satu

7.5K 326 27
                                    

"Kau tidak kuliah?" Tanya adikku. Namanya Lucas, dia baru masuk kuliah tahun ini. Sedangkan aku sudah hampir mau lulus saja.

"Iya ini mau."

"Yaudah sana mandi." Aku kesal disana, dia menyuruhku mandi sedangkan dia sendiri belum mandi. Bahkan dia lebih parah karna baru bangun tidur. Sedangkan aku, "Kau tidak lihat aku sudah cantik begini? Masih mau menyuruhku mandi? Aku sudah mandi!" Protesku. Dia tidak peduli dan langsung pergi kekamar mandi. Untuk mandi tentunya.

Aku menghela nafas. Sedikit kesal, kemudian pergi ke dapur untuk sarapan dulu, melihat apa ada makanan yang bisa aku makan. Belum sampai ke dapur, aku melirik ruang tengah yang sangat berantakan. Sisa makanan dan beberapa kaleng soda, juga stik ps yang masing terhubung disana membuat kepalaku ingin pecah melihatnya. "Lucassss!" Teriakku memanggil pelaku dari perbuatan ini.

"Apaaaaaaaa?!" Dia menjawabku dari dalam kamar mandi. Aku langsung pergi kekamar mandi dan mengetuk pintu dengan kerasnya. "Aku tidak mau tau ya, kau bereskan rumah atau aku laporkan semuanya ke ibu!"

Dia membuka sedikit pintu dan yang terlihat hanya kepalanya saja yang basah karna sampo. Aku hendak mendorongnya, "Ehhhh ehh aku sedang mandi juga! kau nafsuan sekali sih."

Baiklah aku merasa malu, bagaimana pun juga dia sudah bukan anak kecil lagi. "Lagian siapa suruh buat rumah berantakan. Aku tidak kuat melihatnya. Pokoknya nanti kau bereskan semuanya, kalau tidak---"

"Memangnya aku buat salah apa? Lagian aku tidak berbuat hal yang macam macam. Aku hanya bermain ps dengan temanku---"

"Kau bohongkan soal minta uang pada ibu untuk beli keperluan kuliah? Kau pakai uang itu untuk beli game baru bersama temanmu? Jujur saja, jangan anggap aku tidak tahu apa apa. Aku tidak suka ya kau bergaul dengan teman barumu itu. Semenjak kau bergaul dengan dia, kau jadi urakan dan pemalas. Kau juga jadi sering bergadang."

"Dari sebelum aku berteman dengannya pun aku memang sudah seperti ini kan? Kau terlalu berlebihan, kau lagi pms hah? Kau tidak tau apa apa soal dia, iya aku janji nanti akan bersihkan semuanya. Sudahlah aku mulai kedinginan. Jangan urusi kehidupanku, pergaulanku, teman temanku, aku ini sudah besar Cio."

Dibilangin kakak sendiri bukannya patuh malah ikutan marah marah. Mentang mentang usia kami berjarak tidak terlalu jauh, hanya dua tahun, dia seenaknya panggil panggil namaku tanpa embel embel kakak. "Terserah kau saja bayi besar."

*

Seperti seorang kakak pada umumnya, marah marah juga bukan berarti tidak suka, hanya saja aku peduli. Aku tidak ingin Lucas salah arah. Mana dia anaknya rada gila juga, maksudku ya dia itu apa ya pokoknya begitu lah.

Tuhkan padahal kata kataku masih hangat barusan, tapi coba lihat dia sudah berulah lagi. Aku memang sengaja memata matai dia, karna kebetulan dia masuk dikampus yang sama denganku.

Astaga anak itu! Dia malah mengganggu orang yang sedang berduaan.

Dengan wajahnya yang begitu polos, dia memakan eskrim tepat diantara mereka berdua. "Ngenes kau kulkas, dasar jomblo bisanya ganggu orang pacaran."

"Sepertinya ada yang berbicara padaku. Siapa ya?"

"Kita pergi saja dari sini, bisa bisa kita jadi sama gilanya dengan dia." Mereka berdua pergi dari sana. Dan tersisa adikku yang tengil itu. Duduk manis dengan eskrim vanila ditangannya.

Aku menepuk dahiku, bisa bisanya aku punya adik semacam dia.

Tadinya aku ingin menghampiri, tapi keburu ada temannya itu yang aku ceritakan kalau Lucas jadi berubah gara gara dia. Siapa ya namanya lupa lagi. Yang jelas aku bisa kenal wajah orang meskipun baru lihat sekali, tapi kalau nama, aku rada susah ingat, jadi harus bener bener sering dengar namanya baru aku ingat.

Mereka bicara apa sih, pelan sekali, aku tidak bisa dengar kan jadinya.

Temannya Lucas itu sekarang malah melihatiku, kenapa dia bisa tahu aku disini sih. "Kak Ciooo!" Astaga dia sekarang malah memanggilku, lagian tahu dari mana kalau itu nama panggilanku. Jadi Lucas ikut ikutan melihat kearahku. Aku langsung lari saja dari mereka dan pura pura tidak mendengar.

"Kakakmu kenapa?"

"Dia sedang tidak ada kerjaan, jadi hobinya sekarang menguntit dan kepoan."

*

Aku sedang makan siang di taman. Ya hanya sehelai roti dengan isian selai coklat ditambah moccacino dingin yang sengaja aku bawa dari rumah.

Padahal aku baru menggigitnya sebagian, tapi langsung diambil anak tidak tahu diuntung kulkas dua pintu alias adikku sendiri. "Lucas!!!!" Tapi dia langsung memasukkan rotiku kedalam mulutnya sekaligus.

"Kau tadi sedang apa? Menguntitku? Aku kan sudah bilang kalau aku bukan anak kecil lagi, kau tidak usah khawatirkan aku, harusnya aku yang khawatir denganmu, kau sudah besar tapi belum punya pacar." Dia bicara dengan mulut yang penuh dengan roti hasil curian dariku. Tetap, ujung ujungnya dia malah menyindirku.

Ah aku pura pura tidak dengar saja apa yang dia katakan.

"Sekarang mendadak tuli ya bagus, aku doakan semoga benar benar tuli saja kupingmu itu." Tuhkan dia sudah berani menyumpahi kakaknya sendiri.

"Kau saja sana yang tuli sama teman kau ini. Dasar bayi besar!" Aku menegaskan kata kata itu terutama untuk temannya Lucas, lantas meninggalkan mereka berdua dengan dinginnya.

"Namaku Mark bukan bayi besar!" Teriaknya, ah aku tidak peduli dan tidak mau peduli. Lanjut berjalan saja tanpa menghiraukan dia dan Lucas.

"Dia memang begitu, mirip boneka Annabelle kan?"

"Hahaha, dia jauh lebih menggemaskan."

"Kau tidak tahu Annabelle?"

"Tidak, yang aku tahu Annabelle itu nama lengkap kambing tetanggaku."

"Astaga-_-"

























moccacino, mark lee (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang