duapuluhtujuh

292 47 4
                                    

"Jawab aku dulu kau tidak apa apa kan? Siapa orang yang sudah membuatmu begini? Bilang padaku sekarang atau aku ambil lagi semua makanan yang sudah aku bawa ini." Ancam Lucas berkali kali tapi tidak didengar Cio.

Cio hanya fokus menyantap makanan yang dibawa Lucas. Mark hanya diam mematung disana tanpa ekspresi apa apa, datar, tapi matanya seolah mengekspresikan banyak hal. Sudut matanya tidak bisa berbohong, dia tersenyum hangat.

"Cioooo, siapa orangnya? Aku tidak tenang kalau begini. Dia bisa saja menyakitimu lagi nanti. Aku akan mendatanginya untuk balas dendam."

"Sudahlah, tidak usah. Aku tadi hanya sedang berpura pura menjadi bawang putih. Tidak usah diiperpanjang."

"Kau bahkan sampai lupa caranya berkelahi padahal kau sering memukuliku kalau dirumah-___-" Protes Lucas.

"Ya namanya juga manusia."

"Jadi jawabannya siapa?" Tanya Lucas sekali lagi pada Cio yang masih mengunyah.

"Iya iya, dia terlihat seperti gadis yang baik. Wajahnya tidak seantagonis itu untuk dibilang jahat. Dia bilang sudah dipermalukanmu, makanya dia dendam sekali.." Jelas Cio dalam kondisi mulut yang penuh dengan makanan. "Orangnya tidak terlalu tinggi, badannya juga tidak terlalu kurus." Lanjutnya.

"Jadi bentukannya seperti kau?"

"-___- Cuma aku lebih tinggi sedikit dari dia!"

"Ya yang spesifik lagi. Rambutnya pendek? Ada tahi lalat dibawah matanya? Dia selalu pakai baju cerah yang menusuk mata?"

"Ah iya terakhir dia memang memakai baju warna hijau stabilo. Aku tidak ingat tahi lalatnya, tapi memang rambutnya pendek. Kau kenal dia?"

Lucas menggaruk tengkuknya sambil memasang muka yang bingung. "Gimana ya, aku harus mulai menjelaskannya dari mana? Aku sendiri juga tidak mengerti kenapa dia begitu."

"Ya jelaskan saja ada hubungan apa kau dengannya. Lalu masalahmu dengannya itu apa, siapa tahu kita bisa menyelesaikannya sama sama. Ya supaya dia tidak mengganggumu atau kakakmu lagi." Sahut Mark.

"Markkk! Lagian kau sudah tahu itu siapa! Dia yang sering aku ceritakan padamu itu!"

"Aku tidak ingat." Jawab Mark.

"Maaaarkkkkk, Jelly, Jelly?" Lucas mencoba membuat Mark ingat akan orangnya.

"Ohhh diaaaa."

"Iya dia."

"Namanya Jelly?" Tanya Cio.

"Namanya memang Jelly. Aku juga aneh, kukira dia sedang menyebut nama makanan, ternyata itu memang namanya."

"Lalu hubunganmu dengannya apa? Jangan bertele tele."

"Aku tidak punya hubungan apa apa dengannya. Dia hanya seseorang yang aku kenal dikelas. Kami tidak begitu dekat. Tapi memang akhir akhir ini dia seperti terlalu agresif padaku. Awalnya aku biasa saja karna dia anak yang lumayan menyenangkan. Sampai dia menyalah artikan kedekatanku dengannya. Dia bilang kalau dia menyukaiku secara terang terangan. Aku jelas menolaknya."

"Kenapa?"

"Ya karna aku tidak punya perasaan apa apa padanya. Aku hanya menganggapnya sebagai teman, tidak lebih."

"Jadi dia malu karna kau menolaknya didepan teman temanmu yang lain?"

"Bukan karna itu."

"Lalu?"

"Ya waktu itu aku dapat tantangan dari teman teman yang lain. Mereka menyuruhku untuk bilang kalau aku mencintainya didepan banyak orang."

"Itu yang membuatnya malu?"

"Bukan hanya itu, pasalnya aku tidak benar benar bilang begitu, itu hanya bohongan, setelahnya aku bilang, ini cuma prankkk! Dia lalu pergi dari hadapanku dengan wajah yang kesal."

"Jelas dia malu Lucasss. Kau ini kenapa sih. Dia bukan hanya merasa malu. Tapi ini sama saja dengan kau mempermainkan perasaannya. Kau tau dia menyukaimu, tapi kau malah begitu. Kalau tidak suka, setidaknya jangan membuat luka."

"Itu kan hanya bercandaaa Ciooooo." Rengek Lucas.

"Tidak semua orang senang bercanda. Apalagi urusan perasaan."

Mark melirik wajah Cio sekilas. Dia tidak banyak bicara dan hanya memperhatikan keduanya.

"Aku akan mendatanginya sambil minta maaf nanti." Lucas benar benar serius mengatakannya.

*

"Kebetulan yang sangat kebetulan." Ucap Lucas pelan sambil berjalan kearah seseorang yang memang sedang dia cari kemana mana. Tanpa disengaja Lucas malah menemukannya duduk dikursi depan sebuah ruko. "Sendirian?" Tanyanya baik baik.

Dia hanya menatap Lucas dengan kikuk dan tidak berani melihatinya lama lama.

"Aku tidak bermaksud apa apa. Aku hanya ingin minta maaf. Sungguh sungguh minta maaf." Lucas duduk dihadapannya.

"Lupakan saja."

"Maaf telah membuatmu malu."

"Tidak apa apa."

"Aku mungkin akan sering memikirkanmu setelah ini. Kalau aku tidak dimaafkan, maka aku akan semakin menderita. Seharian aku bahkan merasa sangat lesu memikirkanmu."

"Lalu apa kabar denganku yang entah sudah berapa lama selalu lesu dengan perasaanku sendiri."

"Aku tahu, makanya aku menyesal."

"Dari dulu aku tidak pernah berharap lebih padamu kan Lucas? Aku hanya bilang aku memang menyukaimu, tapi kau malah membalasku begini. Aku tahu mungkin kau berpikir aku murahan karna menyukaimu duluan, tapi apa bisa kau mengendalikan perasaan sukamu harus dijatuhkan kepada siapa? Kalau bisa beritahu aku agar aku bisa berhenti menyukaimu saat ini juga!" Ada marah dan kecewa disana, tapi Jelly tetap berusaha menahannya.

Bibir nya begitu keluh, Lucas hanya diam dan tidak berani menatap matanya Jelly langsung.

"Tidak ada gunanya lagi, lupakan saja. Aku memaafkanmu. Aku juga minta maaf telah menjebak kakakmu tadi siang. Sekarang bagaimana kondisinya? Aku juga sangat menyesal kalau kau mau tau."

"Kita saling memaafkan ya. Cio bilang tidak akan memperpanjang masalah ini. Dia sudah memaafkanmu. Lagian dia kena masalah juga gara gara aku. Seharusnya kau menyerangku, bukan dia."

"Aku tidak bermaksud menyerang kakakmu. Aku hanya-- ah tidak tidak. Sekali lagi aku minta maaf ya. Aku harus pergi sekarang."

Lucas menarik tangannya. "Ttungguuu! Mau kemana? Mau aku antar?"

"Tidak usah repot repot." Ucap Jelly melepaskan tangan Lucas sepihak dan tetap pergi dari sana. Lucas belum menyerah. Daripada tidak bisa tidur semalaman karna terus memikirkannya, lebih baik terus mengikutinya, pikir Lucas.

"Lucassss! Kau ini kenapa sih? Kalau tidak suka denganku jangan mengikutiku! Aku benci dengan orang orang naif yang tiba tiba jadi peduli setelah harus merasa menyesal dulu."

"Aku tahu kau orang yang baik. Kau tidak mungkin berniat mencelakai kakakku hanya karna kau malu, ha-hanya karna bercandaanku yang keterlaluan. Aku tidak bermaksud apa apa. Perkataanku juga tidak bermaksud mengarah kemana mana. Aku hanya ingin bilang, terimakasih telah menyukaiku. Tidak banyak momen bersama denganmu, tapi aku merasa ingin mengetahuimu secara lebih mulai sekarang."

"Itu karna kau merasa menyesal telah memperlakukanku dengan buruk. Tidak usah penasaran denganku, cukup sampai disini saja, aku tidak akan mengusik kehidupanmu lagi. Aku akan melupakan semua perasaanku sesegera mungkin." Jelly pergi begitu saja dari hadapan Lucas.

Sedangakas Lucas masih termangu. Diam kaku seperti patung, matanya tak berkedip dan hanya memandang lurus kearah Jelly yang mulai menghilang dari pandangannya. "Aku juga harus melupakan apa yang sudah terjadi hari ini. Padahal belum memulai, tapi sudah sakit duluan. Mungkin ini yang disebut hukum alam? Maafkan aku Jelly.."

moccacino, mark lee (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang