duapuluhlima

291 47 7
                                    

"Ada yang kau sembunyikan dariku?" Tanya Cio tiba tiba pada adiknya yang sedang sibuk bermain game.

"Sembunyikan apa sih. Aku sedang sibuk. Jangan ganggu ganggu!"

"Soal Mark. Kau pasti tau sesuatu kan?"

"Sesuatu apa? Aku tidak tahu."

"Jangan pura pura tidak tahu Lucas."

"Aku benar benar tidak tahu!!!"

"Jawab atau aku banting laptopmu sampai hancur!" Cio langsung menutup laptop dengan paksa.

"Cioooo!"

"Makanya! Bilang! Apa yang kau tahu soal Mark? Sebenarnya dia kenapa? Ada apa soal kakaknya? Aku benar benar tidak bisa tidur semalaman, kepalaku rasanya mau pecah memikirkan semuanya."

"Kenapa harus dipikirkan? Lagian itu bukan urusanmu kan? Jangan ikut campur urusan orang lain, kecuali kau memang mencintainya. Oh iya aku lupa, kau sudah mencintainya."

"Lucaaas! Jangan menyudutkanku! Aku hanya ingin tahu kebenarannya biar tidak salah paham lagi. Johnny bilang kalau Mark itu pembohong. Dia bohong apa? Apa ini semua ada hubungannya denganku?"

"Jangan gr, semua orang berbohong, semua orang punya rahasia, semua orang punya hak untuk tidak bercerita apa apa."

"Kauu--"

Lucas menarik napasnya berat. "Sebenarnya aku malas membahas hal ini. Tapi karna kau terlalu bawel, dan tatapanmu seperti mau membunuhku, aku akan bilang kalau sebenarnya--"

"Sebenarnya apa?"

"Sebenenarnya.."

"Lucaassss!"

"Sebenarnya banyak kakak kelas yang menyukaiku, tapi aku tolak semuanya karna tidak ad--- Ciooo! Astaga malah kabur!" Cio tidak memperdulikan omong kosong Lucas. Dia memilih pergi dari sana.

Lucas hendak mengejar Cio tapi ayah tiba tiba memanggil namanya. "Lucas."

"Iya yah?"

"Besok kakakmu ada acara tidak?"

"Umm gak tahu. Emang kenapa?"

"Besok malam, jangan biarkan Cio kemana mana, suruh dia dandan yang cantik."

"Kenapa ayah menyuruhnya dandan? Emang ayah mau ajak Cio kemana? Kok aku gak diajak?"

"Jangan bilang bilang dulu ke dia. Nanti malam ada pertemuan keluarga. Kau juga harus rapi, pakai baju, jangan pakai kolor seperti ini."

Lucas membungkam mulutnya dengan tengan. "Ayah? Benar benar akan menjodohkan Cio? Ayah? Beneran? Astaga Cio:("

"Jangan bocor, awas kalau bilang bilang kakakmu."

"Tapi kenapa? Ini kan bukan jaman nya lagi jodoh jodohan? Dia kan juga berhak memilih orang yang dia cintai."

"Sudah nurut saja. Orang tua tidak akan menjerumuskan anak anaknya ke hal hal yang tidak baik. Ini cuma pertemuan biasa."

"Iya.."

"Biasakan untuk panggil dia kakak."

"IYA."

*


Sudah satu jam Lucas menunggu dengan perasaan bingung. Harus bagaimana mengatakannya pada Cio. Dari tadi dia hanya berfikir caranya untuk mengajak Cio tanpa rasa curiga sama sekali. "Meskipun nantinya dia akan tahu juga, tapi mungkin ini bisa dijadikan kejutan seru buatnya." Pikir Lucas.

"Tapi aku tidak tega melihatnya dipaksa ayah untuk urusan memilih pasangan. Bagaimana pun juga Cio berhak atas pilihannya. Hmm, kalau dijadikan calon, Johnny cukup lumayan memenuhi kriteria, pasalnya mereka sudah berteman lama, jadi mungkin tidak apa apa. Mereka mungkin tidak perlu banyak beradaptasi lagi kalau harus jadi pasangan. Mungkin saja nanti mereka malah jadi terbiasa. Yasudahlah." Lanjutnya sambil berjalan kekamar Cio.

moccacino, mark lee (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang