sepuluh

525 83 0
                                    

"Aku tahu semalam kau jalan bersama Mark kan?"

"Siapa bilang?"

"Aku yang bilang."

"Kau ini kenapa sih, masih pagi bahas bahas hal tidak berguna."

"Yakin tidak berguna?"

Johnny sudah membuatku kesal pagi pagi. Aku mencoba menghindarinya dengan pergi dari sana. "Hentikan tolong aku tidak ingin membahas hal itu."

"Jadi benar, kau suka dia?" Dia malah tetap mengikutiku.

"Kau bicara apa sih Johnny. Aku sedang lelah, jadi tolong jangan memancingku."

"Memancingmu bagaimana, aku kan hanya bertanya, lagian kalau kau tak suka ya tinggal bilang saja tidak, kenapa harus kau buat ribet."

"Sudahlah, jangan menggangguku, pergi saja sana."

Aku langsung pergi lagi dari hadapan Johnny. Tapi dia menarik tanganku, dan, langsung memelukku tanpa basa basi. "Aku menyukaimu Cio, aku menyukaimu sudah sejak lama, kenapa kau--" Dia belum sempat melanjutkan perkataannya tapi sudah aku potong dengan langsung melepaskan dia dari dekapanku.

Aku merasa, ini salah, ini salah jika Johnny menyukaiku. "Kita ini sudah berteman sangat lama, aku tidak mau jika hubungan pertemanan kita ini rusak hanya masalah seperti ini. Tolonglah jangan begini."

"Kau menganggap aku yang sudah lama menyukaimu itu sebagai masalah? Bagaimana dengan orang yang baru kau kenal? Bagaimana dengan Mark yang menyukaimu? Kau bahkan tidak menganggapnya sebagai sebuah masalah. Ah aku tahu, itu karna kau memang benar menyukai dia kan Cio?"

"Kau ini bicara apa sih Johnny." Aku masih tidak bisa pergi karna sekarang dia malah menarik tanganku.

"Kau tidak boleh menyukainya Cio!"

"Lepaskan tanganmu atau aku tidak bisa lagi santai." Mark tiba tiba datang dengan wajah yang terlihat marah, melepaskan tangan Johnny yang mencengkramku.

Aku sedikit kaget dengannya. "Kau!"

Tanpa bicara apa apa kami berdua pergi dari sana, pergi dari hadapan Johnny. Dia sendiri hanya mematung dengan wajah yang kesal tapi tidak mencoba mengelak dan membiarkan aku pergi bersama Mark. Ada apa dengan dia?

*

"Kenapa kau cemberut?" Tiba tiba saja pertanyaan itu keluar dari mulutku.

"Tidak, aku tidak cemberut." Mark berdalih, padahal benar dia memang cemberut sedari tadi.

"Tidak apanya, lalu bibirmu yang mengkrucut dari tadi itu apa?"

Dia melirik bibirnya sendiri, bukannya menjawab malah terkekeh kekeh.

"Astaga."

"Aku merasa malu sebenarnya." Katanya sambil mengalihkan pandangannya dariku.

"Malu kenapa?"

"Karna aku marah."

"Memang kalau kau marah kenapa? Kan wajar."

"Aku marah karna merasa, aku cemburu."

Aku tidak bisa berkata kata, dia sepertinya memang senang membuatku tidak nyaman. "Kau!-- Kenapa?"

"Aku-- tidak---- tahu." Dia masih tidak mau menatapku, tidak seperti aku yang melihatinya karna merasa penasaran kenapa.

"Kau kemana saja sih Mark aku mencarimu kemana mana." Ahh anak itu muncul tiba tiba, siapa lagi. "Lucas!"

"Kenapa kau kaget sekali aku datang."

"Aku tidak kaget, aku sedikit terkejut karna suaramu yang besar!"

"Alasan. Mark aku ingin minta tolong sesuatu."

"Minta tolong apa?"

"Jangan disini, ada dia, aku tidak ingin dia mendengarnya."

"Kau ini apa sih! Bicara saja disini, aku tidak akan dengar." Semprotku pada Lucas.

"Kenapa menyuruh bicara disini? Kau tidak ingin jauh dengan Mark?" Lucas benar benar menyebalkan!

"Kau ini! Sudah sana bicara, aku yang akan pergi." Aku langsung pergi dari hadapan mereka tanpa melihat dulu kebelakang.

"Ada apa?"

"Tidak, aku hanya ingin minta antar. Beli game baru."

"Astaga hahaha iya iya ayok?"

*

"Cio nanti kau datang ke acara ulang tahunku kan?" Ah iya aku sempat lupa, Yena mengundangku ke acaranya. Aku tidak terlalu dekat juga dengannya, tapi karna kami dikelas yang sama, makanya dia mengundangku, dia juga anaknya baik dan manis. Hanya aku saja yang memang sedikit tidak ramah.

Ulang tahun lalu dia juga mengundangku, tapi aku tidak datang karna merasa tidak begitu dekat juga dengannya, kenapa harus repot pikirku waktu itu. Tapi ternyata dia malah tau waktu itu aku tidak datang dan menanyaiku kenapa tidak datang, dia begitu perhatian sampai ulang tahunku saja dia ingat, ulang tahun semua anak kelas juga ingat.

Lagian tidak ada salahnya juga kan mencoba hal seperti ini, datang dipesta ulang tahun seseorang.

"Ah iya, aku akan usahakan." Terdengar memaksakan, tapi aslinya aku memang sungguh akan mengusahakannya. Aku memang punya beberapa teman wanita, tapi hanya sekedar teman saja, tidak ada yang sampai bersahabat. Makanya aku suka bingung kalau harus bertukar pikiran masalah wanita.

Kalau pada Johnny? Ah sudahlah, aku malas membahasnya.

Lagian tidak apa, aku sudah terbiasa seperti ini, tidak masalah aku bisa atasi ini sendirian.

"Awas ya kalau tidak datang."

"Iya iya."

*

"Antar aku beli baju." Lagi lagi aku hanya bisa bergantung pada adikku. Syukurlah, karna bagaimanapun juga dia sangat bisa diandalkan.

"Bajumu kan banyak, kenapa tiba tiba mengajakku beli baju? Biasanya juga kau beli online, alasanmu karna kau tidak suka jika tempat itu terlalu ramai." Dia tahu saja. Aku merasa ingin saja menikmati suasana baru, lagian aku memang sudah seharusnya membuat perubahan.

"Ingin saja, kau tidak senang melihatku berubah?"

"Aku senang, tapi ini terasa aneh. Akhir akhir ini kau jadi mengurangi aktifitas marah marah tidak jelasmu."

"Lucassss."

"Aku akan lebih senang kalau kau punya teman dekat perempuan. Lalu kalau dia cantik, kenalkan padaku."

"Sama saja dengan Mark, melihat wanita hanya karna cantik tidaknya."

"Memang dia pernah bicara seperti itu?"

"Iya, dia bicara seperti itu padaku." Ahh mulutku!

"Kau tidak cantik kak, dia bohong. Aslinya kau jelek sekali."

"Lucassss!!!!" Aku mencubitnya lumayan keras. Habis dia menjengkelkan.

"Kakkkk!!!! Sakittt!!"

"Ya makanya jangan nyebelin!"

"Tapi kenapa Mark yang ada dipikiranmu? Jangan jangan kau?"

"Jangan mengada ngada!"

moccacino, mark lee (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang