"Kak kau mau kemana? Kak tunggu aku akan mengantarmu! Kak! Kak Ciooo."
Cio terus berjalan tanpa memperdulikan Mark yang terus mengejarnya dari belakang.
Dijalan yang sepi itu entah dari mana asalnya mobil melaju dengan cukup cepat,
"Kakkkk!" Teriak Mark karna mobil itu seperti akan mengarah padanya, dia berlari kearah Cio, meraih tubuhnya kedalam dekapan. Mereka jatuh bersamaan kearah samping, Cio jatuh tepat diatas tubuh Mark. "Aaa." Mark sedikit mengeram kesakitan. "Kau tidak apa apa?" Tanyanya khawatir pada Cio."A--aaku tidak apa apa. Mmaaaf maafkan aku." Belum sempat Cio menyelesaikan perkataannya, Mark langsung tidak sadarkan diri, membuat Cio panik setengah mati. "Mark?! Kau kenapa Mark? Markkk? Bangun Markkk?!!!" Cio melihat keseliling untuk mencari bantuan. Kalau harus menghubungi adiknya akan memakan waktu cukup lama, Cio akhirnya memilih untuk berlari lagi kerumahnya Mark dan meminta bantuan disana.
Sedangkan orang yang hampir menabrak keduanya langsung pergi meski begitu dia sangat menyesalinya. Meskipun kembali lagi dan meminta maaf, dia ragu akan mengubah segalanya. Dia sempat memberhentikan mobilnya, menengok kebelakang, "Markkk?!.." Lirihnya melihat Mark yang tidak sadarkan diri. Rasa bersalahnya semakin menjadi setelah melihat Mark dibawa kedalam mobil untuk pergi kerumah sakit. "Aku tidak berniat mencelakaimu.. sudah aku bilang untuk menjauhinya, tapi kau masih tetap bersikukuh.."
*
"Tidak ada yang serius untuk lukanya. Hanya beberapa lecet dan kepalanya sedikit terbentur, dia hanya terkejut, itu mungkin yang membuatnya tidak sadarkan diri. Tapi tenang saja, dia akan baik baik saja, sebentar lagi dia akan siuman."
Cio menganggukkan kepalanya. Tapi dia masih khawatir dengan kondisinya Mark. Gara gara hal ini dia harus menunda kemarahannya pada Mark. Dia tidak bisa marah lagi kalau begini. Cio meremas tangan Mark cukup keras. Lalu selang berapa lama Mark akhirnya terbangun.
"Markkkkkk akhirnya kau sadar juga. Kau tahu aku begitu mencemaskanmuu." Cio langsung memeluk tubuh Mark dan membuatnya benar benar terkejut. "Aku takut kau kenapa kenapa, maaf gara gara aku kau harus terluka." Lanjutnya benar benar terlihat cemas dan khawatir.
Disisi lain Mark merasa sangat senang, perasaan ini benar benar membuatnya seperti hidup kembali. "Terima kasih telah mencemaskanku." Mark membalas pelukan Cio dengan hangat. Cio yang sadar atas kesalahannya barusan berencana ingin melepaskan pelukan itu sepihak. Tapi Mark menolaknya secara halus. "Sebentar saja, begini sebentar saja ya, aku ingin meyakinkan perasaanmu padaku. Kalau kau tidak merasakan apa apa atas pelukan ini, aku tidak masalah, aku hanya akan meyakinkan perasaanku saja, karna mungkin mulai detik ini, aku tidak akan menjadi seorang pecundang lagi, aku akan berusaha mengambil hatimu kembali."
Johnny sudah berada disana dari tadi, dia hanya mematung dan tidak menghampiri keduanya, dia terpaksa menyaksikan mereka karna Lucas terus mencegahnya agar Johnny tidak ikut campur lagi.
Mark menatap wajah Cio sebentar, lalu memejamkan matanya untuk mengecup bibir Cio perlahan. Cio juga ikut terbawa suasana, tapi Johnny sudah tidak bisa menahannya lagi, dia menggagalkan semuanya. "EhhkkmmMmm." Johnny berdiri tepat dihadapan keduanya sambil terus terusan membuat suara gaduh.
"Johnnnyyyy." Dengus Cio sedikit kesal, dan juga malu.
"Apa? Aku kenapa? Aku mengganggumu? Tapi aku harus mencegahnya, ini rumah sakit bukan taman belakang rumahmu, jadi jangan seenaknya." Johnny benar benar mengajaknya untuk ribut.
"Sudah sudah jangan berteman!!!!!" Lucas melerai keduanya. "Karna sudah tahu kondisinya Mark saat ini, lebih baik kita pergi cari makan saja, aku belum makan dari tadi."
"Bisa bisa nya kau memikirkan perutmu sendiri! Sana beli! bungkus bawa untukku juga." Sahut Cio.
"Kak Johnny ayok antar aku sebentar." Lucas menarik baju Johnny seenaknya.
"Pergi sendiri saja, ini kuncinya." Johnny malah memberikan kunci mobilnya pada Lucas. Tapi Lucas menolaknya dengan terus menarik narik baju Johnny seperti anak kecil. "Ahhh aku tidak lancar mengemudi, kalau mobil bagusmu menabrak pohon bagaimana? Aku tidak bisa menggantinya karna tidak punya uang banyak."
Johnny pasrah saja karna bajunya akan melebar kalau tidak dituruti. "Iya iya!!!"
Setelah Lucas dan Johnny benar benar pergi dari sana. Mereka berdua kembali bergulat dengan pikirannya masing masing. Diam, sunyi dan sedikit canggung untuk memulai kembali pembicaraan.
"Hmm itu." Keduanya sama sama kompak bilang begitu.
"Kau duluan."
"Kau saja."
Akhirnya Cio mengalah untuk bilang duluan sesuatu yang ingin dia katakan juga sejak lama. "Aku marah."
"Maaf."
Cio mendengus kesal. "Aku marah karna kenapa kau baru mengatakan semuanya padaku sekarang. Sebenarnya aku tidak kaget lagi karna sudah menerka nerka semuanya dari awal. Aku semakin marah karna aku semakin menyukaimu tapi aku tidak tahu harus ku apakan perasaanku padamu. Aku semakin menyadarinya saat hubungan kita yang dulu begitu dekat perlahan menjauh tanpa bisa aku cegah. Ternyata itu cukup membuatku tidak karuan. Aku terus terusan memikirkanmu tanpa banyak yang tahu. Lucas jadi sering menasehatiku karna aku terlihat labil dengan perasaanku sendiri. Aku tidak akan minta maaf karna sikapku yang kadang kasar dan mudah marah. Itu wajar karna aku menaruh harapan padamu tapi tidak ingin berharap lebih pada harapan itu. Aku akui ternyata aku juga pengecut. Makanya dengan sedikit keberanian aku mengatakan semuanya. Semua hal yang aku tahu kau tidak akan percaya sepenuhnya padaku."
"Sekarang kau sedang dalam keadaan sadar kan? Aku tidak salah dengar kan? Astaga, jadi perasaanku sebenarnya tidak pernah bertepuk sebelah tangan? Kenapa aku tidak pernah menyadarinya dari awal. Aku jadi menyesal berniat yang tidak tidak dari awal, aku menyesal tidak berusaha lebih giat lagi memperjuangkanmu.."
"Hei kau harusnya menyesal karna tidak giat belajar. Aku dengar kau tidak lulus ujian kemarin."
"Ciooo jangan membahas itu dulu, aku sedang senang karna sekarang aku punya pacar. Sudah lama sekali aku ingin punya pacar sungguhan."
"Berani beraninya kau memanggilku tanpa embel embel kakak!"
"Ya kan sekarang kau sudah jadi pacarku. Jadi aku bebas memanggilmu dengan sebutan apa saja. Mau aku panggil sayang?"
"Kapan aku bilang mengiyakan ajakan berpacaranmu?"
"Jadi kau tidak mau nih?"
"Hmmmm." Cio mengangguk dengan gemasnya sambil malu malu.
"Hehehee. Peluk lagi dong biar cepat sembuh." Mark membuka kedua tangannya, bersiap siap untuk memeluk Cio.
Cio terlihat kesal tapi hatinya benar benar senang. Rasanya begitu lega karna sudah mengatakan apa yang disimpannya begitu lama itu pada Mark. Semua orang punya alasan tersendiri untuk berbohong, tergantung mau tidak nya memberi alasan kenapa harus berbohong, tapi semuanya akan melegakan saat kita harus jujur.
Cio memeluk Mark sekali lagi. "Tapi Mark? Kau benar benar belum pernah pacaran sama sekali?"
"Aku hanya pernah sekali pacaran pura pura karna harus membantu temanku. Kau juga belum pernah? Tapi aku tidak percaya :p"
"Ihhhhsh aku belum pernah. Pernah sih, aku pacaran dengan buku buku diperpustakaan."
"-____-"
"Hehehehee."
Mark semakin gemas dan menenggelamkan Cio dalam dekapannya. "Aku mencintaimu lagi dan lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
moccacino, mark lee (selesai)
Fanfictionkenapa harus moccacino? rasanya seperti aku harus menuang lagi gula agar rasanya sepadan. tetap saja, meskipun pahitnya menghilang, aku slalu mengharapkan dia jangan sampai pergi..