorena udah selesai bersihin kamar mandi, dia teriak-teriak. Sambil gedor-gedor pintu. Tapi Rhafael sama sekali nggak merespon. Alhasil Lorena tidur di dalam kamar mandi. Ternyata yang punya rumah udah molor dari kapan tahu, sampai tengah hari begini belum ada gelagat mau bangun. Nggak tahu ya, mungkin udah metong pas tidur kali.
Perut Lorena kerongcongan, membuatnya terbangun. Begitu sadar sedang tidur di kamar mandi, akhirnya dia panik lagi dan manggil-manggil nama Rhafael.
Klik. Akhirnya bunyi surgawi itu terdengar lagi. Dan pintu langsung terbuka, menampilkan wajah bangun tidur Rhafael yang bikin cewek-cewek langsung anemia. Lah kok bisa? Bisa to, orang ganteng mah bebas.
"Sini lo," Rhafael menarik tangan Lorena.
"Bikinin gue sarapan," kata Rhafael tak terbantahkan.
Dengan tampang cengo Lorena menatap Rhafael. Pan dia seumur hidup nggak pernah nyenggol panci. Kok ini malah disuruh masak. Yakin nggak bakalan takut mati?
Tapi mengetahui hal itu Lorena nggak menolak sama sekali. Malah bagus dong kalo Rhafael almarhum dengan segera, itu artinya dia akan bebas. Oleh karena itu dia sok iye manggut-manggut waktu disuruh masak. Biar mampus sekalian makan makanan beracun.
Lorena asik dengan lamunannya kala Rhafael menatapnya dengan ekspresi dingin.
"Cepetan bego!" bentak Rhafael.
Dengan tergesa, Lorena masuk ke dalam dapur dan mengambil apapun yang ada di dalam kulkas. Dari mulai wortel, kubis, buncis, bihun, sampai sosis dan baso ikan. Mau dibuat apa juga nggak tahu. Lorena cuma potong-potong semua bahan dengan bentuk super abstrak nggak karuan. Masukin macam-macam bumbu, yang terakhir dia masukin sebungkus micin biar Rhafael cepet modar. Bwahahaha...
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitter Sweet Destiny [MDS ¦ 2]✔
RomansaMarriage Disaster Series : 1. My Broken Wife 2. Bitter Sweet Destiny 3. That Woman 4. TBA *** "Nikah aja dulu, kawinnya entaran juga nggak apa-apa. Gitu kok repot." {\__/} ( • - • ) /> < \ NIKAH DULU *** Maun...