Yena memilih duduk disebelah Cio yang sendirian menunggu dosen yang belum masuk. "Aku duduk disini ya."
"Iya." Angguk Cio.
Karna memang keduanya tidak terlalu dekat, suasanya canggung seperti ini seperti sudah biasa dirasakan Cio.
"Hm, kau dan Mark, itu-- pacaran?"
Mata Cio langsung terbelalak, "Tidak, dia teman adikku. Masa iya aku pacaran dengan teman adikku sendiri." Kekeh Cio rada canggung.
"Tapi kalau hatimu berkata lain kan beda lagi urusannya. Lagian tidak apa selagi kalian saling mencintai."
"Tidak Yena, aku tidak mencintainya."
"Jangan mengkhianati hatimu sendiri Cio."
"Aku hanya-- masih tidak bisa membedakan perasaanku kepadanya ini apa. Hm, sudahlah Yena jangan membahas hal ini."
Yena sedikit kecewa mendengar penjelasan Cio yang tidak ingin diselesaikannya, Cio memilih untuk tidak membahas perasaannya terlalu jauh. Mereka kembali pada situasi canggung yang mencekam.
*
"Sendirian saja." Johnny menghampiri Lucas yang sedang sibuk dengan makanannya. Tidak dikantin, tapi ditaman belakang kampus yang tidak begitu ramai dengan beberapa roti dan kaleng soda.
"Aku sedang bertapa, jadi lebih nyaman sendirian ditempat yang tidak begitu ramai, dengan beberapa makanan tentunya."
"Jadi kalau aku disini, aku mengganggumu?"
"Hahaha, tidak, asal kau jangan banyak bicara."
Johnny duduk disebelah Lucas sembari merangkulnya. "Moodmu sedang tidak bagus rupanya."
Lucas menghentikan kegiatan mengunyahnya, lalu menelan rotinya bulat bulat sambil meminum soda.
"Coba ceritakan semuanya padaku." Lanjut Johnny.
Lucas mendengus, "Mark semakin dekat dengan kakakku, dan aku takut kakakku akan goyah nantinya."
"Hmm."
"Sebenarnya aku tidak membenci Mark, hanya saja kenapa dia harus menyukai kakakku sebagai seorang lelaki pada perempuan. Jujur saja aku tidak ingin hubungan pertemanan kami menjadi renggang seperti ini, tapi aku masih tidak bisa merelakan semuanya. Aku takut kalau membiarkan mereka terlalu jauh. Tidak ada yang tahu mungkin saat mereka berpisah nantinya, itu akan semakin memperburuk keadaan. Aku masih ingin berteman dengan Mark, tapi tidak ingin melukai perasaan kakakku."
"Ini bukan masalah yang terlampau rumit sebenarnya, tapi kalau memang dengan menjauhkan Mark dengan kakakkmu adalah jalan yang terbaik, maka tidak ada salahnya."
"Hm apa aku biarkan saja mereka seperti ini."
"Tidak! Maksudku tidak lain tidak bukan kau harus pikirkan dulu matang matang, supaya tidak gegabah dan menyesal nantinya."
"Iya sih, tapi, melihat kakakku tertawa karna seseorang yang baru dia kenal, rasanya membuat hatiku senang sampai keubun ubun."
"Hahaha, kau berlebihan Lucas."
"Ah sudahlah, aku masih ada kelas sekarang. Aku pergi dulu." Lucas pergi sambil memunguti sampah makanannya, lalu membuangnya ketong sampah yang berada tidak jauh disampingnya.
Johnny masih memperhatikan Lucas yang semakin jauh dari penglihatannya. "Aku tidak boleh membiarkan Lucas seperti ini, bagaimana pun caranya, jika aku tidak bisa memiliki Cio, orang lain pun tidak akan pernah bisa memilikinya, menyentuhnya saja tidak akan pernah aku biarkan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
moccacino, mark lee (selesai)
Fanfictionkenapa harus moccacino? rasanya seperti aku harus menuang lagi gula agar rasanya sepadan. tetap saja, meskipun pahitnya menghilang, aku slalu mengharapkan dia jangan sampai pergi..