Cio tiba tiba berjalan berduaan dengan Johnny. Mereka memutuskan untuk diam sebentar disebuah tempat yang memang dikhususkan untuk duduk sambil melihat beberapa orang disana yang sedang bermain basket.
"Perbanmu sudah diganti?" Tanya Johnny.
"Sudah."
"Kalau belum biar aku yang menggantikannya."
"Aku bilang sudah."
"Orang tuamu tau?"
"Tidak, aku tidak bilang."
"Mereka belum pulang?"
"Belum, makanya aku tidak bilang."
Johnny hanya mengangguk dan tidak berkata apa apa lagi. Dia memutuskan untuk diam, memandang lurus kearah lapangan.
Cio melirik sekilas kearah samping. Ada Mark juga disana, dia terlihat sedang akan bermain. Tapi dia tidak melihat kearah Cio sama sekali.
Cio sedikit kecewa tanpa alasan. "Aku mau ke perpustakaan." Ujarnya tiba tiba, lalu bangkit dari duduknya.
"Aku antar?" Pinta Johnny, berharap Cio mau diantarkannya. Dia hanya sedang berusaha selalu ada disamping Cio.
Cio malah bengong karna disana Yena terlihat menghampiri Mark sambil membawakannya air minum dan handuk. Dan tanpa alasan lagi, Cio mendadak sangat kesal, matahari seolah jadi semakin panas siang ini.
"Cio?" Panggil Johnny untuk menyadarkannya dari lamunan.
"Ayok." Cio langsung menarik tangan Johnny padahal yang butuh bantuan untuk berjalan itu sebenarnya dia sendiri. Johnny hanya tersenyum simpul, tidak banyak bicara, dan hanya mengikuti kemana Cio akan membawanya pergi.
Cio melepaskan pegangan tengannya dari Johnny. Tidak ada pembicaraan lagi setelahnya, mereka hanya berjalan dengan hening, yang ada hanya suara gemuruh orang orang dikampus ini dan langkah kaki mereka yang bersautan.
"Tadi kau bilang mau ke perpustakaan?" Tanya Johnny memulai pembicaraan. Karna dirasa ini bukan arah menuju perpustakaan.
"Aku lapar."
"Aku temani."
Cio tidak menolak dan hanya menjawabnya dengan anggukan. Sesampainya disana Cio memesan banyak makanan. Entah akan habis atau tidak, yang penting pesan saja dulu pikirnya.
"Biar aku yang bawa, kau duduk saja disana." Ucap Johnny mendahului.
"Terserah kau saja. Aku duduk disana."
"Iya." Johnny mengangguk setuju.
"Hmm sepertinya bukan teman biasa." Seseorang dengan tiba tiba muncul dihadapan Johnny sambil bersiul.
"Maaf anda siapa?"
Dia hanya terkekeh bersama beberapa temannya yang lain. "Nanti kalau sudah jadi jangan lupa traktiran. Awas saja kalau lupa."
"Giliran traktiran saja cepat." Johnny ikut tertawa bersama mereka. "Tenang saja aku akan traktir kalian semua. Makanya kalian harus banyak mendoakanku dan Cio bersama ya."
"Siaaap. Dasar bucin." Kekeh mereka. "Yasudah kita pergi dulu. Bersenang senanglah sana."
Johnny tak berhenti mengulas senyum dibibirnya. Sambil melihat Cio diujung sana, dia seolah sudah terhipnotis oleh sosoknya. "Berawal dari teman kecil, sampai aku tidak sadar sudah menyukaimu sedalam ini. Aku tidak akan melepaskanmu sampai kapan pun Cio. Kau harus jadi milikku."
*
"Aku bawa minum sendiri." Ujar Mark dingin tidak seperti biasanya. Dia menolak dengan sangat keras usaha Yena mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
moccacino, mark lee (selesai)
Fanfictionkenapa harus moccacino? rasanya seperti aku harus menuang lagi gula agar rasanya sepadan. tetap saja, meskipun pahitnya menghilang, aku slalu mengharapkan dia jangan sampai pergi..