"Sudah lama sekali kau tidak ikut kumpul. Sibuk ya sampai sampai tidak pernah menyempatkan buat datang latihan atau sekedar menyapa adik adiknya." Sindir pelatih Cio yang umurnya tidak begitu jauh dengannya.
"Aku malas melihat mukamu."
"Kau tidak berubah sama sekali. Hei aku ini pelatihmu, segan sedikit kenapa."
Cio hanya terkekeh, dia sadar telah melupakan pelatihnya itu sejak beberapa bulan yang lalu, bukan tanpa alasan, memang akhir akhir ini Cio agak sibuk, dan jadwal latihan sering bentrok dengan tugas setiap harinya. "Aku kan sedang sibuk, sebentar lagi aku sidang."
"Sudah memepersiapkan siapa yang bakal digandeng nanti pas kelulusan belum? Kalau belum biar bang Hendery yang jadi gandengannya heheee."
Namanya Hendery, dia sudah Cio anggap seperti abangnya sendiri, begitu pun Hendery sudah menganggap Cio seperti adiknya sendiri.
"Nanti bisa bisa pacarmu menguburku hidup hidup."
"Haha bukan lagi, dia akan memanggangmu seperti bbq yang sering dia buatkan untukku. Lagian tidak bosan apa menyendiri terus, sudah saatnya membuka hati, umurmu sudah cukup untuk mencari yang sevisi misi."
"Tidak semudah itu. Kau kira pencalonan ketua osis segala visi misi dibawa bawa."
"Duh jadi kangen SMA. Dulu bang Hendery lucuuu banget pas sekolah, aneh sekarang malah ganteng."
"-____- Perutku mual mendengarnya."
"Kenapa? Kau lapar?"
"Iya lapar ingin memakanmu hidup hidup!" Jawabnya malah membuat Hendery semakin tertawa kegirangan. Cio yang sedikit kesal awalnya malah ikut ikutan tertawa.
"Aku mencarimu kemana mana, ada yang ingin aku katakan." Ucap Johnny tiba tiba muncul dihadapannya. Cio melirik sekilas pada Hendery, lalu tersenyum kikuk. "Aku pamit dulu bang, nanti ketemu lagi kapan kapan." Pamit Cio dibalas anggukan oleh Hendery, "Siaap siapp, kau urusi dulu pacarmu, aku mau menemui pacarku hehehee."
Cio langsung berekspresi datar, tapi bibirnya tidak bisa diam seperti sedang komat kamit. Menarik tangan Johnny untuk menjauh dari sana. "Apalagi? Semuanya kan sudah jelas, minggu depan kita tunangan, tidak ada penolakan, itu kan yang ayahku bilang?"
"Aku tahu kau sangat kesal akan hal itu, tapi bisakah untuk tidak menjauhiku lagi. Aku akan membatalkannya kalau bisa. Asal kau berjanji untuk tidak menjauhiku lagi"
"Tidak semudah itu Johnny, kau tahu ayahku begitu keras kepala. Kata tidak saja tidak akan membuatnya berubah pikirin dalam sekejap."
"Lalu aku akan terus mengusahakannya."
"Silahkan."
*
Cio berjalan sendirian kearah kantin. Dia perlu makanan untuk mengganjal perutnya yang sangat lapar, karna dari semalam itu dia belum makan sama sekali. Dia hanya minum beberapa gelas air putih tadi pagi.
Belum sampai kantin dia malah bertemu sosok Mark yang sedang bermain basket bersama teman temannya yang lain. Tidak ada Lucas disana jadi Cio tidak bisa berpura pura seolah olah dia menghampiri adiknya, bukan Mark.
Mark bahkan tidak melihat Cio sama sekali, seolah fokusnya Mark hanya bermain basket.
"Ngapain juga aku mematung disini." Cio menarik napasnya pasrah, melanjutkan perjalanannya menuju kantin.
Bugh!
Cio tiba tiba jatuh tersungkur. Bukan tanpa alasan, seseorang seperti sengaja mendorongnya dari samping. "Maaf tapi aku harus melakukannya, ini tantangan dari temanku, kalau aku tidak melakukannya, dia akan menjadikanku kacung."
KAMU SEDANG MEMBACA
moccacino, mark lee (selesai)
Fanfictionkenapa harus moccacino? rasanya seperti aku harus menuang lagi gula agar rasanya sepadan. tetap saja, meskipun pahitnya menghilang, aku slalu mengharapkan dia jangan sampai pergi..