1 minggu kemudian.
Masih belum ada perubahan dan belum ada pergerakan yang dilakukan Mark untuk Cio. Dia masih menunggu dan entah sampai kapan.
"Kau sudah tidak pernah kerumahku lagi." Ucap Lucas pada Mark disela kelas yang riuh.
"Waktu itu?"
"Sudah lama."
"Kalau begitu pergi saja kerumahku." Jawab Mark.
"Aku ingin kerumahmu, benar benar rumahmu."
"Aku belum punya rumah."
"Maksudku rumah kedua orang tuamu. Aku bahkan belum pernah bertemu mereka sama sekali."
"Mereka jarang dirumah. Aku bahkan lupa bagaimana wajah mereka."
"Mark.."
"Hehe aku bercanda. Mereka sibuk, jadi tidak pernah ada dirumah, paling nenekku dan beberapa pekerja."
"Pekerja? Kau mempekerjakan beberapa orang dirumahmu?"
"Aku tidak menghitungnya."
"Apa karna terlalu banyak?"
"Tidak juga."
"Berarti kau kaya?"
"Tidak, aku biasa saja."
"Benar juga, kalau kau kaya mungkin kau akan naik mobil keren kekampus." Ujar Lucas sambil mengangguk anggukan kepalanya.
Mark sedikit ragu menanyakan Cio pada Lucas. "Umm akhir akhir ini aku belum bertemu kak Cio lagi. Biasanya slalu bertemu dimana mana." Ucapnya memberanikan diri.
"Dia sedang mempersiapkan sidangnya."
"Memangnya kapan?"
"Kalau tidak salah sekarang."
"Sekarang? Lalu kau tidak menemaninya?"
"Dia menyuruhku untuk tidak mengekorinya. Lagian aku kan masih banyak kerjaan."
Mark hanya mengangguk dengan apa yang dikatakan Lucas barusan. Pikirnya ingin sekali dia menemani Cio, menyemangatinya agar tidak gugup, tapi kalau harus tiba tiba datang, Mark takut itu hanya akan membuat suasana jadi tidak mengenakan.
"Jell, sesudah ini ada acara tidak? Pergi jalan yuk." Ajak Laura pada Jelly yang terdengar oleh telinga Lucas. Lucas langsung menengok kearahnya. "Ayukkk."
Laura dan Jelly langsung menengok kearah Lucas. "Dih nyambung aja kayak kabel." Ketus Laura, sedangkan Jelly hanya diam.
"Pleaseeeee ajak aku ikut yaaaaa???." Pinta Lucas sambil memohon mohon agar diiyakan.
Laura menarik napasnya pasrah. "Terserah."
*
"Kau harus santai. Jangan gugup, jangan terburu buru, santai.. tarik nafas dalam dalam lalu keluarkan." Johnny mencoba menenangkan Cio yang sedang menunggu giliran.Tadinya dia hanya ingin sendirian menghadapinya. Tapi Johnny mengekorinya, dia bilang kalau ingin menyemangati Cio agar tidak gugup, lalu menemaninya agar lebih tenang.
Cio pasrah, bagaimana pun Johnny itu temanya dari kecil, juga orang yang selalu ada dari dulu untuk Cio.
Cio tidak berharap banyak. Bisa lulus dalam sidang ini adalah kelegaan baginya. Dia tidak mau memikirkan apa apa untuk saat ini. Hanya dengan terus berpikiran positif mampu membuatnya seakan akan lupa kemarin dia begitu kecewa dengan Johnny, dan seseorang yang sebenarnya tidak ingin dia ingat lagi, Mark.
Terima kasih dan maaf. Ucapnya dalam hati sambil melihat kearah Johnny.
*
"Kau tau tidak kenapa hujan itu air?" Tanya Lucas pada Laura. Dia sedang mencoba berbagai cara untuk mencairkan suasana. Terlebih Jelly yang diam saja saat Lucas bahkan sudah banyak bicara.
Mark hanya memperhatikan keduanya. Dia terpaksa ikut karna Lucas terus membujuknya tanpa henti.
"Setauku ada hujan es."
"Mohon maaf es itu terbuat dari apa ya?"
"Mohon maaf pertanyaan anda adalah pertanyaan yang tidak perlu dijawab sepertinya."
Perdebatan Laura dan Lucas barusan diberhentikan oleh Lucas sendiri dengan jawaban yang sudah dipersiapkannya. "Jawabannya adalah kalau hujan itu aku, aku takut kau akan bosan dan mengutukku, karna aku mungkin akan datang setiap harinya untuk menghujanimu dengan cintaa aeeeeeesiiikkkk."
"Dih." Mark akhirnya terlihat tertawa sangat lepas kali ini. Jelly melirik sekilas dan sedikit mengukir senyum dibibir manisnya.
Sedangkan Laura hanya memasang wajah yang datar seperti sudah siap untuk memakan Lucas hidup hidup. "Tidak ada yang lucu."
"Siapa juga yang melucu."
"Oh mau kerdus? Kenapa tidak ke orangnya saja langsung? Apa jangan jangan kau suka dengankuuu hahh? Jujur saja Lucas. Aku tahu aku memang cantik, yaa kau mungkin sudah tergila gila dengan pesonaku yang mematikan ini hahahaha."
"Duh duh duh jadi pengen muntah dengarnya. Bisa mundur dikit tidak? Pede mu kelewatan, jadi pengen nabok jadinya." Balas Lucas atas perkataan Laura barusan padanya.
"Mau dibawain golok satu satu gak?" Sahut Mark sambil terkekeh.
"Gaaaak!!!" Jawab keduanya kompak.
Tanpa sengaja, tiba tiba Cio datang bersama Johnny. Mark masih belum sadar dengan kedatangan mereka. Dan tidak menyangka mereka akan bertemu disini dan duduk bersebelahan.
"Bukannya kau?" Ujar Lucas yang sadar akan kehadiran kakaknya. Awalnya Cio ingin sekali pura pura tidak melihat semuanya, tapi Lucas malah menggagalkan niatnya dengan bertanya.
"Sudah selesai." Jawabnya buru buru dan juga singkat. Tawanya Mark yang lepas barusan itu tiba tiba hilang entah kemana. Dia terlihat diam dan sedikit murung. Sesekali menggigit bibir bagian bawahnya karna kesal.
"Um, Johnny, kau mau pesan apa?" Cio mencoba mengalihkan pembicaraan dengan adiknya itu.
"Aku, terserah kau saja."
"Aku pesan menu biasa saja yang sering kita pesan."
Cio mengangguk, lalu cepat cepat memesan makanan. Entah kenapa rasanya begitu tidak nyaman. Bukan karna adiknya yang bertanya, tapi karna Mark jadi diam setelah kedatangannya, ini terlalu mengganggu pikirannya. Mark seperti berlarian diotak dan benaknya.
"Kenapa pada diam? Kalian sakit gigi?" Ujar Lucas tiba tiba.
"Eu, aku harus pulang cepat. Ibuku dari tadi sudah menelpon." Tiba tiba Jelly pamit untuk pergi dari sana. Mark menarik tangannya untuk duduk dulu, tapi Jelly tetap menolaknya. Jelly sangat tidak nyaman karna suasana menjadi sangat canggung sekarang, dia melihat kearah Mark yang juga melihat kearahnya. "Aku akan mengantarmu." Ucap Mark spontan.
Lucas ikut berdiri dengan yakin, "Biar aku saja yang mengantarnya." Matanya benar benar mengisyaratkan Mark untuk mengalah kali ini.
"Lalu aku?" Tidak ada yang menawarkan Laura untuk pulang bersamanya. "Aku akan mengantarmu kalau begitu." Mark langsung pergi dari sana bersama Laura tanpa mengatakan apa apa pada Cio seperti biasanya.
Cio mencobaa untuk tetap tenang. Tapi entah kenapa hatinya terlalu susah untuk dikontrol. Terlalu membuat gerah.
"Cio aku duluan." Pamit Lucas pada Cio, pergi berlalu begitu saja.
Mark juga ikut pergi dari sana. "Aku juga." Pamitnya ikut ikutan.
Laura sedikit bingung dengan situasinya. Dia tidak tahu menau tentang apa yang terjadi diantara mereka. "Euu kenapa kau ikut ikutan pergi dan mau mengantar Jelly barusan?" Tanyanya pada Mark yang sedang mengeluarkan motor.
"Mau aku antar tidak?" Jawaban Mark benar benar membuat Laura geram. Tidak ada pilihan lain selain mengiyakan perkataan Mark. "Iya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
moccacino, mark lee (selesai)
Fanfictionkenapa harus moccacino? rasanya seperti aku harus menuang lagi gula agar rasanya sepadan. tetap saja, meskipun pahitnya menghilang, aku slalu mengharapkan dia jangan sampai pergi..